My Precious Husband (COMPLETE)

Part 29



Part 29

0Sejak pulang hingga saat ini, Setelah melepaskan pelukannya Kei tak banyak bicara, ia hanya berkata seperlunya saja itupun kalau Ana bertanya. Ia jadi bingung sendiri, sebenarnya apa yang baru saja terjadi, wajah Kei terlihat murung, seperti ada yang sedang ia pikirkan. Ana ingin bertanya tapi ia tidak berani, ia takut mengganggu privasi Kei. Tapi melihat Kei sedih begitu hati Ana ikut merasakan sakit, padahal biasanya Kei yang selalu membuat suasana menyenangkan, bersikap begitu perhatian pada Ana, rasanya jadi terasa kosong didalam sana tepatnya di hati Ana.     
0

Ia tengah membuat teh madu hangat saat Kei mengatakan ingin istirahat di kamar, Ana harap dengan minum teh kondisi Kei sedikit membaik. Ia lalu membawanya ke lantai dua, mengetuk pintu kamar Kei, lalu masuk dengan melongok terlebih dahulu ia ingin memastikan bahwa Kei belum tidur. Dan benar saja Kei tengah tertidur menutupi wajahnya dengan lengan, bukannya menutup pintu dan membiarkan Kei istirahat, Ana masuk ke kamar lalu meletakan minuman itu di atas nakas, Ana jadi khawatir, ia takut kalau Kei jatuh sakit seperti saat itu, karena Kei tipe yang tidak akan mengatakan apapun jika ia sedang sakit. Ana menyentuh wajah Kei, merasakan suhu tubuh suaminya.     

"Syukurlah tidak demam" gumam Ana kemudian merapikan selimut yang digunakan Kei dengan pelan agar tidur pria itu tidak terganggu.     

"Ana.." panggil Kei parau, ia membuka matanya menatap wajah Ana yang terlihat cemas.     

"Maaf, apa aku membangunkanmu? Padahal aku sudah sangat hati-hati saat melakukannya" Kei menggelengkan kepalanya, ia menepuk sebelah ranjang yang kosong. Menyuruh Ana duduk di sampingnya, walaupun Ana tidak mengerti maksud Kei ia tetap mengikuti perintahnya. Ia memutari ranjang lalu duduk diatasnya sesuai keinginan Kei, setelah kakinya diluruskan, Ana sedikit terkejut saat Kei meletakkan kepalanya diatas paha Ana, menjadikannya bantal untuk Kei.     

"Seperti ini sebentar ya"     

"Y-ya" jawab Ana, tangannya tak hanya diam, ia kemudian mulai mengelus kepala Kei, cukup lama mereka berada di posisi seperti itu, Kei menghirup aroma strawberry dari perut Ana, karena saat ini kepalanya menghadap bagian perut Ana.     

"Kamu suka sekali ya strawberry?" Tanya Kei, matanya masih terpejam, posisinya saat ini sangat nyaman, bisa-bisa ia betulan tertidur karena elusan tangan Ana.     

"Iya sangat, apalagi Mikail, anak itu suka sekali strawberry. Tapi sayang buah itu cukup mahal bagi kami, jadi sangat jarang kami memakannya." Merasa bodoh karena pertanyaannya, Kei membuka matanya, membetulkan letak kepalanya melihat Ana yang menunduk.     

"Serius Ana?" Ana mengangguk membetulkan.     

"Besok aku akan membelikanmu sekeranjang penuh strawberry. Tidak! dua atau tiga keranjang, katakan saja padaku, aku akan membelikan berapapun yang kamu mau" Ana terkekeh mendengar penawaran Kei, terdengar menyenangkan tapi sedikit konyol, jadi seperti ini ya rasanya menjadi istri pria kaya.     

"Tidak usah sebanyak itu, bisa-bisa aku sakit perut karena makan buah terlalu banyak"     

"Tidak apa-apa Ana, mulai sekarang kamu jangan ragu meminta padaku. Untukmu apapun akan kuberikan" lagi-lagi Ana tertawa mendengarnya, bagi Ana ucapan Kei semua hanyalah lelucon belaka. Ia berpura-pura berpikir, telunjuknya di letakkan di samping Keningnya. Kei menanti dengan sabar sembari menatap wajah Ana. Kantuknya seketika hilang.     

"Hmm apa ya? Rasanya banyak sekali yang kuinginkan, aku sampai bingung memberi tahumu"     

"Waktu kita sangat panjang, ayo kita list satu persatu. Apa yang sangat kamu inginkan?" Kei mulai tertarik dengan perbincangan mereka, selama ini mereka tidak pernah berbincang sesantai ini, dan Kei ingin mencoba saling mengenal satu sama lain.     

Kemudian keduanya membicarakan apapun secara random, awalnya menceritakan apa yang sangat Ana inginkan, wanita itu bercerita ingin jalan-jalan dengan Mikail setelah sembuh, baginya duduk di taman berdua saja sudah sangat membuatnya senang, tapi pada akhirnya ia hanya bisa tersenyum getir mengingat semua itu hanya angan-angan sederhananya yang tidak akan pernah tercapai. Kei yang merasakan Ana kembali sedih karena mengingat Mikail. Lalu segera mengalihkan pembicaraan mereka, ia mulai bercerita tentang apa yang mereka sukai dan tidak, lalu bercerita tentang tingkah laku mereka yang konyol pada masa kanak-kanak pokoknya membicarakan apapun itu secara bebas dan rileks, untuk sementara mereka seolah dilupakan pada kenyataan yang ada bahwa terdapat tembok tipis diantara mereka, tembok kasat mata yang membuat mereka bisa berpisah dalam waktu dekat.     

"Jadi Kamu percaya dengan penyihir?" Tanya Kei yang langsung mendapat anggukan dari Ana, saat ini posisi mereka sudah berganti sama-sama berbaring saling menatap satu sama lain. Kei menyelipkan rambut Ana di balik telinganya.     

"Tentu saja Kei, sungguh aku merasa pernah melihatnya. Apa kamu juga mempercayainya?"     

Kei terkekeh lalu menghendikkan bahunya "Entahlah, Aku tipe yang tidak percaya jika tidak melihatnya secara langsung. Jadi selama aku tidak melihatnya, kurasa itu hanyalah mitos"     

Seketika wajah Ana murung karena ia merasa bodoh mempercayai sesuatu yang mitos. Kei mengusap wajah Ana dengan lembut.     

"Tapi aku pernah datang kesuatu tempat dimana kamu bisa mempunyai tongkat sihir"     

Ana mengangkat bagian tubuh atasnya yang disangga dengan siku hingga wajahnya mendekat pada wajah Kei. Pria itu tersontak karena kaget, pasalnya Ana kini tepat di atas nya, rambutnya jatuh menjuntai di tubuh Kei.     

"Dimana tempatnya Kei?" Ana bertanya tapi fokus Kei menghilang, ia meneguk salivanya dengan kasar, Ya Tuhan cobaan macam apa ini. Kei tidak boleh sampai lepas kendali. Kenapa Ana harus dalam posisi seperti itu sih? Bikin pikiranya yang liar semakin liar. Ana mengedipkan matanya menatap Kei bingung.     

"Kei...." Ana mengibas-ngibaskan tangannya di atas wajah Kei.     

"Y-ya Ana?" Ana mencebik sebal lalu mempoutkan bibirnya, Kei menahan diri agar tak meraup bibir miiknya. Ternyata ia baru sadar, ia telah dibutakan oleh cinta, tapi apa ia memang benar jatuh cinta oleh Nita? Jadi definisi cinta itu apa? Kei tidak paham sampai ia tidak menyadari bahwa ia memiliki istri secantik dan sebaik Ana, ia juga tampak menggemaskan.     

"Kamu tidak mendengarkan ya?" Tanya Ana lagi.     

"A-apa ya Ana? Oh tempat itu. Ya tentu aku tahu. Ingin kesana? Bagaimana kalau kita berlibur, mengganti bulan madu yang tertunda? Hmm"     

Wajah Ana terlihat sangat antusias, seperti ada binaran cahaya di matanya.     

"Yang benar? Kamu mau mengajakku?"     

"Tentu saja Ana, kan sudah ku katakan aku akan memberikan apapun untukmu" Kei tersenyum lebar, ia benar-benar menikmati momen bersama saat ini dengan Ana. Rasanya ia hampir lupa bagaimana perasaannya tadi begitu hancur hingga ia bisa berbincang dengan santai dan mendebarkan. Seperti ditaburi kelopak bunga di musim semi, kei merasa bahagia. Ana membalas senyuman Kei tangannya yang bebas menyentuh sudut bibir Kei dengan jari telunjuknya lalu menarik keatas pipinya.     

"Syukurlah sudah tersenyum lagi. Tadi sudut bibir ini melengkungnya kebawah" ucap Ana dengan cengiran di wajahnya, sedangkan Kei tertegun. Astaga Kei tidak menyadari sejak tadi Ana mencoba menghiburnya? Hati pria itu menghangat, dengan gerakan perlahan ia menarik tengkuk Ana hingga mendekat. Ana memejamkan matanya saat bibir kenyal Kei melumat miliknya, tidak ada tuntutan bahkan terkesan begitu lembut, Kei menjelajahi isi dari mulut Ana, mencecap rasa manisnya yang masih menjadi candu. Sudah sangat lama pria itu tak merasakannya lagi, tangan Kei meraih pinggang Ana menarik tubuh yang menurut Kei ringan hingga wanita itu kini berada di atas tubuhnya, semuanya terjadi begitu saja, tanpa sengaja mereka buat. terhanyut dalam suasana yang memabukkan.     

Ana menepuk dada Kei karena kehabisan oksigen, dengan terpaksa ia melepaskannya tapi tak membiarkan ada celah diantara keduanya. Kei menatap Ana dengan serius.     

"Ana, maukah kamu mengulang semuanya dari awal? Mengenal satu sama lain tanpa harus terikat sebuah surat kontrak?"     

Ana membeku, tubuhnya terasa kaku tak sinkron dengan jantungnya yang berdegub kencang, Kei.... sungguh ingin mengakhiri surat kontrak itu?     

Random sih ngomongin penyihir... tapi itu clue bulan maduuuu mereka ayeeeeey. Ada yang tahu dimana? Tebak dooongggs.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.