CINTA SEORANG PANGERAN

Sudah Jatuh Tertimpa Tangga



Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

0" Aku juga tidak tahu.. kalau seandainya tidak ada mereka. Maka matilah kami semua. Para pasukan itu bergerak sangat cepat dengan membawa senjata yang sangat lengkap. Mereka juga membawa granat dan menghancurkan sebagian paviliun dan rumah bagian belakang. Para penjaga ada yang terbunuh lebih dari sepuluh orang. Mereka hampir berhasil mengambil alih rumah ini ketika para anggota pasukan pangeran Abbash tiba – tiba mengeluarkan bom asap beracun yang melumpuhkan seluruh pasukan Pangeran Barry.     
0

Perbuatan licik itu sangat ampuh tidak berapa lama seluruh anggota pasukan pangeran barry langsung tumbah jatuh lemas dan anggota pasukan pangeran Abbash langsung membunuh semuanya. Kakak ini sangat mengerikan. Aku belum pernah menyaksikan kejadian mengerikan seperti ini. Pangeran Abbash benar – benar kejam. Dia seperti orang yang sakit jiwa"     

Belum selesai Pangeran Thalal bicara Nizam langsung pergi meninggalkan Pangeran Thalal dan menuju mobilnya. Ketika Ia melajukan mobilnya keluar. Iring – iringan mobil pengawalnya dan kepolisian baru datang. Dan mereka terpana melihat mobil Nizam kembali melesat keluar meninggalkan kediamannya.     

"HAH ? Bukankah itu mobil yang Mulia ? Bagaimana bisa Yang Mulia kembali pergi. Padahal kita baru sampai ?" kata Polisi itu keheranan.     

"Aku juga tidak mengerti ?  terus kita bagaimana ? " Kata polisi yang lain.     

"Tidak apa – apa, kita turun saja untuk mengoleh tempat kejadian perkara. Coba lihat rumah ini begitu mengerikan. Seperti habis dilanda angin topan beliung. Cuma ga ada korban satupun kelihatannya." Kata polisi sambil turun dari mobil polisi dan langsung mengamati keadaan rumah Nizam.     

"Tidak ada korban ? Kau lihat darah berceceran dimana – mana. Sangat mengerikan. Mungkin mereka sudah mengamankan mayatnya. Ayo kita masuk dan mulai mengadakan penelitian,"     

Polisi – polisi itu kemudian mulai masuk ke dalam rumah dan mengamati situasi sambil hendak bertanya kepada penghuni rumah yang lain, karena tadi jelas mereka melihat kalau pangeran Nizam sudah pergi meninggalkan mereka.     

Nizam melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi tetapi kemudian dia bingung, ke arah  mana Ia harus melajukan mobilnya. Ia tidak tahu kemana Pangeran Abbash membawa Alena. Kata – kata Pangeran Thalal yang mengatakan bahwa Pangeran Abbash  sangat jahat dan seperti orang yang sakit jiwa membuat Nizam menjadi sangat ketakutan. Istrinya sekarang ada di tangan Pangeran Abbash. Ia tidak tahu akan seperti apa nasibnya. Nizam hanya berharap Pangeran Abbash tidak membunuh istrinya.     

Nizam takut Pangeran Abbash akan memaksa Alena lalu ketika Alena menolaknya maka Pangeran itu akan membunuh istrinya. Bukankah pangeran itu tidak memiliki rasa kemanusiaan sedikitpun. Nizam menarik nafas dulu untuk menenangkan diri. Ia harus berpacu dengan waktu. Ia bisa melacak keberadaan Pangeran Abbash dari kendaraan yang dikendarainya atau dari sinyal handphonenya. Atau yang termudah adalah dari Amar. Nizam berharap Amar dapat mengejar Pangeran Abbash dan menyelamatkan Alena. Sehingga kemudian Nizam berpikir akan menelpon Amar terlebih dahulu     

Nizam  menepikan mobilnya ke pinggir. Nizam lalu Melepaskan jasnya dan melonggarkan  dasinya. Ia merasa jas dan dasinya  menghambat pergerakannya. Ia  juga menggulungkan lengan kemejanya sampai sikunya. Memperlihatkan lengannya yang berbulu lebat. Kedua tangannya mengepal erat. Ia lalu mulai menghubungi Amar. Ketika Ia membuka handphonenya Ia baru menyadari kalau handphonenya memang dimatikan. Karena ketika memasuki ruangan, panitia meminta dia untuk mematikan handphonenya.     

Ketika Nizam mengaktif- kan handphonenya. Ia melihat banyak misscall dari Pangeran Thalal. Nizam menggelengkan kepalanya. Sungguh menyesal Ia tidak mengaktif-kan handphonenya pas diruangan. Nizam lalu menghubungi Amar dan duduk di belakang stir mobilnya dengan berusaha menenangkan dirinya sendiri. Tetapi lama menunggu, Nizam tidak mendapatkan jawaban apapun dari Amar. Nadanya bahkan tidak ada. Handphone itu sepertinya mati.     

Nizam menghembuskan nafas panjang dan Ia hanya memiliki satu jalan. Yaitu dia harus menemui Chief Jeremy untuk meminta bantuannya. Untuk melacak seseorang jelas tidak mudah. Apalagi di negara Amerika yang begitu rumit dan kompleks aturan hukumnya. Hak seseorang dilindungi dengan sangat tinggi sehingga tidak bisa sembarangan bertindak.     

Nizam kemudian mencoba menghubungi Chief Jeremy dan setelah beberapa lama menunggu handphone dari Chief Jeremy meresponnya.     

"Yang Mulia ada dimana ? Aku mau mengkonfirmasi kejadian. Ini lebih parah dari yang Aku duga. Kau harus jadi saksi. Senator Anderson terlibat. Dan dia bisa dipenjara dalam jangka waktu yang lama." Kata Chief Jeremy.     

"Aku tahu itu.. " Kata Nizam dengan perasaan kacau balau.     

"Ada apa dengan Pangeran Barry ? Mengapa kau begitu ingin  menghabisimu. Dan oh ya ini ada asistenmu Arani sedang mencari Cynthia."     

" Yah.. Apakah dia sudah menemukannya ? " Kata Nizam.     

'Tidak .. Belum Cynthia ternyata tidak ada ditempat. Kemungkinan dia dibawa oleh Pangeran Barry. Tapi ngomong – ngomong kau tahu kalau Pangeran Abbash ada dipihak siapa? " Kta Chief Jeremy. Tetapi Nizam tidak menjawabnya Ia malah berteriak balik bertanya.     

"APAA ? Cynthia tidak ada ? Di bawa Pangeran Barry ? Mengapa bisa ? Ada apa ? Astaghfirulloh.. mengapa semua ini harus terjadi ? " Kata Nizam sambil kemudian memutar mobilnya langsung meluncur ke arah gedung tempat wisuda.     

Ibarat kata pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Alena belum ditemukan dan Cynthia juga ternyata hilang. Hari ini keluarga Nizam mendapat cobaan yang begitu besar, disaat seminggu lagi kepulangan dia ke Azura. Diluar dugaan kepulangannya malah terhambat. Kepala Nizam rasanya mau pecah. Bagaimana bisa Arani begitu ceroboh meninggalkan Cynthia tanpa pengawasan.     

Nizam menjadi sangat ingin marah, tapi marah terhadap siapa. Disaat begini Ia sendiri sangat membutuhkan bantuan tenaga dari siapapun. Jadi tidak mungkin Ia menghukum Arani. Dan yang menjadikan Nizam sangat kesal adalah mengapa Amar tidak memberitahukan posisinya ada dimana. Ia harus benar – benar bertindak tetapi dengan Alena ada di tangan Pangeran Abbash dan Cynthia ada di tangan Pangeran Barry, pikirannya menjadi sangat buntu.     

Mobil meluncur memasuki gedung tempat wisuda. Nizam melihat orang – orang sedang membereskan gedung yang porak poranda di bawah pengawasan ketat polisi. Beberapa polisi tampak sedang mengolah kejadian perkara. Mereka mengumpulkan banyak barang bukti untuk bisa mengusut tuntas kasus yang begitu menggemparkan ini.     

Ini sudah masuk ke dalam kategori membuat keonaran dan keresahan di muka umum. Bahkan kejadiannya pada saat para sarjana akan di wisuda. Ini kejadian yang sangat memalukan dunia pendidikan. Bahkan prosesi wisuda yang dihadiri oleh Seorang presiden Amerika bisa sampai kecolongan dengan lolosnya orang – orang yang membuat rusuh.     

Nizam melangkah masuk ke dalam sendirian dan Ia melihat Chief Jeremy yang sedang berbicara dengan Arani. Arani langsung membungkukkan badannya ke arah Nizam dengan muka tertunduk. Ia sudah pasrah kalau seandainya Nizam akan membunnuhnya sekarang. Karena kelalaiannya Ia sudah  menjadi penyebab hilangnya Cynthia     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.