CINTA SEORANG PANGERAN

Wanita Yang Menginginkan Suami Orang Lain



Wanita Yang Menginginkan Suami Orang Lain

0Amar terdiam mendengar pertanyaan Zarina, Ia ingin sekali menjawab,  'Tentu saja Kau berdosa karena kita adalah sudah menjadi pasangan suami istri yang sah di mata Tuhan dan negara. Kau sekarang adalah hak-ku tetapi mengapa Kau menolakku.' Amar berkata dalam hatinya. Tetapi perkataan itu hanya tertelan ditenggorokannya.      
0

"Apakah Aku berdosa?" Zarina berkata lagi hingga kemudian Amar balik bertanya,     

"Menurutmu bagaimana? Kau adalah istriku. Apa yang harus dilakukan seorang istri kepada suaminya. Apalagi kau berasal dari negara yang sangat mendewakan suaminya."     

Zarina terdiam sambil memegang selimutnya dengan erat. Zarina adalah orang yang religius terlepas apapun keyakinannya sekarang. Perasaan berdosa karena menolak suaminya semakin terasa menguntitnya. Padahal Ia sudah banyak menerima keuntungan dari pernikahan ini. Namanya sudah dibersihkan.     

Zarina tidak mendapatkan lagi hinaan dan cemoohan dari pelayan di rumah ini. Orang tuanya juga menjadi tidak kehilangan muka. Zarina sudah mendapat ketenangan dari Amar. Dan Amar ternyata laki - laki yang sangat baik. Amar sangat menghormatinya dan tidak pernah menyentuhnya dengan paksa. Padahal Ia sudah menjadi haknya Amar.     

Terbukti bahwa sejak mereka menikah, Amar sangat menghargai dan menghormatinya. Hanya karena hari ini Ia begitu teledor hingga keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk saja. Dan sekarang Ia mempertanyakan sesuatu yang sebenarnya Ia sudah tahu jawabannya.     

"Iya Aku tahu, kalau itu berdosa. Tetapi Aku tidak siap disentuh olehmu. Kau kan tahu kalau aku sangat mencintai Pangeran Thalal " kata Zarina sambil mulai menangis lagi. Air matanya berderai - derai membasahi pipinya. Tangan Amar terhulur mengusap air mata yang terus mengalir deras.     

"Sudah jangan menangis lagi. Aku tahu kalau kau mencintai Yang Mulia Pangeran Thalal. Aku tidak menyalahkanmu. Kesinilah.." Kata Amar sambil mendekati Zarina untuk  memeluknya. Zarina menatap Amar dengan kaku membuat Amar akhirnya hanya terdiam dengan posisi tubuh siap untuk dipeluk Zarina. Walaupun ragu - ragu akhirnya Zarina mendekati Amar dan melabuhkan kepalanya di dada Amar. Dan kali ini Zarina terdiam dipeluk Amar.     

Zarina menyenderkan kepalanya di dada Amar dan Amar mengelus kepala Zarina sambil kemudian berkata. " Cinta itu sebenarnya fleksibel.. dia lebih mirip seperti air dan bukannya seperti batu. Kalau hatimu mencair dan tidak mengeras seperti batu maka hatimu akan  terbuka. Dan Kau akan dapat menggantikan cinta Pangeran Thalal dengan cintaku.     

Aku memang tidak setampan Pangeran Thalal tetapi Aku memiliki segudang cinta yang tidak akan pernah bisa Pangeran Thalal berikan kepadamu" kata Amar mulai merayu istrinya. Badan Amar sudah gemetar menahan perasaan. Ia tidak bisa mendinginkan uap panas yang sudah hampir keluar dari pori - pori kulitnya dan menyambar siapa saja yang ada di dekatnya.     

"Entah mengapa Aku merasa menghianati Pangeran Thalal ketika ada seseorang yang menyentuhku" Kata Zarina sambil mempermainkan kancing pakaian Amar yang ada dibagian depan. Amar sebenarnya ingin tertawa mentertawakan kepolosan istrinya.      

"Sayangku.. bagaimana bisa itu disebut sebagai suatu penghianatan kalau Kau dan Yang Mulia tidak memiliki ikatan apa - apa. Bahkan Pangeran Thalal tidak akan pernah menaruh perasaan apapun kepadamu. Bahkan kalau seandainya Yang Mulia tahu kalau kau tidak menghargai suamimu sendiri kemungkinan  Yang Mulia akan merasa tidak enak kepadaku" Kata Amar mulai meracuni pikiran istrinya sendiri.     

Zarina tampak terdiam berpikir. Apa yang dikatakan oleh suaminya adalah suatu kebenaran kalau Ia berpikir secara jernih. Bagaimana bisa disebut suatu pengkhianatan kalau Ia disentuh oleh suaminya sendiri. Ia tidak memiliki ikatan apapun dengan pangeran Thalal. Mengapa pula Ia harus merasa berdosa. Bukankah lebih berdosa menolak suami dari pada memiliki perasan bersalah yang masih belum jelas.     

"Mengapa kau begitu mencintai Yang Mulia Pangeran Thalal?' Kata Amar bertanya kepada istrinya. Telapak tangan Amar mengelus lengan Zarina yang tidak tertutupi selimut. Kulit coklat susu itu tampak sangat lembut dan menyenangkan untuk dielus - elus.     

"Dia sangat baik dan tampan" kata Zarina dengan polosnya. Ia sama sekali tidak sadar bahwa Ia sedang membicarakan pria lain di depan  suaminya sendiri. Dan Amar bukannya Ia tidak merasa cemburu tetapi dia berusaha untuk menyelami perasaan Zarina terlebih dahulu. Bukankah untuk mendapatkan Zairna itu sangat sulit. Bahkan tanpa sepengetahuan dari awalnya,  Ia ternyata merebut Zarina dari Ali yang sedang tidak beruntung.     

"Apakah hanya baik dan tampan itu cukup bagimu ?" Amar bertanya kepada Zarina. Zarina kembali kebingungan. Dari tadi Amar terus bertanya tentang hal perasaanya kepada Pangeran Thalal. Sampai - sampai Zarina kebingungan. Ia adalah istri dari Amar tetapi Amar malah bertanya - tanya tentang cintanya kepada Pangeran Thalal.     

Zarina kemudian menjawab lagi dengan sedikit kebingungan, " Aku tidak tahu..."     

"Apa Aku tidak tampan menurutmu?" Kata Amar sambil tersenyum memikat. Zarina menengadahkan wajahnya memperhatikan Amar dan Ia lalu menatap wajah suaminya dengan perasaan campur aduk. Seraut wajah yang tidak terlalu oval tampak di depan  wajahnya. Kulit yang tidak terlalu putih, rahang yang keras, sepasang mata yang tajam dan bulu - bulu dimukanya tampak menghiasi wajah suaminya dengan rapih.     

Kalau dilihat dari ketampanan, Amar memang  berada di bawah ketampanan Pangeran Thalal.. Ibarat peringkat maka ketampanan yang pernah dilihat Zarina adalah sebagai berikut, yang menduduki peringkat pertama  tentu saja Pangeran Abbash, kedua adalah Pangeran Thalal dan ketiga Pangeran Nizam, Lalu Edward dan baru suaminya.     

Amar ini dilihat dari kegagahannya Ia berada di atas semuanya tetapi masih di bawah Pangeran Nizam. Jadi siapapun yang melihat maka Amar akan terlihat sangat tampan dan gagah. Wajahnya tidak dingin seperti Arani atau Imran atau bahkan Pangeran Nizam sendiri. Wajah Amar terasa sangat hangat jika dipandang.     

"Kau sangat tampan.." Kata Zarina sambil tersipu - sipu malu. Ia lalu membenamkan mukanya ke dada Amar tetapi kemudian Zarina tersadar kalau dada suaminya juga penuh dengan bulu. Zarina menutup dada Amar dengan menarik kain pakaiannya yang terbuka.     

Amar tersenyum Ia semakin mendekap tubuh istrinya ke dalam pelukannya. " Sayangku.. buah yang begitu indah dan manis tetapi ada di pekarangan orang lain. Buah itu hanya bisa dipandang tidak bisa disentuh apalagi buat dimakan. Apakah lebih berharga daripada buah yang tidak terlalu indah tetapi tetap manis ada dipekarangan sendiri dan siap dimakan kapanpun Kau mau ? Menurutmu, kira - kira buah mana yang akan kau pilih untuk memuaskan rasa laparmu ?" Kata Amar.     

Amar adalah Jendral yang ketika Di Azura hampir tiap minggu Ia memimpin rapat  bersama para bawahannya dan hampir setiap hari secara bergilir dia memimpin apel ( Upacara yang sifatnya sebentar dan tidak terlalu resmi ). Entah itu apel pagi, siang atau malam bagi para tentara Azura. Ia melakukan pembinaan pada saat Apel dengan memberikan pidato singkat berupa motivasi atau pembelajaran atau hukuman bagi para prajuritnya.     

Amar juga merupakan mata - mata yang handal bersama Imran. Jadi berbicara yang manis - manis dan penuh dengan tujuan tertentu adalah kemampuannya. Ia hampir setarap dengan Nizam kalau Amar sedang serius. Tetapi jika Ia sedang main - main maka Ia hanyalah teman bermain bagi Ali dan Fuad serta Iqbal.      

Amar berbicara terus untuk menggiring Zarina agar mau menyerahkan dirinya malam ini juga. Tubuhnya sudah berhak untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Menunggu selama tiga minggu sudah cukup.     

Zarina berpikir dengan keras, Ia tahu Amar sedang bermain kata - kata dengannya. Tetapi ketepatan Amar dalam merangkai kata - kata membuat Zarina tidak bisa mengelak. Sehingga kemudian Zarina berkata dengan perlahan     

"Siapapun akan tahu kalau buah ditangan sendiri bagaimanapun akan lebih baik dari buah ditangan orang lain." Kata Zarina sambil berpikir lagi, bagaimana caranya agar Ia bisa mengelak dari kewajibannya.     

" Kalau ada dua orang yang sudah memiliki buah ditangan masing - masing lalu si orang yang pertama masih menginginkan buah yang dipegang orang lain sementara buah ditangannya sendiri malah tidak diperdulikan. Bagaimana menurutmu ? Siapakah yang bersalah ?"     

Zarina terdiam, Ia tahu yang dimaksud buah oleh Amar adalah suami.. ketika dua wanita sudah  memiliki suami masing - masing. Alangkah salahnya kalau salah satu wanita malah menginginkan suami wanita lain.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.