CINTA SEORANG PANGERAN

Hilangnya Kepercayaan pada Orang Lain



Hilangnya Kepercayaan pada Orang Lain

0Nizam berdiri disamping pintu sambil sembunyi Ia berusaha tidak terlihat oleh si penjaga bahkan Ia juga menyuruh semua orang untuk sembunyi. Sehingga ketika si penjaga itu membuka pintu Ia tidak akan menemui siapapun sehingga itu akan memancingnya untuk keluar dari ruangan kokpit. Karena kalau Ia sampai hanya memunculkan kepalanya saja Nizam jadi takut kalau buruannya akan lepas.     
0

Nizam berharap semoga penjaga yang di dalam tidak lebih dari dua karena memang ruang kokpit itu terbatas jadi tidak bisa menampung orang banyak – banyak. Taksiran Nizam hanya akan ada dua penjaga agar ruang kokpit tidak penuh.     

Nizam menempelkan telinganya ke dinding ruang kokpit untuk mendeteksi kedatangan penjaga dan tidak lama kemudian tampak pintu di buka dari dalam. Si penjaga itu lebih hati – hati dari penjaga yang pertama. Ia hanya membuka pintunya sedikit dan mengintip untuk memastikan bahwa di luar aman. Tapi si penjaga heran karena tidak ada siapapun di luar.      

Ini menjadi menarik perhatiannya maka si penjaga membuka pintunya lebih lebar dengan tetap menyiagakan senjatanya. Diluar masih hening dan tidak ada siapapun sehingga Ia kemudian melangkah keluar. Setelah seluruh badannya di luar, Nizam masih tidak mau menyerang. Ia tetap menempelkan temboknya ke dinding ruang kokpit hingga kemudian si penjaga itu lalu akan beranjak masuk lagi.     

Tetapi sebelum penjaga itu melaksanakan niatnya, Nizam sudah memukul leher orang itu dengan sekali pukulan menggunakan pinggiran telapak tangannya. Pukulan itu mengenai titik yang mematikan sehingga orang itu langsung roboh merenggang nyawa. Amar memandang dari balik dinding semua yang Nizam lakukan.      

Ia sebenarnya jendral yang tidak terlalu dekat dengan Nizam dibandingkan dengan Imran dan Arani sehingga Ia jarang melihat Nizam berkelahi. Gosip dari mulut ke mulut yang mampir di telinga dia adalah Nizam memiliki keahlian ilmu yang luar biasa untuk ukuran seorang pangeran putra mahkota. Dan itu bisa Amar saksikan sendiri sekarang. Ia melihat bagaimana Nizam melumpuhkan musuhnya hanya dalam sekali pukulan dengan wajah yang sangat dingin.     

Andaikan sepuluh jendral seperti dirinya dan dikumpulkan untuk melawan Nizam kelihatannya belum tentu akan berhasil. Amar menjadi heran dengan tingkah Imran. Imran berada di sisi Nizam sudah lama jadi sangat tidak mungkin bagi Imran untuk tidak tahu kalau Nizam bisa bertarung sebaik ini. Ia juga seharusnya tahu kalau Nizam di kelilingi oleh orang – orang yang luar biasa. Tetapi mengapa Imran sampai tega berkhianat walaupun seharusnya Imran tahu kalau berkhianat kepada Nizam kemungkinan besar tidak akan berhasil.     

"Kau sungguh luar biasa,, " Bisik Alena dengan penuh kekaguman kepada suaminya dan itu membuat Nizam menjadi berbangga hati. Sampai menggembung hidungnya karena pujian istrinya.     

"Benarkah ? " Kata Nizam sambil memiringkan mukanya ke arah muka Alena. Muka Alena mundur menjauh sambil cengengesan.     

"Aku tidak bohong. Kau sangat sakti " Kata Alena dengan tulus.     

"Baiklah..terima kasih tetapi Aku tidak butuh pujian dalam bentuk kata – kata. Aku butuh pujian dalam bentuk lain" Kata Nizam sambil mengangkat alisnya dengan lucu.     

Alena kini memahami apa maksud dari suaminya, Ia tersenyum sambil berkata.     

"Pastikan kita aman sampai di Azura dan Aku akan merangkak di kakimu" Kata Alena mengeluarkan janjinya. Mata Nizam membesar dengan lebar. "Kau harus berjanji.."     

"Aku berjanji kepada Yang Mulia Pangeran Putra Mahkota" Kata Alena sambil mengangkat sebelah tangannya.     

Nizam mengacungkan jempolnya. Ia kemudian berbalik ke arah Amar.     

"Kalau kau sudah memastikan bahwa tidak ada penjaga satupun yang tersisa maka segeralah kau urus jenazah istrimu. Di pesawatku selalu ada kain kafan untuk mengatasi hal seperti ini. Sebagai seorang suami kau berhak memandikannya dan dibantu oleh Bastnah" Kata Nizam. Alena kemudian menatap ke arah Nizam dan Nizam berkata kepada istrinya.     

"Sebagai seorang calon ratu, kau hendaknya harus tahu bagaimana memandikan dan menyolatkan jenazah " Kata Nizam kepada Alena. Nizam tidak menyuruh Alena untuk ikut memandikan secara eksplisit tetapi perkataan Nizam dapat ditangkap oleh Alena kalau Ia harus ikut memandikan jenazah Zarina.      

Alena sebenarnya takut tetapi Ia tidak mau menyerah kepada ketakutannya bukankah pada suatu hari nanti Ia akan menjadi mayat jadi Ia tidak boleh takut. Alena kemudian menganggukan kepalanya.     

"Baiklah, Aku akan membantu Jendral Amar untuk mengurus jenazah Zarina " Kata Alena sambil menahan kesedihannya yang tersekat di tenggorokannya.     

Alena baru saja berbincang dengan Zarina tentang rencana Zarina akan membuka restoran India di Azura. Ia juga ingin mendirikan sekolah masak untuk para wanita Azura agar mereka bisa mempraktekkannya di rumah atau bisa membuka usaha dalam bidang masakan seperti dirinya.     

Alena begitu semangat memberikan suport kepada Zarina bahkan Alena bersedia menyediakan modal awal untuk Zarina. Dan Zarina begitu senang dengan bantuan dari Alena. Tetapi takdir mengatakan hal lain. Zarina meninggal di bunuh Imran sebelum sempat mewujudkan mimpinya. Alloh pasti memiliki rencana yang lebih baik untuk Zarina.      

Alena berjalan meninggalkan Nizam di ikuti oleh Amar dan beberapa pelayan termasuk Bastnah. Mereka akan mengurus jenazah Zarina agar ketika mendarat di Azura, Zarina dapat segera dimakamkan.     

Dalam hati Nizam juga sebenarnya sangat terguncang dengan kematian Zarina. Beberapa bulan terakhir ini , Zarina sangat dekat dengan keluarganya. Ia juga menyelamatkan Pangeran Thalal dari kebutaan. Ia juga menjaga keluarg Nizam dari Pangeran Abbash yang bisa menyusupkan jiwanya. Berkat Zarina, Pangeran Abbash tidak bisa menyelidiki lagi ke rumah Nizam yang ada di Amerika.     

Tetapi memang tidak ada seorangpun yang bisa melawan takdir selain Ia harus mengikhlasan semuanya kepada Alloh. Nizam kemudian bergerak hendak membuka pintu tetapi belum juga tangannya bergerak dari dalam pintu itu sudah terbuka sendiri. Nizam segera menyelinapkan lagi tubuhnya ke balik ceruk pesawat.     

Nizam melihat seorang kru pesawat keluar dari dalam ruang kemudi. Nizam tahu persis itu kru pesawat karena mengenali dari wajah dan pakaiannya. Kru pesawat itu tidak sebanyak para pengawal sehingga Nizam hapal siapa saja mereka.     

Walaupun yang keluar adalah seorang co-pilot tetapi Nizam tetap waspada. Sekarang selain Alena, Nizam sudah hilang kepercayaan kepada siapapun termasuk bahkan termasuk kepada bayangannya sendiri.     

Co-pilot itu terlihat celingukan dan Ia melihat penjaga itu tergeletak mati di depan pintu. Nizam menyembunyikan dirinya sendiri sambil mengawasi co-pilot. Co-pilot itu menggunakan kakinya untuk meyakinkan kalau sipenjaga sudah benar – benar. Setelah benar – benar yakin penjaga itu mati. Tiba – tiba dengan kekuatan penuh si co-pilot itu menendangi mayat si penjaga.     

"Mampus kamu ya !! Mampus !! Berani – beraninya melawan Yang Mulia Pangeran Nizam. Aku benci pengkhianat ! Aku benci.." Katanya sambil terus menendangi mayat si penjaga dan Ia baru berhenti ketika Ia mendengar suara Nizam yang berdehem.     

"Hhhh.. Alhamdulillah ternyata Kau berhasil membunuh salah satu penjaga " Kata Nizam sambil menganggukan kepalanya. Si co – pilot tampak terkejut dan langsung menjatuhkan diri berlutut     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.