My Precious Husband (COMPLETE)

Part 16



Part 16

0Nita melempar gelas berisi anggur milik Kei yang beberapa menit lalu ia tuang. Wanita itu menggeram kesal, karena Kei lebih memilih mendengarkan ibunya untuk menemani Ana dibandingkan dirinya. Nita sudah duga eksistensi Ana pasti mengancam dirinya. Tidak bisa begini, Nita tidak boleh membiarkan Kei semakin dekat dengan Ana atau rencananya akan gagal. Kenapa semua orang ikut campur? Kenapa mengganggu?Pertama adik Kei yang berhasil membuat hubungannya terasa jauh karena perhatian Kei kini terbagi kepada Ana. Damn! Belum selesai dengan masalah Mona, pria itu datang lagi mengacaukan semuanya. Kepala Nita menjadi pening memikirkan cara melenyapkan Ana, tapi sebelum itu ia harus memikirkan cara tebebas dari ancaman pria yang kemarin lalu datang ke apartemen.     
0

'Flashback on'     

Nita membuka unit apartemennya, hari ini tak pulang dengan Kei karena pria itu sedang lembur. Tanganya mulai menekan handle lalu mendorongnya perlahan. Setelah menutup kembali pintu dengan rapat. Tubuh Nita mendadak kaku melihat presensi seseorang dihadapannya.     

"Hai sayang merindukanku?" Nita masih ditempatnya dengan mata yang menggelap. Pria itu mendekat kearah Nita.     

"Kau tampak sehat Nit, setelah menghabiskan uangku. Kau semakin cantik saja!" Ucap pria itu tenang, tapi sorot matanya memancarkan kemarahan. Tentu saja marah, Nita tahu betul kenapa pria itu marah.     

"Kau selalu pintar memilih. Aku memang tidak pernah meragukan pilihanmu. Kali ini lebih kaya dariku ya?" Sambungnya seraya terkekeh, kini ia sudah dihadapan Nita dengan jarak dua langkah kaki. Nita masih membeku tak bersuara. Tiba-tiba tangan pria itu menarik tengkuk Nita dengan gerakan cepat lalu menciumnya secara kasar. Tidak ada kesan lembut sama sekali, ciuman itu sepenuhnya penyaluran rasa dendam dan amarah yang dimiliki pria itu kepada Nita. Nita meronta, memukul dada pria itu mencoba melepaskan diri darinya. Tapi ia terlalu kuat, ia yang menerima semua pukulan lemah di dadanya, semakin gila dan kurang ajar padanya, Nita merasai besi karat dari bibirnya. Hingga perpagutan menyakitkan itu terlepas dengan tengkuk Nita yang masih ia cengkram kuat.     

Pria itu menyeringai begitu kejam, mendapati wanitanya nampak kacau. Meski berulang kali Nita menjauh dan menolaknya, pria itu tidak peduli dan akan selalu menganggap Nita miliknya.     

Nita mendesis kesal, pria dihadapannya ini benar-benar gila.     

"Bagaimana ya kalau Kei tahu, jika kekasihnya ternyata jalang kecil"     

"Apa yang kau inginkan?" Smrik muncul diwajah pria itu mendengar kalimat yang ingin didengarnya sejak tadi.     

"Kau tahu apa yang ku inginkan....." pria itu mengelus kening Nita hingga pelipisnya lalu menyelipkan rambut wanita itu di telinganya.     

"Kembali padaku"     

Flashback off     

Mata Ana mengerjap beberapa kali, silau lampu langsung masuk kedalam retinanya membuatnya kembali menutupkan mata, sedikit mengucak dan beradaptasi akhirnya mata berwarna hazel itu terbuka. Ana memindai seluruh ruangan, awalnya merasa asing dengan ruangan ini sampai ia menemukan presensi Kei yang masih terlelap di sofa depan ranjang yang ia tiduri. Ana bangkit dengan tergesa mengecek sesuatu di tubuhnya lalu menghela nafas lega mendapati pakaiannya yang masih utuh.     

Ana menyampirkan selimutnya lalu kakinya turun menapaki lantai marmer yang dingin. Ana melangkah mendekat ke arah Kei yang masih terlelap dengan damai. Mensejajarkan tubuhnya, memandangi wajah tampan Kei. Bahkan saat tengah tidur pria itu seperti memang diciptakan dengan baik tanpa cacat dan kekurangan apapun oleh Tuhan.     

Ana mengingat-ingat kejadian semalam yang ia alami. Bukan hal baru lagi jika seseorang merendahkannya, menghinanya atau apapun itu, jujur saja Ana sudah biasa, sangat malah. Tapi jelas saja kemarin pertama kalinya ada orang yang sebegitu besarnya membela Ana bahkan lebih besar dibandingkan Ana sendiri. Memang Kei menyeramkan kemarin, tapi Ana merasa tersentuh akan perlakuan Kei. Ana jadi merasa bersalah setelahnya mendiami Kei, bukan karena ia ketakutan. Bagaimana mengatakanya? Ana merasa asing dengan sikap Kei, terasa hangat hingga terasa sesak. Terlalu takut semua itu hanya mimpi belaka.     

"Terima kasih Kei" gumamnya dengan suara rendah. Tangannya tergerak untuk merapikan anak rambut Kei yang menutupi kelopak matanya dengan hati-hati, Ia tidak mau membangunkan pria itu, Kei terlihat sangat kelelahan. Ana menghela nafasnya pelan, merapikan selimut suaminya yang berantakan lalu bangkit. Belum sempat ia pergi, mata Ana membeliak saat tangannya tertahan oleh genggaman.     

"Kamu seharusnya mengatakannya saat aku sadar Ana" suara kei serak menggema di ruangan. Ana memutar tubuhnya dan sudah mendapati Kei duduk masih dengan mata terpejam.     

"K-kei se-sejak kapan kamu bangun?" Kata Ana dengan gugup karena terpegoki oleh Kei.     

"Sejak kamu memandangku?"     

Blushhh.... wajah Ana memerah seperti biasanya karena malu, kepala Kei dimiringkan untuk melihat wajah merona Ana yang tertunduk lalu terkekeh pelan.     

"Masih memerah ya ternyata" ucapnya diantara tawanya.     

"Te-tentu saja Kei, mana mungkin kebiasaan ini menghilang" Kei menggeleng kepalanya.     

"Tidak apa-apa. Aku suka kok melihatnya"     

"Tapi aku tidak, ini sungguh memalukan. Semua orang jadi tahu saat aku merasa malu karena pujian atau apapun itu"     

Kei nampak menimbang-nimbang memandangi Ana yang kebingungan dengan sikapnya.     

"Benar juga, rasanya pasti menyebalkan saat seseorang melihat wajah cantikmu yang seperti itu, apalagi mengetahui pria lain yang menyebabkanmu merona. Jadi Ana sebaiknya kamu hanya membiasakan diri merona karena ku" Ana mengernyit tak mengerti dengan ucapan Kei.     

"Mana bisa begitu Kei?"     

"Bisa Ana, kenapa tidak?"     

"Tapi Kei....."     

"Pasti bisa Ana! Kau harus bisa" Ana terlonjak melangkah ke belakang, melihat Kei berbicara begitu tegas, dan teringat dengan kejadian semalam, tangannya sedikit bergetar. Ana tidak mengerti seperti apa sikap Kei, kadang begitu dingin, menyeramkan apalagi saat marah, namun terkadang Kei merupakan pria termanis yang pernah Ana temui. Kei mendengus "Maaf Ana, jangan takut padaku"     

Kei menggiring Ana duduk di sofa.     

"Aku memang cenderung kasar saat marah, bisa dikatakan keras kepala juga. Tapi aku tidak pernah menyakiti wanita Ana. Aku berani bersumpah, ibu dan Mona bahkan seorang wanita." Jelas Kei, sedikitnya membuat Ana tenang.     

"Jadi jangan takut padaku. Aku juga mudah dijinakkan kok. Adegan panas di pagi hari juga sangaat bisa membuat moodku baik. Kamu tahu Ana energi untuk pria" ucapnya dengan menaik turunkan alisnya. Ana membolakan matanya, sontak defensive menyilangkan kedua tangannya di dada. Kei tertawa melihat sikap Ana yang nampak menggemaskan. Lalu mengusak rambut Ana.     

"Aku bercanda Ana, aku sudah berjanji akan menjagamu. Jadi tidak akan terjadi apa-apa padamu. Kamu bisa memegang janjiku. Kecuali memang kamu mau melakukannya" Ana menepuk lengan berotot Kei kencang sampai pria itu meringis "Aduh sakit Ana"     

"Rasakan! itu balasan karena kamu menggodaku terus. Dasar pria mesum. Menyebalkan" Kei terkekeh melihat Ana cemberut, kembali mengusap pucak kepala milik Ana.     

"Kamu seperti Mona, sukanya cemberut seperti ini" lalu menoel bibir Ana yang maju.     

"Bergegaslah Ana, Mikail pasti menunggu kita" sambung Kei mengingatkan Ana, wanita cantik dihadapannya kini menepuk keningnya dengan keras.     

"Astaga, kakak macam apa aku ini sampai lupa. Yasudah aku ke kamar dulu untuk bersiap"     

"Tidak mau mandi bareng?" tanya Kei, membuat Ana merinding.     

"Cukup pria mesum!!!"     

Ujar Ana berlari ke arah pintu kamar Kei. Kei sampai tertawa terpingkal-pingkal melihat Ana yang terbirit ketakutan. Ana harus segera keluar dari kamar Kei, Jika berlama-lama sepertinya tidak akan baik untuk kesehatan jantungnya. Damn! Jantung Ana berdebar tak karuan.     

"OMONG-OMONG ANA. KAU SEMALAM MENDENGKUR DENGAN KERAS" Teriaknya saat Ana mulai menutup pintu Kei dari luar.     

"TIDAK MUNGKIN KEI!!!" Balas Ana jengkel menutup pintu Kei dengan keras, sampai ia tak mendengar suara tawa Kei yang nyaring di ruangan kamarnya yang kedap suara. Ana mendengus meninggalkan pintu kamar Kei seraya menghentakkan kakinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.