CINTA SEORANG PANGERAN

Asisten Nizam yang Masih Hijau



Asisten Nizam yang Masih Hijau

0Karena dalam keadaan darurat, Nizam membopong Zarina ke atas tempat tidur dan berusaha menyadarkan Zarina dari pingsannya. Ia lalu mengeluarkan handphonenya dan memanggil Nayla dan Arani untuk masuk ke dalam kamar. Nayla dan Arani segera masuk dan mereka terkejut melihat Zarina terkulai dalam pingsannya.     
0

"Apa yang terjadi ?" Kata Nizam sambil mundur ke belakang dan membiarkan Nayla dan Arani berusaha menyadarkan Nayla. Nizam menoleh ke arah Mr. Sanjay yang terlihat tetap tenang.     

"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Nona Zarina hanya sedikit kaget karena aliran energi dalam cakranya tiba - tiba terbuka. Semalam ini mungkin Nona Zarina harus beristirahat dulu  sebelum Hamba lanjutkan tahap pelatihan penggunaan tenaga dalam Nona Zarina." Kata Mr. Sanjay     

" Oh Ok.. kalau begitu. Aku ingin ada seseorang diantara kalian yang menunggu Zarina semalaman di sini dan memastikan dia dalam keadaan baik - baik saja " Kata Nizam sambil menatap ke Arani dan Nayla.     

Arani sedikit pucat mendengar kata - kata Nizam tanpa sadar matanya menatap ke arah Nizam, dan Nizam memandangnya dengan tatapan aneh tetapi kemudian Nizam sadar tentang kondisi Arani.     

"Oh ya Maaf. Aku lupa kondisi Arani. Maksudku yang menemani Zarina malam ini dan malam - malam selanjutnya adalah Nayla. Aku tidak ingin ada orang lain yang menunggunya. Karena kedudukan Zarina sangat penting bagiku. Aku ingin yang menungguinya adalah orang yang sangat Aku percayai." Nizam berkata sambil menyembunyikan senyumnya membuat Arani merah padam dan Nayla kebingungan.     

"Tetapi mengapa harus hamba tiap malam? Mengapa antara Hamba dan Arani tidak gantian saja ? Malam ini hamba, besok Arani yang akan menemani Zarina. Demikian seterusnya sampai selesai" Kata Nayla dengan polos. Ia tidak mengerti kalau Arani sudah menikah dan harus bersama suaminya.      

Nizam menghembuskan nafasnya sambil menggelengkan kepalanya. " Beginilah kalau memperkerjakan asisten yang masih hijau." Kata Nizam sambil membuang muka dan Ia lalu memberikan isyarat kepada Mr. Sanjay untuk pergi.Dan Nizam pergi tanpa berkata apapun lagi.  Arani dan Nayla segera membungkukkan badan memberikan hormat kepada Nizam.     

Setelah Nizam dan Mr. Sanjay pergi. Arani berbalik sambil memandang Nayla dengan buas seakan ingin menelannya. Nayla memundurkan tubuhnya menjauhi macan betina di depannya. Ia merasa alarm tanda bahaya menyala pada tubuhnya dan benar saja tidak berapa lama Arani menendang tubuh Nayla sampai mencelat terpental sejauh satu meter ke belakang.     

Nayla terbungkuk sambil memegang dadanya yang terasa sedikit sesak terkena tendangan Arani. Walaupun Arani menendangnya dengan mengurangi sepersepuluh tenaganya tetap saja Nayla merasa dadanya sesak.     

"Sebagai asisten Yang Mulia, aturan  pertama yang harus kamu ingat adalah tidak membantah perintah Yang Mulia sekiranya perintah itu tidak bertentangan dengan moral" Kata Arani sambil kemudian melangkah keluar dengan badan tegak.     

Nayla mengusap - usap dadanya sambil nyengir. Ia lalu bangun berdiri sambil mencibirkan bibirnya. "Dasar macan betina, segitu saja sudah marah. Aku mana mengerti tentang aturan itu. Aku kan baru jadi asisten Yang Mulia. Belum tahu banyak. Lagipula tugasmu yang mengajari Aku" Kata Nayla berbisik pelan.     

Tapi Nayla tergagap ketika Arani yang sedang melangkah, menghentikan langkahnya dan Ia berbalik. Nayla kaget luar biasa Ia semakin pucat.     

"Kau bicara apa tadi ? " Kata Arani dengan kesal.     

Nayla menelan ludahnya sambil mundur ke belakang lagi Ia merasa nyawanya akan melayang.     

"Aku tidak bicara apa - apa ?" Kata Nayla mencoba mengelak. Ia masih tidak percaya kalau Arani bisa mendengar bisikannya.     

Arani berjalan mendekati Nayla lalu Ia menempelkan telunjukknya di dada Nayla lalu mendorongnya sambil berkata, "Beberapa hari yang lalu Aku mempelari tentang ilmu yang mempertajam pendengaranku jadi Kau jangan mengelak kalau Kau tidak mengatakan apa - apa.      

Aku sangat jelas mendengar kalau Kau tidak tahu apa - apa dan mengatakan kalau tugasku mengajarimu " Arani berkata dengan mata melotot.     

Nayla menelan ludahnya, 'Ya Tuhan.... mengapa ada orang yang sangat menakutkan seperti ini. Arani atau Pangeran Abbash keduanya adalah horor...' Nayla berkata dalam hatinya.     

"Tadi Aku sudah mengajarimu aturan yang pertama dan sekarang dengarkan aturan yang kedua." Arani lalu memegang dagu Nayla dan menggoyang - goyangkan ke kanan dan ke kiri.     

"Tidak mengatai orang yang ada di belakang mereka seperti tadi, karena itu akan sangat mudah membuka rahasia yang harusnya Kau simpan. Ingat musuh Yang Mulia Nizam sangat banyak. Belajar menutup mulutmu atau kau akan mencelakai Yang Mulia. PAHAM !!" Kata Arani dengan pandangan menusuk. Nayla langsung menganggukan kepalanya dengan ketakutan.     

"A..Aku paham. Aku minta maaf dan tidak akan mengulanginya lagi " Kata Nayla sambil bersungguh - sungguh.     

"Bagus !! Dan terakhir, jangan pernah mengatakan Aku tidak melakukan tugasku karena sampai Kau  benar - benar bisa diandalkan untuk menjadi asisten yang Mulia, Aku tidak akan pernah membiarkan Kau beristirahat dengan tenang " Kata Arani sambil pergi keluar dari kamar.     

Arani tidak berani lagi berkata apapun. Ia benar - benar ngeri dengan ketangguhan Arani. Ia merasa tidak ada apa - apanya dibandingkan Arani. Pantas saja Nizam terlihat sangat mengandalkan Arani untuk menangani hal yang penting.     

Sementara itu Arani pergi dengan bersungut - sungut tidak jelas, 'Dasar bocah bau kencur! apa Ia tidak tahu kalau Aku sudah menikah. Aku tidak bisa pergi meninggalkan tempat tidur suamiku tanpa seijinnya sekarang. Aku harus selalu ada disampingnya kapanpun Ia menginginkanku.  Yang Mulia Nizam saja mengerti hal itu, makanya Yang Mulia meralat perintahnya ' Arani berkata dalam hatinya.     

***     

Nizam kemudian bergegas berjalan menuju kamar Alena dan si kembar sambil dikawal oleh Ali dan Fuad. Sesampainya di depan kamar Ia lalu masuk dan melihat Alena masih tertidur sambil duduk dengan si kembar yang sedang menyusu di kanan dan kirinya.     

Nizam menggelengkan dengan mata yang muram karena sedih dan terharu. Para pengasuh si kembar segera turun dari tempat tidur dan membungkuk memberikan hormat. Nizam mendekati Alena dan menyentuh pipinya. Mata Alena tampak sayu ketika Ia mencoba membuka matanya. Nizam meraba kening anak - anaknya, Ia lega karena suhu tubuh keduanya mulai normal.     

Gara - gara fokus kepada adiknya Ia sampai sedikit melalaikan kedua anaknya . Nizam sangat menyesal Ia lalu mengambil Alexa dan menggendongnya. Alexa membuka matanya dan melihat ke wajah Ayahnya. Hati Nizam langsung terenyuh. Di sentuhnya pipi merah itu oleh telunjuknya.     

" Maafkan Buya, Putri kecilku. Buya terlalu sibuk mengurus pamanmu" Kata Nizam sambil menyentuhkan pipinya ke pipi Alexa. Alexa malah tersenyum manis.     

" Masya Alloh.. Rab. Indahnya senyum Putriku " Nizam mendekapkan Alexa ke dadanya. Hilang sudah perasaan gundahnya karena urusan Pangeran Thalal.     

Alena tersenyum, Ia memindahkan Axel yang Ia peluk dengan tangan kiri ke tangan kananya,       "Apakah semuanya baik - baik saja ?" Alena bertanya dan Nizam tidak menjawab dulu Ia malah memeluk kepala Alena dan mengecup keningnya dengan lembut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.