CINTA SEORANG PANGERAN

Berkata Jujur (5)



Berkata Jujur (5)

0Nizam tetap berdiri sambil menatap adiknya dan Arani. Tapi kemudian Ia mengambil handphonenya dan mulai menelpon dokter yang Ia bawa dari Azura. Tidak lama kemudian seorang Dokter dan dua perawat datang mulai memeriksa Pangeran Thalal dan Arani dengan seksama. Cynthia melihat bahwa mereka bekerja tanpa bicara sepatah katapun. Mereka bekerja seakan tidak ada kejadian apa-apa. Tangan-tangan mereka begitu terampil membersihkan luka di wajah Pangeran Thalal dan Arani.     
0

Cynthia tidak berani mendekat Ia melihat suaminya sama sekali tidak merintih atau meringis, Wajahnya tetap terlihat datar. Demikian juga dengan Arani. Seakan-akan tidak ada kesakitan yang menyentuh mereka. Sesaat kemudian semua luka sudah dibersihkan dan diobati.     

"Ada luka seriuskah?" Tanya Nizam pada Dokter Azwar. "Tidak ada Yang Mulia. Pangeran Thalal hanya luka robek dipelipis, memar dibagian pipi dan Nona Arani luka kening, mungkin Ia hanya akan pusing karena mengalami gegar otak ringan. Luka dikeningnya akan kering dalam beberapa hari. Hamba memberikan obat penahan sakit dan beberapa obat untuk mempercepat penyembuhan luka"     

"Oh Ok.. baiklah, Kau boleh pergi"     

"Hamba memberikan hormat kepada Yang Mulia, Semoga panjang umur dan selalu dilimpahi berkah" Kata Dokter itu sambil pamit keluar dari apartemen Nizam.     

Nizam lalu duduk bersender di kursi sambil mengeluarkan rokoknya tetapi kemudian Ia tidak jadi menyalakan rokoknya karena teringat Cynthia sedang dalam keadaan hamil. Ia melemparkan rokoknya ke atas meja.     

"Aku membutuhkan orang-orang yang sangat loyal disekelilingku. Aku adalah seorang putra Mahkota yang akan melakukan suatu revolusi* di kerajaanku sendiri. Dan itu tidak akan mudah. Para kaum tua akan menentang mati-matian. Sehingga kemungkinan revolusiku akan berlangsung dengan kekerasan.     

Kalian adalah orang-orang yang akan ada disekeliling ku. Musuhku akan jadi musuh Kalian. Kalian ada didalam lindunganku. Aku tidak ingin jadi Raja yang berlindung dibelakang para pendukung nya. Aku harus jadi Raja yang berada di paling depan untuk melindungi Kalian.     

Jadi kalau Kalian bertindak diluar sepengetahuanku maka kedudukanku sebagai pelindung kalian akan hilang. Sebenarnya kesalahan kalian tidak terlalu fatal. Kalian sudah dua kali bertindak tidak loyal diluar sepengetahuanku. Untungnya kedua-duanya hanya berkaitan dengan Edward.     

Kalau seandainya dengan musuhku yang ada di Azura lalu kemudian kalian diperangkap selain Kalian akan membahayakan kedudukan Azura kalian juga akan membahayakan nyawa kalian.     

Aku tidak ingin menempatkan kalian dalam bahaya. Jadi tolong untuk selalu berkonsultasi denganku dalam hal apapun. Hari ini Aku sudah bertindak keras bukan karena Aku membenci Kalian tapi karena Aku begitu mengkhawatirkan keselamatan kalian di masa yang akan datang."     

Mata Cynthia yang penuh air mata terbelalak. Tidak terlintas sedikitpun bahwa Nizam akan berkata seperti ini. Cynthia selalu merasa dirinya pintar tetapi ternyata tetap saja tidak bisa menandingi kepintaran Nizam.     

"Arani...Apakah Kau marah kepadaku?" Tanya Nizam.     

"Kenapa Kamu bertanya seperti itu? Bukan Arani yang dipukul olehmu tapi suamiku, Pangeran Thalal. Lihat wajah tampannya jadi bengkak" Kata Cynthia sewot. Ia melihat wajah tampan Suaminya jadi babak belur. Nizam langsung melirik tajam pada Cynthia, Cynthia langsung mengkeret ketakutan. [Sialan monster itu sangat menakutkan. Mengapa Alena bisa tahan ada disisinya ] Cynthia mendengus.     

"Seandainya Aku boleh memukul wanita, maka yang pertama kali Aku akan pukul adalah Kau, Cynthia" Kata Nizam dengan tajam.     

"Aku memukul adikku sendiri untuk mewakili mu. Aku sangat marah kepadamu dan adikku tahu itu, sehingga Ia mengorbankan dirinya untuk Aku pukuli sebagai penghalang Aku marah kepadamu"     

Wajah Cynthia langsung pucat pasi bagaikan bulan kesiangan. Ia melihat ke arah suaminya, Pangeran Thalal memalingkan wajahnya tidak ingin dilihat istrinya. Mata Cynthia kembali berkaca-kaca lalu kemudian menangis terisak-isak.     

"Mengapa seperti itu? Mengapa Kau begitu menyakitkan hatiku. Nizam, Aku lebih suka Aku yang Kau pukul daripada Kau pukuli suamiku" Kata Cynthia dalam tangisnya     

"Aku harap hari ini jadi pelajaran untuk kalian. Kau Cynthia cobalah untuk menjadi istri yang lebih menghargai suamimu sendiri. Mungkin dari segi kecerdasan suamimu ada dibawahmu. Tetapi seorang suami adalah pemimpin di keluarga. Apapun perkataannya kalau memang itu membawa kebaikan untuk kalian maka turuti. Aku berkata seperti ini karena Aku yakin sebenarnya adikku pasti sudah melarang Kau menemui peramal itu."     

Cynthia menundukkan kepalanya Ia mengaku salah. "Dan Kau Thalal, cobalah untuk bersikap lebih tegas pada istrimu"     

"Iya Kakak..Aku mengakui salah. Jadi mohon maafkanlah Cynthia. Seandainya Aku lebih tegas kejadian ini pasti tidak akan pernah terjadi" Pangeran Thalal tetap melindungi istrinya. Mendengar itu Cynthia malah semakin keras menangis. Nizam menjadi kesal.     

"Kau bawa istrimu menjauh dariku, tenangkan Ia. Aku tidak tahan mendengar tangisannya yang bisa merusak gendang telinga ku." Kata Nizam sambil mendengus.     

Cynthia menatap Nizam dengan wajah penuh kemarahan. " Kau memang laki-laki yang paling tidak berperasaan. Berhati batu" Cynthia mengomel-ngomel tapi kemudian dia ditarik suaminya menjauhi Nizam.     

"Lepaskan Aku Yang Mulia, Aku ingin memukul kepala Kakakmu itu pakai sepatu. Aku membencinya..." Kata Cynthia kepada Nizam.     

"Kalau Kau membenciku maka anakmu nanti akan mirip dengan ku" Kata Nizam sambil tersenyum lucu.     

"Jangan harap!!! Jangan mimpi!!!" Teriak Chyntia.     

Setelah Cynthia dan Pangeran Thalal pergi. Nizam melirik Arani. "Apa kepalamu pusing?"     

"Tidak Yang Mulia. Terimakasih banyak atas pelajaran yang sudah hamba terima hari ini. Jikalau Yang Mulia memaafkan hamba. Hamba berjanji tidak akan pernah mengulangi kesalahan ini lagi"     

"Arani jangan pernah melibatkan mereka tentang hal yang berbahaya seperti kemarin. Kau tahu Pangeran Thalal dan Cynthia adalah orang-orang terdekat ku. Aku tidak akan pernah bisa menahannya kalau mereka sampai celaka karena diriku. Kau harus melindungi mereka bukannya malah malah mencelakakan mereka"     

"Hamba bersalah. Hamba mohon maaf."     

"Jangan sampai berita ramalan ini tersebar ke Azura. Pastikan Edward tidak berkata apapun lagi"     

"Yang Mulia, Apakah wanita tua itu perlu dibungkam?" Kata Arani.     

Nizam menghela nafas. "Tidak.. wanita itu tidak bersalah. Jangan pernah melukai orang yang tidak bersalah"     

"Baiklah Yang Mulia.. Sekali lagi Hamba benar-benar menyesal."     

"Sudahlah.. Selalu ada hikmah dibalik suatu kejadian. Istirahatlah. Aku akan menjemput istriku dulu. Oh ya Arani, terima kasih Kau mengorbankan dirimu untuk menyelamatkan adikku"     

"Itu karena memang Hamba yang bersalah. Bahkan itu belum cukup. Hamba benar-benar berterima kasih Yang Mulia begitu baik kepada Hamba" Kata Arani sambil kemudian pamit undur diri.     

***     

*Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat baik dilakukan secara terencana atau tidak yang dijalankan melalui kekerasan atau tidak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.