CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Meminta Putri Alena Untukku



Aku Meminta Putri Alena Untukku

0Setelah terdiam beberapa saat, Pangeran Abbash langsung menjatuhkan dirinya di kaki kakaknya. Ia bahkan tidak perduli lagi dengan rasa sakitnya. Ia lupa kalau Ia sedang terluka. Air matanya langsung bercucuran membasahi pipinya. Ia belum pernah merasa lemah seperti ini.      
0

"Kakak.. Kakak.. Aku sungguh tidak ingin perasaan ini Aku alami. Aku begitu tersiksa dan menderita. Aku tidak pernah mencintai seorang wanita manapun di dunia ini. Aku tahu Aku sangat tampan dan Aku tahu Aku bisa mendapatkan wanita mana saja yang Aku inginkan. Tetapi Aku tidak tahu mengapa Aku malah menginginkan Putri Alena untuk menjadi istriku" Kata Pangeran Abbash. Ia meratap dengan hati yang sangat pedih.     

Wajah pangeran Barry langsung berwarna kelam. Ia tadinya hanya menebak. Ia hanya mengira. Ia sama sekali tidak berharap kalau tebakannya akan menjadi tebakan yang benar. Ia selalu berharap bahwa kecurigaannya selama ini  terhadap adiknya adalah suatu kesalahan belaka.     

Ia sama sekali tidak ingin bersiteru dengan adiknya. Tetapi kemudian kata - kata adiknya begitu mengguncangkan hatinya. Maka Ia lalu hanya berdiri mematung ketika adiknya meratap di kakinya. Adiknya yang selama ini begitu santai dan tidak pernah menginginkan apapun kini meratap dikakinya.     

Adiknya tidak pernah meminta apapun darinya. Entah itu harta atau wanita. Ia hidup didunianya sendiri. Apakah mungkin Ia tiba - tiba mencintai Alena tetapi mengapa ? Apakah Adiknya sekarang ingin berebut tahta dengannya.     

"Apa yang sebenarnya kau inginkan ?" kata Pangeran Barry kepada adiknya. Pangeran Abbash sambil menangis berkata,     

"Aku tidak menginginkan apa - apa. Aku hanya ingin putri Alena. Kakak.. Aku juga sebenarnya tidak ingin mencintai putri itu. Aku sama sekali tidak ingin berebut denganmu. Aku berusaha mengusir perasaan ini agar pergi dariku. Tetapi ternyata sangat sulit."      

"Bukankah Kau tahu kalau Aku menginginkan dia karena ada ramalan yang mengatakan bahwa akan ada masanya datang seorang wanita dari Asia yang akan membawa perubahan begitu besar di kerajaan - kerajaan Gurun Sahara dan siapapun yang menikahi dia maka dia akan menjadi penguasa dari seluruh kerajaan Jazirah Arab. Raja dari segala raja. " Kata Pangeran Barry dengan murka.     

"Kakak, kau tahu. Itu hanyalah ramalan belaka. Cerita zaman dulu yang diceritakan dari mulut ke mulut tanpa jelas siapa yang mengatakannya dan tidak jelas apakah benar atau tidak. Ini menyangkut kehidupan seorang wanita yang tidak berdosa.." Pangeran Abbash langsung terdiam ketika Pangeran Barry menyingkirkan tubuh pangeran Abbash  dari kakinya.     

"Sejak kapan kau perduli dengan wanita yang tidak berdosa ? Sudah berapa banyak orang yang tidak berdosa mati ditanganmu ? Kau menginginkan wanita calon istri kakakmu. Sungguh lancang!! " Kata Pangeran Barry sambil menendang kursi hingga kursi itu langsung terpental menghantam jendela dan menimbulkan suara yang cukup keras.      

Para pengawal langsung saling berpandangan, mereka langsung tegang. Mereka tahu kalau Pangeran Abbash baru sembuh lalu mengapa ada keributan dari dalam. Bukankah Pangeran Barry begitu stress kemarin karena Pangeran Abbash dalam keadaan koma. Sekarang ketika Pangeran Abbash sudah siuman dan mulai pulih. Mengapa Pangeran Barry malah terdengar mengamuk di dalam.     

"Kakak.. tolong dengarkan Aku. Aku sama sekali tidak menginginkan tahta atau kerajaan. Aku hanya mencintai dia sebagai seorang wanita. Jika Kakak izinkan biarkan Aku pergi bersamanya keluar negeri bahkan pergi ke ujung dunia juga aku tidak keberatan"     

"Kau !! Benar - benar lancang. Bagaimana bisa Kau berkata seperti itu. Kau hendak pergi dengan wanita yang sudah aku idam-idamkan untuk menjadi istriku. Bahkan kau lebih rela memutuskan tali persaudaraan kita dengan pergi jauh dari kerajaan. Sungguh Aku sangat kecewa kepadamu. Aku pikir kau adalah orang yang paling setia kepadaku. Kau akan selalu disisiku dan mendampingiku. Kau akan selalu menjadi tangan kananku" Pangeran Barry menatap adiknya dengan bengis.     

Pangeran Abbash duduk dengan badan lemas. Ia benar - benar tidak ingin menyakiti hati kakaknya tetapi Ia juga tidak bisa menyingkirkan perasaan cintanya yang semakin lama semakin meraksuki hatinya. Ia mencintai Alena dan sangat mencintai Alena. Ia juga tidak ingin perasaan ini. Akal sehatnya menolak keras rasa cinta ini tetapi perasaannya tidak bisa. Ia merasa tidak adil mengapa disaat Ia jatuh cinta, Ia harus mencintai istri orang dan bahkan wanita itu sudah diicar oleh kakaknya.      

"Kakak.. Aku selama ini tidak pernah menginginkan apapun. Aku juga tidak pernah meminta apapun. Kakak biarkan Alena bersamaku " Kata Pangeran Abbash dengan mata berkaca - kaca dan penuh harap. Sungguh Ia tidak berdaya menghadapi perasaan cinta ini.     

Pangeran Barry malah mendengus, " kau istirahatlah.. mungkin kemarin Arani benar - benar menghajarmu terlalu keras sehingga membuat otak di kepalamu bergeser. Tunggulah !! Aku akan menghabisi semuanya pada saat acara wisuda nanti" kata Pangeran Barry.     

"Apa yang akan Kakak lakukan tolong jangan sakiti si kembar" Teriak Pangeran Abbash pada Pangeran Barry yang melangkah meninggalkan Pangeran Abbash.     

"Kakak!! Jangan lakukan apapun yang akan menyakiti Putri Alena.. kakak!! " Pangeran Abbash berlutut di bawah sambil berteriak memanggil kakaknya. Tetapi pangeran Barry  keluar dari kamar sambil menghempaskan pintu dengan keras.     

" Jaga pintu dari luar. Jangan sampai Ia keluar dari kamar. Awasi orang - orang yang akan masuk kedalam. Hanya orang yang memiliki akses dariku yang boleh masuk. Dan ingat semua makanannya di awasi dengan ketat." Kata Pangeran Barry sambil berjalan dan terus merutuk dalam hatinya.     

Pangeran Barry masuk ke dalam kamarnya dan di dalam sudah ada istrinya yang sedang menunggunya. Pangeran Barry membawa lima orang istrinya untuk menemaninya selama Ia di Amerika.     

Putri Rayya adalah salah satu istrinya yang dibawa dari Zamron. Putri Rayya adalah sepupu jauh dari Putri Rheina. Jadi Ia memang sebenarnya berasal dari kerajaan Azura. Putri Rayya tampak terkejut melihat wajah suaminya yang kelam.      

"Yang.. Mulia apa yang sebenarnya terjadi ?" kata Putri Raya sambil memegang tangan suaminya. Tetapi suaminya tidak berkata apa - apa. Ia malah menarik tangannya dari pegangan putri Raya. Mulutnya terkatup rapat dan giginya gemeretak. Putri Raya yang tahu suaminya sedang sangat marah kemudian dia terdiam sambil duduk menunggu suaminya bercerita.     

"Kau tahu kalau selama ini Aku selalu mengandalkan adikku Pangeran Abbash untuk melancarkan segala urusanku" Kata Pangeran Barry akhirnya bercerita.     

"Aku tahu itu Yang Mulia.." kata Putri Raya     

" Kau tahu kalau Aku ingin menjadikan Putri Alena untuk menjadi Ratu dari kerajaan Zamron ?" Kata Pangeran Barry lagi.     

"Tentu saja Yang Mulia. Bukankah Yang Mulia berulang kali mengatakan itu kepadaku " Kata Putri Raya.     

"Kau tahu kalau Aku juga menyuruh Pangeran Abbash untuk membantuku mendapatkan Putri Alena?" Kata Pangeran Barry lagi.     

"Ya.. Aku juga tahu itu" Lagi - lagi putri Raya menjawabnya dengan lembut.     

"Dia.. Pangeran Abbash. Adikku sendiri mengatakan bahwa dia menginginkan Putri Alena untuk dirinya sendiri" Kata Pangeran Barry dengan murka.     

Putri Raya langsung terdiam membisu, Ia kini tahu apa yang menjadikan suaminya begitu gundah. Ia kini tidak berani berkata apapun apalagi ketika dilihatnya Pangeran Barry kemudian berbaring dan mencoba tidur serta berharap kejadian hari ini adalah mimpi buruk belaka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.