My Precious Husband (COMPLETE)

Part 30



Part 30

Ana tengah berkutik di dapur membuat sarapan untuk ia dan Kei, ketika suaminya masih terlelap di dalam kamar. Setelah pernyataan Kei semalam, ia menceritakan semua kronologi bagaimana Nita mengkhianatinya dan bagaimana perasaannya sekarang. Ana jadi mengerti kenapa Kei datang dengan wajah suram kemarin. Meski begitu Ia tak meminta jawaban apapun pada Ana, katanya ia ingin Ana memikirkannya dulu. Kei tidak ingin Ana berpikiran bahwa Kei memanfaatkan Ana, karena ia baru saja disakiti. ia ingin Ana memang ingin bersamanya dan menerima semua kelebihan dan kekurangan Kei tanpa didasari apapun entah itu kasihan atau yang lainnya, ia tahu ia sendiri juga bingung dengan perasaannya apakah sudah tidak mencintai Nita lagi? Dan apakah ia mencintai Ana? Semuanya hanya terlalu cepat dan keduanya butuh waktu.     

Ana sendiri tidak mau gegabah, ia ingin semuanya berjalan saja sebagaimana mestinya, pada akhirnya pasti akan jelas apakah mereka akan bersatu atau tidak. Jika mereka ditakdirkan bersama meski tanpa melakukan apapun benang mereka akan bersatu saling bertautan dengan sendirinya, begitupun sebaliknya jikalau mereka memaksakan jika pada akhirnya mereka tak bisa bersama, keduanya tidak bisa melakukan apapun untuk merubahnya, Tuhan selalu tahu apa yang dilakukan-Nya. Jadi biarlah untuk saat ini seperti ini saja. Ana tersontak kaget ketika tiba-tiba saja tangan kekar melingkar di perutnya, Kei menyembunyikan wajahnya dipundak Ana, mempererat pelukannya pada Ana saat wanita itu kembali rileks, sejujurnya akibat pelukan Kei pergerakannya menjadi terbatas, ia jadi kesulitan melanjutkan kegiatannya.     

"Kei aku sedang berkeringat karena masak. Lepaskan.. bauku pasti tidak enak"     

Kei menggelengkan kepalanya "Tidak.... kamu tidak bau kok." Gumam Kei. Ana menghela nafas pasrah lalu ia membiarkannya, awalnya ia hanya merasa kesulitan dalam bergerak, tapi lama-kelamaan rasanya aneh sekali, Tiba-tiba ia merasa wajahnya hingga bagian telinganya memerah saat hembusan nafas Kei mengenai lapisan kulitnya, perutnya terasa tergelitik bagai ada kupu-kupu berterbangan di dalamnya.. Oh God, ia sebenarnya kenapa?, ruangan tiba-tiba saja terasa panas, padahal sejak tadi saat ia memasak, udara tidak sepanas ini. Apalagi saat Kei mulai memberi kecupan-kecupan kecil pada bagian pundaknya, Ana menggelinjang geli. Mendapat respon seperti itu, Kei semakin melancarkan aksinya, tangannya menelusup ke dalam baju Ana, mengusap perutnya yang rata. Sentuhan demi sentuhan yang Kei berikan membuat kaki Ana melemas, tubuhnya hampir jatuh kalau saja tidak segera disanggah Kei.     

Ana memekik, meneriaki nama suaminya saat Kei menghisap dan melumat kulit di ceruk lehernya, menghisapya kuat hingga warnanya berubah kontras dengan warna kulitnya yang putih. Rasanya perih dan Ana menjadi benar-benar lemas, ia baru pertama kali merasakan hal seperti ini. Kei merasa puas melihat hasil karya yang ia buat di leher indah Ana lalu mengecup nya lagi dengan lembut. Ana masih belum bisa berdiri dengan benar, nafasnya terengah-engah.     

"Morning kiss!" Ucap Kei sambari terkekeh.     

"Mesum!!! Astaga!!"Hardik Ana, kini ia sudah bisa berdiri tegak.     

"Siapa suruh tidak membangunkanku"     

Ana mengalihkan wajahnya mengahadap Kei, alis wanita itu bertautan dengan wajah semerah tomat semakin menampakkan kekesalannya tapi terlihat menggairahkan bagi Kei. Siapa yang tidak membangunkan? Ana bahkan sudah berkali-kali membangunkan Kei. Tapi pria itu terus menolak bangun.     

"Enak saja, aku sudah bangunkan kok.."     

"Benar?"     

"Benar kok, aku bangunin kamu, tapi setiap ku bangunkan, kamu selalu bilang lima menit lagi, terus setelah lima menit ku bangunkan kamu lagi-lagi bilang lima menit lagi, dan terus mengatakan begitu, sampai akhirnya kamu bilang. Aku tidak mau bangun sayang, ini hari sabtu. Ya sudah tidak kubangunkan lagi." Cerita Ana panjang lebar dan sedikit memperagakan apa yang Kei lakukan tadi, tanpa menjeda kalimatnya. Kei sampai dibuat tertawa karena saat Ana marah-marah ekspresinya sangat lucu, bibirnya terkadang maju dan sekarang ia mempoutkan bibirnya. Ana memukul lengan Kei malu karena ia mentertawakan dirinya.     

"Kenapa tertawa sih..."     

"Habisnya lucu, bibirmu mengerucut seperti corong" Ana mendelik matanya membola mendengar ungkapan Kei. Bibirnya semakin mengerucut lucu, alih-alih merasa bersalah, Kei mengecup bibir gadis itu dengan cepat dan berulang-ulang. Ciuman kesekian berhasil tertahan dengan tangan Ana.     

"Keiii... hentikan!! Menyebalkan!" Dan keduanya tertawa bersama     

:rose::rose::rose:     

Kei menggenggam tangan Ana, berjalan bersisian di dalam Mall, lalu ia menyampirkan rambut Ana yang panjangnya melebihi pundaknya sedikit. "Seharusnya di ikat saja, kan sayang karyaku jadi tidak terlihat."     

Mata Ana membelalak, segera menutup kembali rambut yang tersampirkan, menutupi tanda merah akibat ulah Kei tadi pagi dengan panik. Ia melihat ke sekeliling lalu bernafas lega karena tidak ada yang memperhatikan. Bayangkan bagaimana malunya Ana jika orang-orang melihat tanda itu, pasti mereka akan berpikiran yang aneh-aneh tentang Ana. Kendati itu perbuatan suaminya sendiri tetap saja zaman sekarangkan orang mudah berpikiran buruk apalagi terhadap orang yang tak di kenal padahal mereka tidak pernah tahu kebenaran dibalik kejadian. Aneh bukan? Tapi memang seperti itu, nyatanya mulut seseorang jauh lebih tajam dari pada pisau yang baru saja di asah. Ia mampu melukai bagian terdalam hati manusia padahal bagian itu dilapisi kulit dan dilindungi tulang yang kuat.     

"Ya ampun, apa yang karya? Aku malu kalau dilihat orang"     

"Kenapa malu? Akukan suamimu Ana!" Ucap Kei lantang hingga orang yang berada di dekat mereka menolehkan wajahnya karena terkejut, yang wanita terpesona pada wajah tampan Kei, sedangkan yang pria menatap kagum pada wajah cantik Ana. Tapi kenyataan mengenai status hubungan keduanya, membuat mereka menelan pahit fakta tersebut, memang sih mereka melihat Ana dan Kei nampak serasi satu sama lain.     

"Ssst... suaramu terlalu keras Kei" bisik Ana, Kei menarik hidung Ana gemas dan tak menanggapi perkataan Ana. Lalu menarik tangannya mengajaknya kembali jalan.     

"Kamu malu padaku?" Tanya Kei     

Ana menggeleng dengan kuat "Eh.....tidak kok, aku tidak malu Kei"     

Kei membalasnya dengan senyuman lalu mengusak kepala Ana "Bagus! Kamu memang tidak boleh malu, suamimukan tampan!!" wajah Ana memerah padahal yang dipuji bukan dia melainkan Kei, dan yang memuji juga dirinya sendiri, tapi kenapa perasaan Ana yang malu ya? Kei terkekeh melihat wajah Ana merona. Hingga tak sadar keduanya telah sampai pada tujuan, yang sejujurnya sedari tadi Ana menginjakkan kakinya di mall ini ia tidak tahu akan di bawa kemana oleh Kei.     

Ternyata Kei membawanya ke toko baju buatan desainer terkenal yang Ana ketahui sering dipakai orang-orang kelas atas, menurut diluaran sana mereka Itu ialah golongan kasta tertinggi berdasarkan kekayaan. Dan Ana jelas tidak termasuk di dalamnya. Saat Mereka masuk seluruh pegawai otomatis membungkukkan badannya 45 derajat memberi hormat pada mereka. Ana mengernyit merasa tak nyaman, ia sungguh tidak terbiasa. Namun sapaan mereka pada Kei membuat Ana akhirnya mengerti dengan situasi yang terjadi. Ia menyadari sesuatu, sekarang dunianya benar-benar berubah. Jika biasanya ia diacuhkan dan dianggap hama, sekarang berbeda sekali, berada di samping Kei ia bagai keluar dari kepompong menjadi kupu-kupu yang indah di mata orang lain. Ana si ulat berubah menjadi Ana si kupu-kupu cantik.     

"Kei!!! sudah lama sekali terakhir kali kau datang" seseorang datang menghampiri mereka, pria gemulai dengan rambut merah menyala, ketika berjalan anting-anting di telingannya bergoyang bergantian. Saat sudah dihadapan, mereka saling bersalaman dan bersapa lalu Kei memperkenalkan Ana padanya.     

"Hai Ana, sayang sekali saat kalian menikah aku tidak bisa hadir. Jadi ini pertama kalinya kita bertemu ya dan astaga kau sangat cantik dibandingkan fotomu" Kata pria itu yang di ketahui bernama Didi.     

"Kau mengenalku?" Tanya Ana bingung     

"Ya Ampun Ana, kau sungguh tidak tahu atau bagaimana? Semua orang mengenalmu, ya tidak mengenal pasti sih, tapi siapa sih yang tidak tahu wanita beruntung yang berhasil merebut hati bujang paling diminati di negara ini? Semua orang penasaran dengan wajahmu Ana. Lagipula waktu kalian menikahkan banyak media yang meliput!"     

"Ah benar juga, aku melupakan fakta menikahi pria terkenal" Kata Ana sembari terkekeh, Ia tidak sadar saat tiba-tiba Kei menarik pinggul Ana, wanita itu terkejut bukan main ketika tubuhnya merapat dengan tubuh Kei, apalagi saat Kei mencium pipinya di hadapan banyak orang, serius.... Ana membeku ditempat, wajahnya seketika memerah dan rasanya bukan hanya Ana saja tetapi semua wanita disana merasakan atmosfir yang sama merinding bukan main tapi iri amat sangat, karena setelah mencium Ana, Kei berkata seductive mungkin menatap Ana seolah hanya ia wanita tercantik di dunia ini. Iya! Yang lainnya hanya ampas tahu.... (termasuk author:crying_face::grinning_face_with_sweat:)     

"Serius Ana? Kamu melupakan suamimu sendiri? Ingin di hukum ya..." Ucap Kei ambigu, Ana menolehkan wajahnya dengan panik.     

"Tidak Kei!!!!!! Bukan begitu.."     

"Aduh.. aduh... iya aku tahu, kalian ini pasangan baru, ya Ampun tahan sedikit hormonmu Kei. Jika belum puas jangan keluar rumah dulu dong!!!" Potong Didi cepat, ucapannya semakin membuat Ana menundukkan wajahnya malu. Entah malu karena apa? Malu karena ucapan pria itu atau kenyataan bahwa ia dan Kei yang tidak pernah melakukan apapun? Astaga Ana menutup wajahnya dengan kedua tangannya, rasanya ia ingin menghilang saja detik itu juga. Kei tertawa melihat Ana, ia senang sekali bisa menggodanya seperti ini.     

"Kau membuatnya malu Di"     

"Apa?? Bukankah yang membuatnya malu kau sendiri, seenaknya saja menciumnya didepan banyak orang. Tidak lihat karyawanku sampai salah tingkah?" Kei sontak melihat ke sekitar, dipergoki tiba-tiba semua karyawan menundukkan wajahnya serempak. Ia semakin tertawa saat Ana menyembunyikan wajahnya di dada bidang Kei. Pria itu mengusap lengan Ana dengan lembut.     

"Jadi kau kesini mencari apa?"     

"Bukan untukku tapi untuk istriku. Ia membutuhkan banyak mantel"     

"Hmm...?" Ana mendongak melihat wajah Kei yang tersenyum dengan bingung. Mantel? Untuk apa ia membutuhkan mantel? Pikirnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.