CINTA SEORANG PANGERAN

Pangeran Abbash Yang Menolong Kami



Pangeran Abbash Yang Menolong Kami

0Arani hanya bisa menatap ke depan sambil memegang pegangan di pintu untuk menahan keseimbangan tubuhnya. Walaubagaimanapun dalam keadaan mobil dilajukan dengan kecepatan yang sangat tinggi sebagus apapun mobilnya maka goncangan itu pasti ada. Nizam sendiri sama sekali tidak berkata sepatah kata apapun. Untuk saat ini sesaat Alena hilang dalam ingatannya. Mata dan hatinya tertuju kepada kedua anaknya. Ini adalah naluri wajar seorang ayah atau ibu kepada anak – anaknya.     
0

Ketika mereka disuruh memilih mana yang harus diselamatkan lebih dulu, pasangan atau anak. Kebanyakan mereka memilih menyelamatkan anak – anak mereka. Nizam sendiri merasa bahwa ketika Pangeran Abbash membawa Alena, Ia tahu bahwa nyawa Alena sedikitnya tidak terancam karena Ia tahu kalau Pangeran Abbash mencintai Alena sebagaimana Edward mencintai Alena.     

Tetapi sepak terjang pangeran Barry lebih jahat dibandingkan dengan Pangeran Abbash. Nizam merasakan bahwa Pangeran Barry sepertinya berniat melenyapkan semua keluarganya. Bahkan ketika di tempat wisuda tadi ternyata memang yang berniat membunuh adalah Pangeran Barry walaupun ternyata yang meninggal adalah Edward.     

Edward.. Edward.. Tiba – tiba air mata Nizam mengalir lagi dengan deras. Hatinya begitu terpukul menyaksikan Edward meninggal dipangkuannya. Bagaimana bisa pria yang selama ini menempel di kehidupan cintanya dengan Alena harus tersingkir dengan begitu tragis. Nizam seakan masih mengingat bagaiman Ia menghalangi Edward yang hendak mencium Alena dikampus. Nizam yang begitu cemburu ketika melihat Edward makan bersama Alena di kantin kampus. Dan Ia masih mengingat ketika Edward mengkonfirmasi dia apakah dia mencintai Alena atau tidak lalu Nizam menjawab tidak.     

Nizam berbohong kepada Edward padahal saat itu benih – benih cinta sudah mulai tumbuh dihatinya. Ia mencintai Alena ketika gadis itu mulai selalu muncul di sekitarnya. Mencoba mendekatinya dan menggodanya dengan bau harum tubuhnya yang memabukkan. Nizam memang merenggut Alena dari sisi Edward. Edward memang benar. Kalau saja Ia tidak ada dalam kehidupan Alena pasti yang sudah menjadi suami Edward adalah Alena.     

Perasaan berdosa terasa menyesakkan dada Nizam. Dan yang paling menyesakkan adalah kalau Edward tidak akan pernah membiarkannya mati karena tidak ingin melihat Alena bersedih. Bagaimana bisa ada cinta yang begitu besar. Mengapa Edward seperti lilin yang membiarkan tubuhnya leleh terbakar dan musnah hilang karena memberikan sinar cintanya kepada orang – orang disekelilingnya.     

Mengapa semua ini bisa terjadi, Mengapa... AAAA.... Nizam menjerit sambil menekan gasnya dalam – dalam membuat Arani menoleh ke arahnya.  Nizam dalam keadaan emosi tinggi.  Mukanya begitu merah dan mendekati gelap. Sebagai calon raja hidupnya benar – benar selalu berada dalam masalah. Arani teringat dengan ramalan saudaranya Edward bahwa hidup Nizam akan terus bermasalah sampai nanti semua perubahan di Kerajaan Azura dan seluruh kerajaan Aliansi terjadi.     

Ketika mobil sudah mulai memasuki rumah sudah terlihat gerbang pintu yang hancur dan bau asap serta benda yang terbakar tercium. Melihat ada mobil yang masuk melesat para penjaga langsung kembali bersiaga. Posisi mereka ada di teras lantai atas dan langsung bersiaga menembak. Arani membuka kaca mobil dan melambaikan tangan setelah Arani memastikan bahwa penjaga itu adalah dari Azura.     

Para penjaga dan pelayan yang sedang membereskan bekas kejadian tadi langsung berhamburan menghampiri mobil Nizam. Nizam memarikirkan mobilnya dan langsung melompat keluar. Para pelayan dan penjaga membungkukkan badan memberikan hormat. Nizam tidak mengatakan apa – apa Ia langsung berlari ke dalam rumah sambil berteriak.     

"THALAL... THALAL...!! " Kata Nizam sambil langsung menuju ke ruangan bayi. Pangeran Thalal yang sedang mengatur orang – orang langsung meloncat keluar dari dalam ruangan. Begitu melihat Nizam Ia langsung menghambur memeluk kakaknya.     

"Kau selamat.. kau selamat.. Yang Mulia mengapa tidak membalas pesanku. Kakak.. Maafkan Aku tidak bisa kemana – mana. Aku takut meninggalkan mereka" Kata Pangeran Thalal.     

Tetapi Nizam tidak menjawab dan malah bertanya sambil melepaskan pelukan adiknya.     

"Dimana anak – anakku ? Apakah mereka ?" Kata Nizam dengan wajah yang masih pucat.     

"Alhamdulillah mereka selamat.. Kakak. Ayo aku antar untuk melihat mereka.. " Kata Pangeran Thalal sambil langsung berjalan menuju ruangan para bayi. Nizam mengikutinya dengan tergesa – gesa. Hatinya belum tenang sampai ia dapat melihat kedua anak – anaknya. Dan ketika Ia melihat Axel dan Alexa yang ada dalam gendongan Zarina dan Bastnah Ia langsung menggendong keduanya dan menciuminya dengan badan gemetar.     

Nizam lalu duduk di sofa sambil memangku Axel dan mendekap di dadanya. Sedangkan Alexa diberikan kepada Zarina.     

"Ceritakan kepadaku, sebelum Aku pergi lagi ! Cepat, tepat dan singkat !! " Kata Nizam sambil tetap mengelus Axel yang mulai rewel. Agaknya Ia merindukan ibunya. Ia menggeliat – geliat dan membuka matanya. Mulutnya terbuka dan mulai mengoceh seakan bertanya mana ibunya.     

Axel memang lebih rewel dan lebih bergantung kepada Alena tidak seperti Alexa yang lebih anteng dan tenang. Ketika Axel merengek, Nizam mengelus kepalanya. Dan berkata dengan nada serak.     

"Sabarlah Anakku. Muya-mu sedang pergi jalan – jalan dulu sebentar. Nanti Buya akan mencarinya" Kata Nizam dengan mata muram.     

Pangeran Thalal terkejut mendengar kata – kata Nizam. Ia baru sadar kalau Alena dan Cynthia tidak ada.     

"Kemana Kakak Putri ? mana istriku Cynthia ? pada kemana mereka.. ?" Kata Pangeran Thalal sambil menoleh.     

Arani dan Nizam serta yang lainnya baru sadar kalau Cynthia juga tidak ada.     

" Cynthia ?? Kemana dia..? Bukankah kau ada bersamanya ? " kata Nizam dengan muka tambah kelam. Arani baru tersadar kalau Ia meninggalkan Cynthia di ruangan tempat soundsytem. Ketika orang – orang sedang panik Ia menyeret Cynthia dan menyuruhnya menunggu di ruangan itu agar aman.     

Arani langsung membungkuk, "Hamba menyuruhnya menunggu di tempat soundsystem. Hamba mengaku bersalah tapi sebelum menghukum hamba, Izinkan hamba kembali untuk menjemput yang Mulia." Kata Arani sambil pergi. Nizam tidak melarangnya, Ia paham tindakan Arani adalah untuk menyelamatkan  Cynthia.     

"Thalal.. amankah kalau Aku tinggalkan sekarang ?? sekiranya di sini sudah aman. Aku akan pergi mencari kakak iparmu.. Ada banyak kejadian tidak terduga.. Aku sungguh tidak menyangka kalau pangeran Barry bisa sejahat ini. Aku tidak menyangkan kau bisa menangani semua ini. Aku sangat bangga" kata Nizam sedikit terhibur karena ternyata adiknya sudah dapat mengatasi serangan pangeran Barry.     

Wajah Pangeran Thalal menjadi memerah karenan malu.     

"Bukan Aku yang mengatasi semuanya? Pangeran Barry membawa sekitar seratus orang untuk menyerang rumah ini "     

"APAA? Bagaimana bisa dia membawa pasukan sebanyak itu dan siapa yang mengatasinya?' kata Nizam dengan terkejut.     

"Pangeran Abbash.." Kata pangeran Thalal dengan lemah. Nizam terperanjat bagaikan di sengat oleh listrik ribuan volt. Ia sama sekali tidak menyangka kalau pangeran itu menyelamatkan anak – anaknya.     

'Ba..bagaimana bisa ? " Kata Nizam sambil ternganga.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.