CINTA SEORANG PANGERAN

Teganya Kau Lakukan itu, Nizam !!



Teganya Kau Lakukan itu, Nizam !!

0Nizam masih menatap Pangeran Abbash dengan tajam dan Pangeran Abbash masih menyunggingkan senyum liciknya. Nizam lalu menghela nafas panjang dan berulang kali menghembuskannya.     
0

" Jadi bagaimana Yang Mulia ? Apakah Anda bersedia memberikan Alena kepada Hamba yang tidak berdaya dan lemah ini ? " Kata Pangeran Abbash.     

Nizam malah berjalan mundur dan kembali duduk di tepi tempat tidur sambil menatap Alena dengan pandangan sejuta rasa. Ia lalu menatap pangeran Abbash dan mulai berkata dengan perlahan dan seakan penuh dengan penyesalan.     

"Sebenarnya Aku tidak ingin melakukan ini semua di depanmu. Aku tadinya akan berbaik hati menyadarkan hipnotis Alena di dalam kamar pribadiku. Tetapi Kau menantangku maka dengan sangat terpaksa Aku melakukannya di depanmu. Untuk menyadarkan dirimu agar tidak terlalu berhalusinasi terlalu tinggi. Berhalusinasi itu akan sangat menyakitkan kalau seandainya tidak tercapai" Kata Nizam sambil membaringkan Alena kembali di tempat tidur.     

Pangeran Abbash begitu terkejut melihat tingkah Nizam. Apa sebenarnya yang akan Nizam lakukan. Kalau mendengar dari apa yang dikatakannya. Pangeran Abbash mencoba menyimpulkan kalau Nizam akan melakukan sesuatu untuk menyadarkan hipnotis Alena. Tetapi bagaimana caranya ?     

Hipnotis yang Ia lakukan adalah hipnotis tingkat tinggi yang tidak akan mudah dibebaskan kalau tidak olehnya sendiri. Karena selain hipnotis ada sebagian ilmu sihir semacam guna – guna yang Ia lakukan pada Alena agar Alena menjadi tidak sadarkan diri.     

Tetapi Nizam sepertinya tidak menyadari itu semua. Pangeran Abbash mendengus dan mencibir, Ia mentertawakan tingkah Nizam yang begitu percaya diri hendak menyadarkan Alena. Memangnya ilmu Nizam seberapa tinggi sampai bisa membangunkan orang yang terkena hipnotis olehnya. Setahunya Nizam bukanlah orang yang menyukai ilmu kebatinan.     

Tetapi Mata Pangeran Abbash mendadak melotot, mulutnya terbuka lebar dan dadanya langsung berdenyut dengan sangat keras hingga membuat rasa sakit yang tadi hilang kini terasa kembali bahkan lebih hebat sakitnya dibandingkan tadi.     

Muka Pangeran Abbash yang sudah pucat semakin pucat pasi dan Ia kemudian terbatuk hingga kembali menyemburkan darah merah kehitaman. Dadanya terasa panas bergejolak, air matanya langsung meleleh berderai membasahi pipinya.     

Bagaimana Ia tidak muntah darah melihat adegan di depan matanya. Nizam  tampak membungkukkan badannya dan mensejajarkan posisi wajahnya ke wajah Alena. Lalu Ia menundukkan mukanya dan menyentuhkan bibirnya ke bibir Alena. Bahkan sebelum Nizam menyentuhkan bibirnya Ia melirik ke arah Pangeran Abbash dulu lalu tersenyum menggodanya.     

Pangeran Abbash lalu melihat bibir Nizam menyentuh lembut bibir Alena. Nizam menahan bibirnya sedikit lama sebelum kemudian lidahnya lalu menjilat seluruh permukaan bibir Alena yang lembut. Tetapi Alena masih belum menunjukkan reaksinya. Maka Nizam lalu menerobos bibir lembut itu oleh lidahnya yang runcing dan basah.     

Nizam mulai mencium Alena dengan penuh kelembutan tetapi kemudian kelembutan itu berganti menjadi sedikit kasar dan penuh hasrat. Nizam terus meraup bibir yang mungil tetapi sedikit tebal itu dengan leluasa. Hingga kemudian Nafas Alena yang tenang berubah menjadi lebih cepat. Mulut yang terkatup rapat itu lalu mulai merespon gerakan lidah Nizam. Ibarat sebuah pintu yang tertutup rapat lalu pintu itu terbuka oleh kunci yang biasa memasukinya.     

Tubuh Alena secara fisik merespon tubuh yang memang sudah sangat mengenalinya. Nizam merasakan tubuh Alena mulai merespon maka Ia melepaskan ciumannya di bibir Alena dan mulai menjilat telinga Alena dengan penuh perasaan lalu berbisik dengan lembut.     

" Bangun.. Sayang !! Mari kita bercinta.." Kata Nizam berbisik sangat lembut tetapi bisikan itu terdengar dengan sangat jelas di telinga Pangeran Abbash hingga kemudian Ia kembali muntah darah.     

Alena merengek ketika Nizam menyelimuti tubuh mereka dengan selimut agar Pangeran Abbash tidak dapat melihat tangan Nizam yang sudah mulai meraba – raba tidak terkendali pada tubuh Alena membuat rengekan Alena semakin terdengar.     

Pangeran Abbash mendelik melihat tangan Nizam bergerak – gerak di sekitar dada Alena. Walaupun tertutup selimut tetapi gerakan itu sangat nyata dan terlihat jelas di balik selimut.     

Tidak ada siksaan yang sangat menyakitkan selain melihat adegan ini. Pangeran Abbash meraung histeris dengan tangan terkepal dan itu malah melepaskan penekanan pada titik akupuntur pangeran Abbash. Sehingga darah sekarang bukan saja keluar dari mulut Pangeran abbash tetapi juga mengucur dari luka di kedua bahu Pangeran Abbash.     

"Kau jahat Nizam.. Kau manusia paling jahat yang pernah Aku kenal. Tolong.. Jangan lakukan ini di depanku. Jangan sentuh Alena di depanku.. JANGAAAN !!" Pangeran Abbash  menangis meraung – raung.     

"Teganya Kau lakukan itu kepadaku, Nizam ! " Pangeran Abbash tertunduk dengan perasaan hancur berkeping - keping. Ini benar - benar sangat menyakitkan.     

Tetapi Nizam tidak memperdulikan raungan Pangeran Abbash. Nizam harus membuat Alena tersadar kembali di depan Pangeran Abbash agar keinginan Pangeran Abbash untuk memiliki Alena langsung musnah sekarang juga.     

"Alena.. bangun !!.. Ayolah.." Bisik Nizam sambil meremas tubuh Alena.. Alena menggeliat sambil merintih. Jiwanya yang tadi melayang – layang langsung kembali masuk ke dalam raganya karena sentuhan dari suaminya sendiri. Perlahan mata Alena terbuka dan langsung tersenyum melihat wajah Nizam ada di depannya.     

Alena seperti sedang bermimpi dan dia belum menyadari bahwa Ia sedang berada di kamar hotel dan berada di hadapan Pangeran Abbash. Alena merangkulkan tangannya ke leher Nizam.     

"Dadaku sakit...Aku rasa,  Aku belum menyusui si kembar. Di mana mereka ? Aah.. Nizam kau malah.. meremasnya " Bisik Alena sambil memegang tangan Nizam yang bergerak – gerak. Mendengar rintihan Alena, Nizam menghentikan gerakannya. Ia tampak bahagia melihat Alena sadar.     

Tadi sebenarnya ketika tahu kalau Alena terhipnotis oleh Pangeran Abbash, Nizam sangat takut juga. Ia terbayang bagaimana sulitnya membangunkan hipnotis dari Pangeran Thalal. Tetapi kemudian Nizam teringat kalau pikiran Alena sebenarnya sangat pendek. Ia mudah melupakan sesuatu dan memiliki jiwa yang sulit untuk merasakan suatu trauma.     

Orang seperti Alena akan bisa tertawa dengan mudah beberapa menit setelah Ia menangis. Ini bukan karena dia labil tetapi karena dia dapat cepat melupakan kejadian yang menyakitkan dan hanya mengingat kebahagiaan. Orang seperti Alena juga terkadang tidak memiliki rasa takut yang berlebihan.     

Itulah sebabnya Nizam berspekulasi dengan sentuhannya maka Ia akan menyadarkan Alena dari hipnotisnya. Dan itu benar – benar berhasil.     

"Nizam...Nizam.." Alena kemudian malah balas mencium suaminya dengan menggebu – gebu sampai Ia lalu tersadar mendengar suara raungan dan tangisan Pangeran Abbash. Alena seketika terbangun dan menyingkirkan tubuh Nizam yang sudah mulai menindihnya. Tubuh Nizam terguling ke samping. Dan tidak lama kemudian Alena lalu menjerit sambil mendekapkan selimut di  dadanya.     

"AAA.... Mengapa ada pangeran Abbash di sini? Dan mengapa Ia berdarah.. " Alena membalikkan tubuhnya dan langsung mendekap suaminya dengan wajah ketakutan. Nizam mendekapkan muka Alena ke dadanya apalagi kemudian dari luar Ia mendengar Amar berteriak. Ia rupanya sudah tidak tahan lagi mendengar Alena berteriak histeris.     

"Yang Mulia.. Pangeran Nizam. Ada apa dengan Putri Alena ? Apakah Hamba boleh masuk ?" Amar benar – benar khawatir akan situasi di dalam.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.