My Precious Husband (COMPLETE)

Part 22



Part 22

0Ana berdiri dengan canggung di samping Kei, kilatan cahaya dari kamera media menyilaukan matanya, membuat Ana tak nyaman. Wajar saja, seorang wanita biasa seperti Ana yang tidak biasa bertemu orang banyak saat ini malah dihadapkan pada puluhan media yang mengabadikan dirinya melalui jepretan kamera milik mereka serta ratusan tamu undangan yang hadir malam ini. Jujur saja Ana ingin kabur dari sana, bersembunyi di kamar rumah sakit Mikail sembari memeluk adiknya.     
0

Saat ini Kei sedang berpidato mengenai sejarah perusahaan milik Ayahnya yang kemudian ia kembangkan sehingga menjadi maju begitu pesat dan meraih keuntungan yang tinggi olehnya. Kedua orang tua Kei dan Mona tampak bangga menatap anak juga kakak yang tengah berbicara penuh kharisma, seketika Ana jadi ikut bangga, siapa yang tidak bangga? Diperkenalkan pada dunia sebagai istri seorang CEO muda dengan kekayaan berlimpah, juga sangat tampan membuat banyak wanita yang mengharapkan ada di posisinya saat ini, meski hanya pernikahan kontrak, setidaknya Ana pernah merasakannya.     

"Sepertinya saya tidak perlu banyak bicara lagi, karena pada hari ini juga saya ingin memperkenalkan kepada teman-teman media maupun tamu undangan yang terhormat, mungkin sebagian sudah tahu, wanita cantik disamping saya ini sebagai istri saya yang bernama Anastasya Alvero. Saya harap doa teman-teman agar hubungan kami langgeng hingga maut memisahkan kami. Sekian pengumuman dari saya, terimakasih, silahkan menikmati pestanya"     

Sorak sorai juga gemuruh tepuk tangan menggema di seluruh ruangan, Ana menatap haru Kei yang juga tengah memandangnya sembari tersenyum hangat, Ana tahu semua ucapan pria itu hanya kepura-puraan, tapi Ana tidak peduli, ia tetap bahagia dan mengaminkan semua doa terbaik untuk hubungan mereka.     

"Kamu cantik sekali Ana"     

Ana berdiri seorang diri dengan gelas berisi minuman di tangannya di ujung ruangan dekat jendela. Ana tidak nyaman dengan keramaian sehingga membiarkan Kei sedang berbincang dengan rekan kerjanya entah dimana, Ana memperhatikan sekitarnya, semua orang disini tampak mengagumkan, pasti mereka menggunakan pakaian mahal. Tiba-tiba seorang pria menghampiri Ana, ia berdiri tegap dihadapnnya, Ana mengeryit merasa tak kenal pada pria itu, memang harus ia akui wajahnya sangat tampan tapi Ana merasa terganggu dengan pandangan pria itu seolah menelanjangi tubuh Ana apalagi saat tercium aroma alkohol dari mulutnya saat ia berkata memperkenalkan diri yang Ana dengar bernama Yudi.     

"Nyonya Alvero, kau sangat cantik dan sexy!" Pujinya tapi membuat Ana tidak nyaman dengan pujian itu. Agar ia tidak dianggap tak sopan dengan rekan kerja Kei, Ana mengucapkan terima kasih lalu beralasan untuk pamit meninggalkannya karena sungguh Ana ketakutan, kalau pria itu tidak bau alkohol Ana mungkin masih bisa bersikap biasa saja, karena kewarasan pria itu terjaga tapi kalau seperti ini ia yakin Yudi bisa lepas kontrol dan berbuat gila.     

Tangan Ana dicengkram kuat oleh Yudi saat ia melangkah pergi "Buru-buru sekali, kita bahkan belum berbincang-bincang" Ana mencoba menarik lengannya tapi cengkraman itu terlalu kuat.     

"To-tolong lepaskan, saya harus menemui Kei"     

"Ah sayang sekali ya kau sudah menjadi istri Kei, hey aku juga kaya sepertinya loh tidak ingin bermain denganku?" Mata Ana membeliak mendengar pelecehan dari pria itu. Ia semakin menarik lengannya.     

"Jaga bicaramu tuan, dan lepaskan!!"     

"Hey brengsek! Kau tidak dengar apa yang dikatakannya?" Mendengar suara lain yang keluar bukan dari mulut Ana, Yudi menolehkan wajahnya mendapati presensi Mona menatapnya tajam, pria itu segera melepaskannya sembari terkekeh.     

"Mona.. adik kecilku!!! Aku hanya bercanda dengan kakak iparmu! Dia manis sekali ya!" Mona merotasi matanya jengah, tangannya menarik Ana agar mendekat disampingnya.     

"Pergilah, jangan ganggu Ana"     

"Wah wah galak sekali sih, Aku hanya ingin kenal dengannya! Bukan begitu Ana?" Yudi melihat Ana yang sontak saja menundukkan wajahnya, Ana tidak berani menjawab apapun.     

"Lihat! Dia bahkan muak melihat wajahmu! Pergilah atau kuadukan pada Kei, biar kau dihajarnya."     

"Eyy Mona, kau kaku sekali sih. Masa kakak sepupumu ingin kenal dengan kakak iparmu tidak boleh? Akukan baru bertemu dengannya, kemarin tidak bisa datang ke pernikahan mereka" Wajah Ana terangkat setelah mendengar kalimat tentang status pria itu, jadi sepupu ya? Bukan rekan kerja? tapi kembali menundukkan wajahnya saat mendapatkan mata elang pria itu mengedip genit padanya.     

"Aishhh, kenapa keras kepala sekali sih. Ayo Ana kita saja yang pergi" Mona menarik Ana menjauh meninggalkan Yudi yang tertawa seperti orang tak waras, dan jantung Ana berdebar cepat juga bulu kuduknya merinding saat telinganya masih mampu mendengar ia yang ingin bertemu lagi dengannya.     

"Tenanglah Ana ia hanya sinting, tidak Jahat"     

Ana tak mampu mencerna kalimat yang Mona ucapkan, apa bedanya dengan keduanya? Sama-sama menyeramkan buat Ana, memangnya orang sinting akan melakukan sesuatu dengan benar? Tidakkan? Bisa saja ia juga berbuat jahat. Ya Tuhan, Ana berharap tidak akan bertemu lagi dengannya.     

:rose::rose:     

Kei melihat Ana yang menggenggam lengan Mona berjalan menuju arahnya. Sudah sejak tadi pria itu mencari keduanya tapi tak menemukannya, saat langkahnya semakin mendekat dan berhenti dengan jarak dua langkah darinya tanpa perasaan Kei menyentil kening Mona dengan keras, Mona mengaduh kesakitan, karena sakitnya bukan main-main. Ana saja sampai ikut meringis.     

"Adik nakal, bengal, liar, sukanya menyusahkan kakaknya saja. Kalau mau menjadi liar sendiri saja, jangan mengajak istriku!" Kata Kei menarik Ana mendekat ia membuka jaket blazernya lalu disampirkan kepundak Ana agar menutupi punggung mulusnya yang sejak tadi menjadi santapan mata para buaya.     

"Aduh Kei sakit!!!!! Tapi gaun itu sangat cocok untuk Ana. Memangnya kenapa kalau punggungnya terekspos. Ana berhak kok mempamerkan tubuh indahnya!" Jawab Mona asal yang lagi-lagi mendapat toyoran di kepalanya, Kei mendorong tubuh Mona menjauh seraya mengumpat agar ia tak semakin memepengaruhi hal buruk pada Ana. Setelah Mona pergi perhatiannya tertuju pada Ana kembali. Tangannya di pundak Ana, meremasnya dengan lembut.     

"Apa saat tidak bersamaku, ada yang mengganggumu Ana?" Tanya Kei lembut, Ana menggelengkan kepalanya berbohong, lebih baik ia berbohong daripada melihat kemarahan Kei, apalagi Yudi adalah sepupu mereka, akan sangat merusak acara jika Kei menghajar pria itu disini. Lagipula Mona juga sudah menyelamatkannya meski Ana tidak yakin dirinya tidak akan bertemu lagi dengan Yudi karena ancaman pria itu. Kei mengusap pipi Ana sembari tersenyum, sejak tadi ia ingin menatap Ana lama-lama menganggumi wajah wanita itu, ia juga tidak bisa menghilangkan pikirannya dari Ana. Sial! malam ini Kei menggila karena Ana.     

"Kamu cantik Ana! Sangat!" Pipi Ana merona mendengar pujian Kei, lantas senyumannya mengembang di wajah cantiknya.     

"Apalagi saat tersenyum" Tangan Kei masih betah mengelus pipi Ana yang semakin memerah layaknya kepiting rebus.     

"Kei aku malu!!!!" Kei tertawa mendengar pengakuan Ana.     

"Benar Ana aku sungguh-sungguh, berapa kali ya aku sudah mengatakan kalau kamu cantik?" Ana mendongak mendengar pertanyaan Kei tangannya mengusap dagu seperti orang berpikir, padahal wajahnya semerah tomat, tapi ia mencoba bersikap tenang, lalu kemudian menunjukkan kesepuluh jarinya diwajah Kei     

"Seribu kali?" Ana memiringkan wajah, tawanya yang renyah masuk kedalam gendang telinga Kei, menjadi alunan yang begitu indah yang pernah ia dengar selama hidupnya, dengan gerakan cepat Kei menurunkan tangan Ana, menarik Ana kedalam pelukannya membuat ia memekik kaget, kepala pria itu menyelisik ditengkuk Ana menghirup aromanya yang khas, dalam-dalam setelah menciumnya sekilas.     

"Kalau begitu seharunya aku memujimu jutaan kali Ana, karena seribu saja tidak akan cukup!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.