CINTA SEORANG PANGERAN

Murkanya Nizam



Murkanya Nizam

0Arani melihat Alena sedang duduk sambil melelehkan air matanya dan ketika Arani menyapanya, Alena langsung meloncat dan memeluk wanita yang sangat disayangi oleh suaminya.      
0

"Aku minta maaf, Aku minta maaf. Aku yang bersalah. Aku sangat menyesal Arani " kata Alena bertubi - tubi sambil tetap memeluk Arani seakan Ia tidak akan pernah melepaskannya lagi. Arani hanya terdiam membiarkan Alena melepaskan semua perasaannya. Setelah kemudian tangisannya mereda. Arani memegang kedua bahu Alena dan memintanya untuk duduk.     

"Yang Mulia, menjadi seorang Ratu tidaklah mudah. Yang Mulia jangan terlalu bersedih dan terbawa perasaan, setiap orang dapat berbuat salah. Seseorang tidak mungkin hidup dengan tindakan yang selalu benar. Tidak masalah dengan kesalahan yang Ia perbuat sepanjang orang itu mempelajari hikmah kehidupan dari masalah yang Ia perbuat.      

Setiap masalah yang dihadapi oleh Yang Mulia akan menempa Yang Mulia untuk menjadi seorang Ratu yang hebat. Hamba Arani, bersumpah akan selalu mendampingi Yang Mulia Raja Nizam Al - Walid dan Yang Mulia Ratu Alena " kata Arani sambil berlutut dan mengangkat tangannya.     

Semua yang hadir di ruangan itu termasuk Jonathan dan para polisi sangat terkejut mendengar sumpah itu. Apalagi dengan ketiga teman Jonathan, mulut mereka ternganga dengan rasa kekagetan yang luar biasa.     

Jonathan menghampiri istrinya dan memegang bahu istrinya untuk memberikan tanda isyarat bahwa di dunia ini ada dirinya yang perlu didampingi juga.     

Arani memegang tangan itu lalu memalingkan wajahnya ke arah suaminya sambil tersenyum Ia berkata,     

"Maafkan Aku suamiku karena Aku hidup dan besar di kerajaan, Aku tidak bisa beranjak dari sisi mereka " Kata Arani dengan penuh rasa penyesalan.     

Tetapi Jonthan malah membalas senyum Arani dan kemudian ikut berlutut di samping istrinya dan di depan Alena lalu berkata, " Aku Jonathan, Demi cintaku kepada istriku maka Aku akan ikut mendampingi istriku untuk melaksanakan sumpahnya " Kata Jonathan membuat Arani begitu terharu dan hampir meneteskan air mata.     

Alena malah mundur tiga langkah ke belakang menghadapi suami istri yang berlutut di depannya untuk mengucapkan sumpah setia. " Kalian tidak perlu berlebih - lebihan seperti ini. Aku tidak memerlukan pengorbanan kalian yang begitu besar ini. Aku tidak sanggup " kata Alena sambil pucat.     

" Kau tidak bisa menyia - nyiakan sumpah setia mereka. Yang perlu Kau lakukan hanya mengendalikan dirimu dan tidak bertindak sembrono lagi " Suara dibelakang mereka terdengar berat dan penuh penekanan. Aura dingin langsung menyelimuti seluruh ruangan.  Semua mata seketika memandang kepada orang yang tengah berbicara itu.     

Alena langsung menggigil ketakutan. Ia berlari ke belakang tubuh Arani dan mencoba berlindung di sebalik tubuhnya. Wajah orang itu begitu menakutkan. Mukanya merah dengan kening berkerut.     

Sedangkan Arani dan Amar langsung membungkukkan badannya dan memberikan hormat sambil mengucapkan salam, " Assalamualaikum Yang Mulia. Salam hormat, semoga Yang Mulia selalu panjang umur dan selalu diberkahi " Kata Arani dan Amar sambil membungkukkan badannya.     

Nizam hanya mengangkat tangannya. Di wajahnya masih tersirat kekesalan yang luar biasa pada istrinya. Matanya juga masih terasa mengantuk karena efek obat tidur yang belum sepenuhnya habis. Hanya karena ketahanan tubuh Nizam yang tidak biasa maka Nizam dapat segera bangun.     

Sedangkan Pangeran Thalal sampai detik ini masih terlelap tidur sambil ditemani oleh Cynthia yang baru saja datang setelah melaporkan semuanya kepada Nizam.     

Tadinya Cynthia akan ke kantor polisi tetapi kemudian perutnya terasa sakit dan kram sehingga kemudian Ia memutuskan untuk pulang dan memberikan laporan kepada Nizam.     

Nizam sendiri baru terbangun dari tidurnya dengan susah payah. Ia kemudian bermeditasi sebentar untuk membuka seluruh peredaran darahnya dan membersihkan pengaruh obat tidur yang baru saja Ia minum. Sehingga tidak lama Ia mulai tersadar sepenuhnya. Nizam langsung murka mendengarkan laporan dari Cynthia tentang keadaan di Cafetaria.      

Suasana di kantor polisi tampak sangat mencekam. Aura mengerikan langsung mengelilingi udara diruangan ini.     

Di belakang Nizam, berdiri Ali dan Fuad beserta Nayla wajah mereka juga tidak terlihat baik karena mereka juga menyadari apa yang sudah terjadi. Alena semakin ketakutan menyadari situasi yang begitu tegang ini.     

Arani merasakan kemarahan Nizam yang sangat menakutkan. Ia hanya berdiri sambil menghalangi tubuh Alena dari pandangan Nizam. Tubuh Nizam sudah gemetar dan dia tampak mengepalkan tangannya. Urat - urat tangannya terlihat tegang terbayang dipunggung tangannya.     

"Yang Mulia mohon tidak terlalu emosi. Yang Mulia Putri Alena tidak bermaksud untuk sejauh ini. Mungkin Yang Mulia Putri Alena hanya ingin bersenang-senang" Kata Alena sambil membungkukkan badannya.     

"Bukan bersenang-senang kalau sampai mencelakakan orang lain. Dia sudah memiliki anak tapi masih bertingkah seperti remaja labil. Bahkan sempat- sempatnya dia membawa Cynthia yang sedang hamil besar ke dalam kekonyolannya.     

Kali ini dia sangat keterlaluan. Aku tidak akan mengampuninya sampai Ia menyadari kesalahannya."     

"Aku minta maaf Nizam. Ampuni Aku. Aku tidak tahu kalau semua ini bisa terjadi. Aku sungguh menyesal" Kata Alena sambil tetap bersembunyi.     

"Nizam, bukannya Aku mau turut campur tapi Alena sangat ketakutan. Apakah kau tidak bisa memaafkan nya untuk kali ini. "Kata Jonathan sambil ikut berdiri di samping istrinya melindungi Alena.      

Nizam menjawab dengan suara dingin, "semakin banyak orang yang melindunginya, semakin banyak orang yang memanjakannya maka dia akan semakin merasa bahwa dia bisa berlaku seenaknya.     

Siapapun yang meminta kepadaku untuk mengampuni Alena, baik itu kau, istrimu atau Cynthia atau siapapun, Aku tidak akan pernah mengabulkannya. Hari ini istriku harus dihukum. "Kata Nizam dengan suara yang sangat menakutkan.     

Alena menggigil dan tidak berani berkata-kata lagi. tidak ada mata yang biasanya menatapnya penuh dengan kasih sayang. Kali ini dimata Nizam hanya terlihat kemarahan yang sangat membara.     

Api amarah yang keluar dari wajah Nizam, tubuh Nizam dan pikiran Nizam seakan-akan ingin menghapuskan semua yang ada di depannya baik itu benda ataupun orang.     

Walaupun Nizam sangat marah, tetapi dia tidak kehilangan kontrol nya.  Nizam lalu berkata kepada Ali serta beberapa pengawalnya. "Arani, Amar dan Ali serta beberapa pengawal, pulanglah dan bawa Alena ke rumah. Pastikan ia tidak kemana-mana lagi dan dia harus berada di dalam kamarnya untuk menerima hukuman.      

Aku dan Jonathan serta Fuad dan Nayla akan pergi ke rumah sakit tempat Lolita dirawat. karena satu-satunya jalan agar Arani bisa bebas adalah dengan membuat Lolita tidak melakukan  pengaduannya." Nizam lalu menghela nafasnya terlebih dahulu.     

"Walaupun sebenarnya ini adalah kasus yang sangat rumit dan sangat berat karena kita sama sekali tidak ada bukti untuk menahan Pangeran Abbash.     

Kita tahu sebenarnya, bahwa dia yang bersalah. Tetapi secara kasat mata orang-orang hanya tahu Amar, Arani dan dua orang pengawal Alena itu berkelahi dengan Lolita.     

Dan Lolita ini adalah wanita yang sedang hamil. Sudah bisa dipastikan siapa yang akan bersalah.     

Tetapi tidak usah khawatir, Aku yakin kalau memang kemenangan pasti akan berada di pihak yang benar. "kata Nizam sambil kemudian menyuruh Arani untuk segera pergi menuju mobil yang dibawa oleh Nizam dan pengawalnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.