My Precious Husband (COMPLETE)

Part 19



Part 19

0Ana merasai bagian perutnya yang berat karena sebuah lengan kekar melingkarinya, memeluknya secara posesif dari belakang, juga merasai hembusan nafas yang teratur di pucak kepalanya. Perlahan matanya terbuka, melihat ke sekelilingnya yang terang karena sinar matahari masuk menembus jendela kaca. Ana melihat jam yang tertempel di dinding tepat diatas televisi sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Namun mengingat hari ini hari minggu, matanya kembali terpejam karena masih merasakan ngantuk.     
0

Tetapi aroma kopi yang ia cium, kembali membuatnya membuka matanya lagi lalu mengernyit tak mengerti. Ana melihat lengan kekar itu masih melingkar, bahkan semakin mengerat takkala ia menggerakan tubuhnya, Kei menenggelamkan wajahnya di tengkuk leher Ana. Jika Kei ada dibelakangnya lalu siapa yang membuat kopi, hingga aromanya sampai tercium ke hidungnya. Ana mencoba melepaskan lengan Kei dari perutnya.     

"Kei lepaskan, ada orang didapur" ujar Ana.     

"Biarkan saja Ana, itu pasti Mona" gumamnya tak jelas di pundak Ana, Kei masih betah memeluknya, menghirup dalam-dalam aroma tubuh Ana yang sangat enak menurutnya, pencampuran aroma strawberry dengan feromon tubuhnya membuat Kei kecanduan. Tapi kegiatan mengagumi aroma Ana terganggu begitu saja saat kaki kurang ajar milik mona mendarat di bokongnya dengan keras. Mona menendang bokong indah milik kakaknya tanpa perasaan, Kei meringis kesakitan sedangkan Ana terkekeh geli lalu melepaskan diri dari bekapan Kei. Wanita itu merapihkan rambutnya seraya melihat pergulatan antara kedua kakak adik tersebut, Kei membengkap Mona dengan ketiaknya, sampai-sampai suara teriakannya menggema diruang tamu.     

"Kei bodoh!!!"     

"Arghhhh Lepaskan!! Kau belum mandi!!"     

"Arghhhhhh Jorooook"     

Begitulah teriakan Mona yang menggema, Setelah puas membalas dendamnya, Kei melepaskan adiknya yang penampilannya kini tampak kacau, make upnya berantakan, bibirnya mengerucut. Sedangkan Ana tertawa saja, membantu Mona merapihkan rambutnya yang kusut, ia baru tahu jika adik iparnya lucu seperti ini, padahal kesan pertama kali bertemu, Mona terkesan lebih dewasa dibandingkan dirinya, anggun, namun tegas.     

"Kei brengsek, lihat penampilanku kacau, padahal aku ingin jalan-jalan dengan Ana" rancaunya sembari menepuk lengan Kei yang keras. Kei menarik bibir Mona yang memang sudah maju sejak tadi, ia membuat bibir adiknya semakin maju.     

"Jaga ucapanmu adik kecil!!" Ujarnya jengkel tangannya ditepis kasar oleh Mona.     

"Eh, kamu mau mengajakku pergi?" Tanya Ana setelah menyadari perkataan Mona. Lalu dibalas anggukan yang terlampau semangat olehnya.     

"Kemana?" bukan Ana yang bertanya tetapi Kei yang lebih dulu menyela perkataannya. Matanya memicing menatap Mona penuh curiga. Mona mengacuhkan pertanyaan Kei, biar saja pria itu penasaran. Ia memandang Ana antusias.     

"Bergegaslah Ana, kita akan melakukan girl time!!!!" Cengiran di wajahnya tercipta setelah mengatakan itu.     

:rose::rose:     

Ternyata girl time yang dimaksud Mona adalah berbelanja sepuas hati di mall, makan enak, dan melakukan perawatan diri di salon yang benar-benar membuat Ana merasakan kesenangan menjadi seorang putri, Mona pintar membuatnya senang, tapi tentu saja Ana tahu diri untuk tidak membeli barang2 mewah itu, Meskipun Mona memaksa dan mengatakan tidak apa-apa karena ia memakai uang Kei yang katanya tidak akan habis meski Ana membeli sepuluh mobil, tapi tetap saja, Ana bukan wanita seperti itu, ia tidak terbiasa menghabiskan uang untuk keperluan tak penting apalagi uang orang lain. Ana hanya membeli keperluan Mikail adiknya, sekali-kai ia juga ingin membahagiakan malaikat kecilnya itu. Apalagi hari ini ia tidak datang menjenguk dan digantikan ibu Kei, Ana akan sangat merasa bersalah jika tak membeli apapun.     

"Ana menurutmu gaun ini bagaimana? Aku tidak punya gaun untuk acara ulang tahun perusahaan, karena terlalu sibuk menyiapkan semua kelengkapan acara." Ana melihat dua gaun berbeda yang ditunjukkan Mona padanya, satu gaun model mermaid berwarna hitam dengan permata bertebaran di seluruh gaunnya, sedangkan satu lagi gaun dengan kain menjuntai hingga mata kaki tapi bagian lehernya berbentuk V hingga dadanya berwarna merah maroon. Ana sendiri tidak mengerti fashion ia cenderung menggunakan apapun yang membuatnya nyaman, tapi ia menilai Mona akan tampak semakin cantik jika ia menggunakan gaun mermaid itu, tubuh Mona indah, jika ia memakai gaun itu Ana menjamin Lekuk tubuh Mona mampu membuat semua wanita iri padanya.     

"Baiklah, aku memilih gaun mermaid ini. Sepertinya gaun ini memang cocok untukku" ujarnya setelah mendengar pendapat Ana, kemudian wanita itu memilih gaun lainnya, tapi bukan untuk dirinya melainkan untuk Ana.     

"Pilihlah Ana, karena kau akan menjadi tamu spesial acara yang ku rancang. Kau harus tampak mempesona."     

"Oh aku tidak tahu, apa aku diundang datang juga?" Tanya Ana bingung, Mona menaikkan satu alisnya ke atas.     

"serius, Kamu tidak tahu? Tentu saja kau harus datang. Seharusnya Kei memberi tahumu karena kau akan diperkenalkan ke media." Jelas Mona tangannya masih sibuk menyisir gaun-gaun indah dihadapannya, Ana hanya memperhatikan Mona dan mengekori kemanapun wanita cantik itu pergi.     

"Apa tidak akan masalah? Tapi Kei tidak mengatakan Apapun padaku"     

"Benarkah? Aishhhhh pria itu benar-benar keterlaluan. Tenang Ana, Kei pasti mengatakannya padamu. Ah tidak ada yang bagus. Sepertinya kita cari ditempat lain saja Ana. Ayo" Mona menarik tangan Ana lalu pergi dari butik itu ke butik yang lainnya, Mona cukup banyak bicara, jadi mereka tidak merasa canggung sama sekali kendati keduanya hanya bertemu beberapa kali.     

"Kupikir kamu seorang arsitek?" Tanya Ana ditengah perjalanannya menyusuri mall, mereka mencari tempat makan yang cocok untuk selera keduanya. Padahal sebenarnya tadi sudah makan, tapi rasanya setelah mengitari mall beberapa kali, tenaga mereka terkuras lagi dan butuh penambahan energi. Masalah gaun sudah terselesaikan, pada akhirnya Mona merancang sendiri gaun khusus Ana yang dibantu designer ternama kenalan Mona yang kebetulan ada di butiknya.     

"Memang benar kok, kenapa?"     

"Tidak apa-apa, aku hanya bingung. Kamukan sekarang sedang mengurusi acara ulang tahun perusahaan, aku hanya merasa keduanya bukan bidang yang sama"     

"Tak sama tapi serupa sih, menurutku sama-sama merancang." Mona menyengir menampakkan giginya yang rapi.     

"Aku tidak mengerti, tapi kamu hebat Mona"     

"Terima kasih Ana. Oh kamu mau makan steak? Tiba-tiba aku jadi ingin makan itu" Kata Mona akhirnya memutuskan apa yang akan menjadi penambah energi mereka, Ana hanya mengangguk mengiyakan, lagipula Ana tidak tahu ingin makan apa, jika mengikuti seleranya pasti tidak akan cocok dengan adik iparnya, secara Ana sehari-harinya hanya makan masakan buatannya sendiri.     

Mereka masuk kedalam sebuah restauran khusus steak, seorang pelayan menyambut kedatangannya kemudian memberi buku menu. Keduanya telah memilih menunya masing-masing. Lalu menunggu hingga pesanan mereka datang.     

"Apa tinggal di London menyenangkan?" Tanyanya lagi, hari ini Ana jadi ingin tahu banyak tentang kehidupan Mona, karena menurutnya Mona hebat bisa menjalankan dua kegiatan yang berbeda dan tinggal di negeri jauh seorang diri. Apalagi sosok didepannya yang selalu menampakan wajah cerahnya itu seorang wanita.     

Mona sedikit terkejut mendengar pertanyaan Ana, tiba-tiba saja wajahnya berubah sendu.     

"Tidak ada yang menyenangkan selain tinggal dekat dengan keluargamu Ana. Apalagi awal tujuanku ke London karena melarikan diri"     

Ana memiringkan kepalanya, timbul gurat kerutan di kening Ana pertanda bingung. Tapi rasa penasarannya tak berlangsung lama karena Mona segera melanjutkan kalimatnya.     

"Aku telah melakukan kesalahan di masa lalu, aku terlalu takut menghadapinya sehingga aku melarikan diri, butuh waktu lama menyadarkan ku dari rasa takut, sampai aku bisa menjalani hidupku lagi. Tapi sekarang aku dihantui rasa menyesal yang luar biasa karena menjadi pengecut. Jadi aku memutuskan kembali kesini meninggalkan pendidikan ku sementara untuk memperbaiki semuanya" Mona menjelaskan semuanya dengan mata berkaca-kaca, Ana jadi merasa bersalah karenanya ia harus mengorek luka lamanya lagi. Memang benar adanya dibalik tawa seseorang pasti menyimpan dukanya sendiri. Ana menggenggam tangan Mona.     

"Kuharap kamu benar-benar menyelesaikan semua urusanmu Mona"     

"Kuharap begitu Ana, tenang saja aku sudah melakukan sesuatu untuk menebus kesalahanku"     

Keduanya kembali tersenyum, kemudian pesanan mereka datang lalu menikmatinya dalam diam. Setelah selesai makan keduanya bergegas pergi dari sana untuk kembali pulang. Di perjalanan menuju parkiran, tiba-tiba seseorang menabrak Ana hingga jatuh tersungkur.     

"Hey, matamu dimana sih!!!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.