My Precious Husband (COMPLETE)

Part 17



Part 17

0Sudah seminggu setelah operasi yang dilakukan Mikail, kondisinya semakin membaik. Ana bersyukur adiknya bisa menjalani masa sulit itu, rasanya Ana hampir putus asa saat Mikail kondisinya menurun dan sempat tak sadarkan diri selama dua hari. Ana berdoa siang dan malam demi kesembuhan Mikail, apalagi saat kritis seperti itu, Ana sama sekali tidak ingin jauh dari adiknya. Dari Kei yang awalnya memaksa untuk pulang sampai akhirnya menyerah menemani Ana dirumah sakit. Sejujurnya Ana tidak tega, Kei sudah lelah bekerja tapi harus mengurusi dirinya juga Mikail. Tapi sungguh Ana tidak mau meninggalkan Mikail barang sedetikpun disaat ia tidak tahu apakah besok ia bisa melihat Mikail masih bernafas atau tidak bahkan bisa saja beberapa jam setelahnya ia kehilangan Mikail. Untungnya kali ini Ana tidak sendirian beberapa kali ia ditemani ibu mertuanya atau terkadang Mona juga ikut menginap. Ana merasa memiliki keluarga baru.     
0

Tapi itu kemarin, sekarang Ana bisa bernafas lega, karena sekarang ia sudah bisa melihat Mikail tertawa dengan Hobi. Hari ini pria itu datang menjenguk, namun kali ini ia tidak datang sendiri, ternyata usahanya selama ini mendekati Kak Bia, seorang bartender cantik di sebuah bar ternama membuahkan hasil, buktinya? Ya kedatangannya saat ini, dan meski seorang bartender Ana menjamin 100% bahwa wanita itu wanita baik-baik. Ana bisa melihat dari sorot matanya tidak ada niat jahat untuk menyakiti Hobi, Ana tahu itu karena hanya ketulusan yang ia lihat dimatanya, lagipula Ana percaya, mata adalah bagian tubuh yang paling jujur.     

Kedatangan Hobi juga jadi kesempatan Ana untuk mengatakan dia berhenti dari pekerjaannya, karena Ana merasa sudah merugikannya yang tak bekerja terlalu lama. Tapi pria itu dengan manisnya mengatakan restauran akan selalu terbuka untuknya kapanpun jadi Ana tidak perlu mengkhawatirkan apapun, lagian tidak adanya Ana tidak merugikan Hobi, restauran itu hanya pekerjaan sampingan yang dimilikinya.     

"Terimakasih kak, sudah mau datang" Ucap Ana kepada Bia yang saat ini sedang duduk di sofa dengannya.     

"Sama-sama Ana, aku sebenarnya ingin datang sejak kemarin tapi Hobi sibuk sekali tidak mau mengantarku"     

"Bukan aku tidak mau, tapi aku masih di luar kota" Hobi menyela percakapan mereka tapi keduanya sama-sama tak menggubris dan melanjutkan percakapannya. Akhirnya Hobi hanya mampu mendecak sebal. Paham jika sejenis manusia berkelebihan kata dipertemukan maka akan asik dengan dunianya sendiri.     

"Seharusnya langsung mengabariku saja, aku akan dengan senang hati menerima kedatanganmu kak. Lagipula kenapa kakak akhirnya luluh? Dengan Hobi? Serius kak? Tidak sedang gegar otakkan?" Tanya Ana sedikit bercanda, ia senang membuat Hobi kesal. Ocehan pria itu kadang membuat moodnya baik. Sedangkan Bia sudah tertawa mendengar pertanyaan Ana, ingin menjawab tapi Hobi sudah menyelanya lagi.     

"Jangan menyabotasenya Ana, kau tidak tahu aku mendapatkannya dengan air mata, darah dan keringat. Perjuangan sampai titik darah penghabisan ini. Seenaknya saja memprovokasi kekasihku"     

"Kekasih? Aku tidak pernah mengatakan ingin menjadi kekasihmu" Ana terkekeh mendengar konfrontasi keduanya. Sepertinya Ana memicu sebuah pertengkaran, tapi ia tidak khawatir, Ana bisa melihat keduanya saling mencintai meski itu ada status maupun tidak.     

"Kan aku sudah mengajakmu menikah kemarin Bi, kamu bilang iya loh." tanya Hobi yang sedikit syok dengan jawaban Bia.     

"Kan berarti bukan kekasih."     

"Astaga iya, calon istri!!" Hobi memberengut kembali mengalihkan atensinya kepada Mikail yang sibuk menonton orang membuat tutorial menggambar. Anak kecil itu suka sekali dengan seni, jika sudah sembuh Ana janji akan menyekolahkannya di sekolah seni.     

Ana tertawa melihat tingkah laku keduanya, tipikal pasangan yang sering bertengkar hanya karena masalah kecil tetapi akan mudah akur karena pada dasarnya pertengkaran mereka seperti bumbu sebagai pelengkap kisah percintaan mereka. Ana sedikit iri juga bahagia karena Hobi akhirnya bisa menemukan labuan hatinya. Ana berharap semoga keduanya selalu diberikan kebahagiaan tiada akhir.     

:rose::rose:     

"Kei adikmu benar-benar gila! Aku tidak tahan harus kerja sama dengannya!" Jackson mengomel saat masuk kedalam ruangan Kei tanpa mengetuk terlebih dahulu. Kepala atasan sekaligus sahabatnya mendongak, alisnya menukik ke atas.     

"Haruskah ku kunci pintuku jadi kau tidak bisa masuk sembarangan?"     

"Kei bantu aku bilang ayahmu, aku bisa mengatasi ini sendiri. Tidak perlu pakai EO adikmu" Mohon Jackson kepada Kei, sama sekali tidak mempedulikan pertanyaannya.     

Mona benar-benar membuatnya gila, wanita itu sukses membuatnya susah. Jackson merasa seperti ini ajang balas dendam wanita itu terhadapnya, hari ini saja ia sudah mengcancel 5 supplier bunga untuk acara ulang tahun pernikahan perusahaannya yang bertema garden party, hanya karena wanita itu merasa tidak puas dengan kesegaran bunganya. Memang sih sebenarnya itu tugas Mona, tapi dengan sok berbaik hati Jackson menawarkan diri agar Mona luluh padanya dan memaafkannya. Tapi yang tidak Jackson bayangkan adalah bukannya membaik wanita itu malah membuat keadaan semakin runyam.     

Jackson mengusak rambutnya kasar, Kei memandang acuh Jackson yang begitu frustasi lingkar matanya jelas tercetak karena kurang asupan tidur. Kei mengakui Mona memang ahli membuat orang lain susah.     

"Aku tidak mau tahu itu urusanmu." Katanya lalu menghendikkan bahunya kembali melanjutkan pekerjaannya. Jackson mendengus kesal, memang ya darah itu lebih kental dibandingkan air.     

"Setidaknya bicara dengan adikmu. Jangan membuatku susah!" Jackson menggenggam tangan Kei putus asa, yang sontak saja langsung ditepis oleh pria tampan itu. Geli sekali rasanya melihat pria kekar menggenggam tangannya.     

"Gila, jangan sentuh-sentuh!!!"     

"Tidak!! Jika kau tidak membantuku aku akan memperkosamu disini juga!!" Kei bergidik ngeri, meski ia berbadan kekar, kekuatannya masih kalah dengan Jackson. Itu sebabnya terkadang Jackson beralih sebagai bodyguardnya. Kei tahu Jackson tak mungkin melakukannya. Tetap saja tidak ada kemungkinan untuk pria itu berbuat gila.     

"Baiklah-baiklah, aku akan mencoba berbicara dengan adikku. Berhenti merengek seperti bocah meminta permen" Jackson menyeringai merasa puas. Setidaknya Mona pasti sedikit mendengar kakaknya meski kemungkinannya kecil, usaha saja dulu. Jackson teringat sesuatu ucapan Mona tadi.     

"Kei, tadi Mona mengatakan acara ulang tahun ini juga sebagai ajang perkenalan istrimu " Kei mengernyit bingung.     

"Kan semua kantor ini juga sudah tahu aku sudah menikah"     

Jackson menggerakkan jari telunjuknya kekanan dan kiri "No no. Ayahmu ingin mempublikasikan hubungan kalian pada media"     

"Apa?" Tanya Kei mulai serius menanggapi percakapan keduanya. Tubuhnya menegak, dengan tangan diatas meja saling bertautan.     

"Tapi Nita pasti tidak akan suka. Apalagi hubungan ini hanya beberapa bulan saja. Akan jadi sulit saat proses perceraian nanti"     

Sahabat pria itu menghendikkan bahunya "Tanyakan saja pada adikmu. Aku hanya memberi tahumu" Kei terdiam setelahnya memikirkan hal apa yang harus dilakukannya nanti. Tangannya memijit keningnya, pilihannya meyakinkan Nita atau ayahnya? Dan Kei tahu keduanya sama kerasnya.     

Intermezzo dulu ya teman2, tidak ada interaksi antara Ana dan Kei :grinning_face_with_sweat::grinning_face_with_sweat: tapi mereka juga bagian dari cerita kok. Jadi dinikmati saja yang sudah aku tulis ya.....     

Ucapan semangat kalian bikin aku terus ngelanjutin cerita ini. Kalo ada kritik kasih tau aja ya, karena ini cerita pertamaku yang berani ku publish. Banyak work di laptop yang aku kerjakan tapi gak berani aku share ahahahaha takut gakada yang baca. Maaf bukan sombong tidak balas comment, aku lagi sibuk di dunia real. Tapi tetap usaha update kok dan aku like comment kalian. Karena aku sukaa!!!! :rose::rose::rose:     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.