CINTA SEORANG PANGERAN

Permintaan Maaf Alena pada Edward



Permintaan Maaf Alena pada Edward

0Nizam menatap Edward yang sedang menerawang jauh. Secara akal sehat Ia sangat memahami perasaan Edward. Mencintai orang begitu lama tidak akan mudah dapat melupakannya begitu saja. Alena sudah ada dalam pikirannya dan mengendap di bawah alam sadarnya. Walaupun Edward berusaha menimbun pikiran baru dalam benaknya tetap pikiran tentang Alena akan selalu merangkak keluar setiap kali ada pemicunya.     
0

Edward sangat tertekan dengan peristiwa pencambukan Alena dan kenyataan bahwa Alena akan segera pergi ke Azura. Selain itu hatinya juga selalu berdebar - debar seakan - akan ada suatu peristiwa besar yang akan terjadi. Edward  menghirup udara dengan kuat lalu menghembuskannya sekuat tenaga seakan ingin mengusir segala keresahan hatinya.     

"Aku akan menjaga istriku dengan baik. Kau begitu mencintai Alena. Walaupun Kau berdalih dari A sampai Z, mulutmu berbuih mengatakan kau sudah tidak mencintai Alena lagi tetapi dari sorot matamu kau bicara lain " Kata Nizam, tadinya Ia ingin membuat Edward terkejut dan mempermalukannya dengan analisanya yang akurat. Tetapi nyatanya Edward sama sekali tidak terkejut. Dia malah menyenderkan punggungnya ke sandaran kursi.     

"Mengapa Kau tidak terkejut ketika Aku mengatakan, kalau Aku mengetahui isi hatimu ?" Kata Nizam sambil melirik ke arah Edward yang tampak santai bersender.     

"Apa yang aneh hingga membuatku harus terkejut. Bukankah Kau begitu cerdas dan sekarangpun kau adalah lulusan terbaik di kampus the Great. Aku sendiri hanya ada di peringkat ke tiga setelah Cynthia dan Jonathan dia ada diperingkat ke lima. Jadi kalau kau menebak dan menganalisa dengan tepat. Aku tidak heran"     

"Apakah kau  tidak tahu malu? " Nizam mulai naik pitam kembali melihat sikap slengean Edward.     

"Sudahlah Nizam, Apapun kenyataannya. Kau akan membawa Alena pergi jauh ke Azura dan mungkin tidak akan bertemu denganku lagi " Kata Edward dengan lirih.     

"Apakah Kau berkata dengan bersungguh - sungguh ? Sungguhkah Kau berkata kalau Kau tidak akan bertemu lagi dengan Kami ?' kata Nizam sedikit mengerutkan keningnya     

"Memangnya kenapa ? Apa ada yang salah dengan perkataanku ? Kau akan membawa Alena jauh ke Azura dan Aku akan melanjutkan kehidupanku disini.." Sampai di sini Edward terdiam dan air matanya tiba - tiba mengalir.     

"Kau kan bisa mengunjungi kami sewaktu - waktu. Aku tidak akan menendangmu keluar dari negaraku seandainya Kau ingin mengunjungi kami" kata Nizam akhirnya berkata dengan waras kepada Edward.     

Edward malah tertawa keras, " Tidak Nizam ! Aku selama ini begitu kesulitan melupakan bayangan istrimu di mataku. Setiap kali ada hal yang berkaitan dengan Alena, Dadaku berdebar dan tidak bisa berpikir normal. Aku memendam perasaanku sendiri karena kepada siapapun Aku berbicara maka Aku akan selalu menjadi orang yang salah.     

Semua akan menudingku sebagai orang yang tidak tahu diri dan akan menuduhku menjadi manusia perebut kebahagiaan orang lain. Padahal Nizam mereka tidak akan pernah tau bahwa Aku bukan hendak merebut kebahagiaanmu untuk kebahagiaanku. Tidak seperti itu, Aku hanya ingin memastikan kebahagian Alena. Aku tidak akan sanggup hidup mendengar kalau Ia tersakiti.     

Jadi sepanjang Aku tidak mendengar apapun yang menyakitkan dari Azura maka Aku memutuskan kalau Aku tidak akan pernah pergi ke negaramu " Kata Edward     

" .... " Nizam terdiam mendengar kata - kata Edward.     

"Kalau kau mendengar berita buruk tentang Alena memangnya Kau mau apa ?" Nizam melirik Edward.     

"Entahlah.. Yang pasti Aku tidak akan tinggal diam. Kau tahu kemungkinan ke depannya Aku akan mengikuti jejak Ayahku terjun di dunia politik. Mungkin Aku tidak akan bisa menjadi raja sepertimu, Tetapi menjadi orang yang berkuasa di Amerika juga bukanlah hal yang bisa dianggap enteng. Secara sosial, kekuatan militer dan kekayaan keseluruhan. Kerajaanmu masih jauh di bawah kekuatan kami. Jadi sebagai Pangeran yang sangat pintar kau tentu tahu apa maksud dari perkataanmu" Kata Edward dengan nada dingin.     

"Apakah Kau bermaksud mengancamku dengan kekuatan negeramu ?'  Nizam tampak tidak suka.     

"Kau bisa menafsirkannya sendiri.. " Edward mengangkat bahunya.     

Tapi belum Nizam mau berkata lagi, tiba - tiba dari belakang ada suara Alena.     

"EDWARD !!.... Alangkah senangnya Aku bertemu denganmu" Kata Alena sambil hendak memeluk Edward dengan wajah sumringah.. Axel yang ada dalam pelukannya tampak menggeliat tidak suka. Jangkan ibunya menyentuh pria lain, Axel ini kalau Ayahnya mendekati ibunya saja Ia langsung merengut tidak suka.      

Melihat Alena nyelonong mau memeluk Edward, Nizam langsung berdehem keras hingga tangan kiri Alena jadi menggantung di udara dengan tangan kanan masih menggendong Axel. Alena menoleh ke arah suaminya dan tersenyum menyeringai.     

" Eh... ada Harimau Azura.. ha..ha.. galak amat, Nizam. Aku cuma mau memberikan pelukan sedikit" Kata Alena sambil kemudian berjalan mendekati Nizam dan memberikan Axel pada ayahnya.     

"Seharian ini, Kau belum menggendong Axel karena sibuk teleconferencelah, mengatur keamananlah, mengatur tentang acaranya lah.. semua berkoordinasi kepadamu. Axel ini harus selalu ada kontak denganmu agar Ia tidak mengoceh terus kalau di gendong olehmu" kata Alena. Dan benar saja belum juga lama, Axel ini sudah menggerundel dengan bahasa bayinya, di tambah dengan merengek - rengek kecil.      

Axel hanya suka digendong oleh Alena dan pengasuhnya. Ia tidak seperti Alexa yang bisa digendong siapa saja asalkan dia mengenal baunya. Alexa memiliki perasaan sensitif, Ia hanya akan mau digendong oleh orang - orang yang memiliki ikatan batin dengannya. Tetapi Axel lebih parah lagi Ia tidak mau digendong siapapun. Ia hanya mau digendong tiga orang Alena, pengasuhnya dan sesekali oleh Nizam kalau di paksa.     

Nizam mengayunkan Axel dengan lembut sehingga kemudian Axel menjadi sedikit tenang dan mulai nyaman berada digendongan Ayahnya. Edward menatap adegan Nizam dan Axel dengan hati terenyuh. Ia lalu mendekati Nizam dan menatap Axel dengan perasaan penuh haru.     

"Alagkah tampannya Pangeran Axel.. " Edward menepuk pipi Axel dengan jari telunjuknya. Axel membuka mulutnya dan mengoceh sedikit, matanya terbuka lebar dan menatap Edward sambil tersenyum.     

'Waah.. tumben Axel tersenyum terhadap orang lain. Ia biasanya judes sekali kalau dipegang orang lain " Kata Alena sambil takjub menatap Edward dan Axel.     

"Mungkin dia  tidak menganggapku sebagai orang lain" Kata Edward sambil tersenyum.     

"Apa kabarmu Alena ? Apakah kamu sehat ? " Edward melanjutkan lagi perkataannya. Ia bertanya kepada Alena.     

Alena menggukkan kepalanya dengan penuh semangat. " Ya Alhamdulillah, Aku sehat. Oh ya selamat Ya.. Edward, sebentar lagi kau akan segera memiliki bayimu sendiri. Aku sangat senang sekaligus sedih. Karena kepulangan kami ke Azura mungkin akan sehari sesudah wisuda maka Aku khawatir tidak akan bisa menunggui kelahiran bayi kalian. Di Azura keadaannya juga kurang baik. Ayahnya Nizam sudah sering sakit - sakitan. Jadi memang kepulangan kami tidak bisa ditunda lagi. Aku sungguh - sungguh  meminta maaf kepadamu " Kata Alena dengan nada prihatin.     

Tetapi Edward hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum,     

'Tidak apa - apa Alena, Aku hanya ingin do'amu agar Lila dapat melahirkan dengan selamat. Mungkin kedepannya Kita tidak akan bertemu dalam waktu yang sangat lama atau malah mungkin kita tidak akan bisa bertemu lagi. Jadi jagalah dirimu baik - baik" kata Edward dengan tenang.     

"Tentu saja Edward. Kau tidak usah khawatir. Ada Nizam suamiku disampingku. Aku yakin dia akan menjagaku dengan baik" Kata Alena sambil memegang tangan suaminya. Nizam tersenyum senang mendengar jawaban Alena.     

"Ya.. Aku percaya kalau Nizam akan menjagamu dengan baik." Kata Edward mengingkari hatinya. Karena dalam hatinya Ia sangat meragukan kalau Nizam dapat menjaga Alena dengan baik. Berdasarkan dari beberapa peristiwa yang membuat Alena berulang kali hampir kehilangan nyawanya.     

"Tetapi mengapa Kau berkata seperti itu. Kami akan pulang ke Azura bukannya hendak mati. Kau dan Lila berserta anak kalian bisa mengunjungi kami kapanpun kau mau. Lagi pula kami memiliki rumah di Amerika. Kami pasti akan sering ke Amerika juga. Bukankah demikian Nizam?' kata Alena sambil meminta persetujuan kepada Nizam.     

Nizam menganggukan kepalanya. " Aku juga sudah berkata seperti itu. Entah mengapa Edward ini dari pada berbicara yang aneh - aneh saja seperti orang mengigau" Kata Nizam yang sependapat dengan Alena. Walaupun Ia dan Edward sering berkelahi dan saling berteriak dan saling mengatakan hal - hal yang menyakitkan tapi dalam hati mereka tidak ada kebencian yang mendalam. Mereka hanya beriak dipermukaan dan tenang di dalam hati mereka masing - masing.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.