My Precious Husband (COMPLETE)

Part 24



Part 24

0Kei menuntun Ana ke sebuah kamar dimana Mikail terbaring kaku tak bernyawa, langkah Ana semakin memberat saat mendekati pintu ruangan itu. Ia menghentikan langkahnya sebelum benar-benar sampai, meremat kemeja Kei kuat. Rasanya tidak sanggup jika harus masuk kedalam sana, lama terdiam Ana akhirnya menghela nafasnya pelan lalu melanjutkan langkahnya. Kei menekan pintu kamar, mendorongnya ke dalam menampakkan presensi ibu Kei yang tengah mencium kening Mikail.     
0

"Mikail sekarang sudah tidak sakit lagi ya nak, ibu doain disini biar Kail senang disana"     

Tangis Ana kembali terdengar setelah mendengar ungkapan ibu membuat ibu menolehkan wajahnya sendu kepada Ana. Sama seperti Ana kondisi ibu juga memprihatinkan meski baru kenal, ibu sudah menganggap Mikail anaknya sendiri. Ibu bahkan beberapa kali berduaan dikalan Ana tengah pergi keluar. Bagi ibu Mikail sama berharganya layaknya kedua anaknya saat ini.     

Ana mendekat, meraih tangan kurus Mikail yang sudah dingin. Dadanya sesak, sakit sekali seperti ingin terlepas dari tempatnya mengingat Mikail tidak akan bisa tersenyum lagi dihadapanya, ia berlutut agar wajahnya sejajar dengan Mikail, Ana mencium tangan kecil Mikail meletakkannya di dadanya, sedangkan tangan yang satunya mengusap kepalanya yang botak.     

"Mikail sayang..." suaranya begitu lirih hampir hilang karena terlalu banyak menangis.     

"Maaf ya sayang, kakak bukan kakak yang baik buat Kail..."     

"Mikail berjuang sendirian selama ini, pasti sakit ya badan Kail, Kakak inget waktu Kail nangis pertama kali karena disuntik, tapi sejak saat itu Kail hebat tidak nangis lagi..." Ana tidak melanjutkan kalimatnya lagi lalu menunduk dengan tangisannya. Sekuat tenaga ia mencoba menenangkan dirinya lalu melanjutkan kalimatnya. Tidak ada satupun yang ada disana menghentikannya, mereka tahu, Ana membutuhkan waktunya.     

"Kail....."     

"kenapa Kail curang? Kail tidak sayang kakak ya? Kenapa Mikail tinggalkan kakak sendirian.... Kakak.....Kakak takut sendirian" Setelah mengatakan itu Ana jatuh terduduk, menutup wajahnya dengan tangannya.     

Semua yang dikamar Kei, Mona, ayah dan ibu terkejut melihat Ana yang meraung-raung dalam tangisannya, Ibu yang didekat Ana berlutut membawa Ana kedalam pelukannya, ia tak kuasa menahan tangisnya yang sempat berhenti tadi     

"Ana~" Ana tak menjawab tapi ia tahu bahwa ibu yang sedang memeluknya, Ibu mengusap lembut punggung Ana memberi ketegaran. Kemudian meraih kedua pipi Ana, menyelipkan rambut Ana yang berantakan ke telinganya.     

"Yang ikhlas ya nak. Kasihan Kail kalau kamu seperti ini. Ada ibu, ayah, Kei, Mona sayang. Kamu tidak sendiri"     

"Ibu..." Ana memeluk ibu dengan erat menumpahkan semua kesedihannya. Ibu mengatakan dengan sungguh-sungguh, saat Ana menjadi menantunya maka sejak itu juga ia anaknya, Ana akan mendapatkan kasih sayangnya yang setara.     

:rose::rose:     

Proses pemakaman berjalan begitu cepat, Ana jatuh pingsan lagi saat jenazah Mikail mulai diturunkan ke liang lahat, oleh sebab itu sejak proses pemakaman hingga sekarang Ana berada dalam kamar Kei tidak diperbolehkan suaminya untuk ikut melanjutkan proses pemakaman, ia ditemani Mona yang sekarang tengah memegang bubur.     

"Ana~ kau harus makan, sejak pagi kau belum makan" ujar Mona, melihat Ana yang hanya diam saja dengan pandangan kosong ke depan, ia menghela nafas sekali lagi meminta Ana untuk mengisi perutnya, setidaknya beberapa suap saja yang penting Ana makan. Tapi lagi-lagi Mona diabaikan Ana, Bagaimana ini? Mona tidak tahu lagi harus berbuat apa, sedangkan Kei menitipkan Ana padanya, Kalau Ana tidak makan begini pasti Kei marah padanya.     

Saat ingin membujuknya lagi, pintu kamar terbuka menampakkan Kei yang mengenakan kaos hitam polos dengan celana pendek. Sepertinya Kei baru saja selesai dengan semua urusan. Hari ini kedua orang tua Kei dan Mona menginap, itulah sebabnya Ana ada di kamar pria itu. Kei melihat makanan yang masih utuh ditangan Mona kemudian melihat Mona dengan pandangan yang diartikan. Masih belom makan juga? Yang langsung mendapat gelengan lemah dari Mona, Kei menghela nafasnya pelan berjalan menuju mereka lalu mengambil alih mangkuk berisi bubur itu. Mona meninggalkan mereka berdua.     

"Ana.." Panggilnya, Ana menoleh matanya memancarkan kesedihan yang dalam.     

"Makan ya, ayo buka mulutmu" ucap Kei tangannya terjulur dengan sesendok bubur, tapi Ana masih mengatup bibirnya rapat-rapat menolaknya dengan gelengan kepala. Kei menghembuskan nafasnya gusar, ia mengusap kepala Ana pelan.     

"Ya sudah kamu istirahat saja ya" kali ini Ana mengiyakan, lalu membaringkan tubuhnya, saat Kei hendak pergi, Ana menarik ujung baju Kei hingga Kei memutar tubuhnya.     

"Kei jangan pergi... aku.... aku takut"     

"Tidak Ana, aku tidak akan kemana-mana" lalu Kei ikut membaringkan tubuhnya, mendekap Ana dalam pelukannya.     

"Tidurlah Ana, aku akan ada disini terus, memelukmu seperti ini" Katanya melanjutkan lalu mengeratkan pelukannya. Kei mengusap punggung Ana sampai ia benar-benar terlelap , berharap esok harinya Ana sudah kembali membaik dapat melanjutkan hidupnya lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.