My Precious Husband (COMPLETE)

Part 25



Part 25

0Ana menggeliat dalam pelukan mengusik Kei yang masih terlelap, tenggorokannya sakit sehabis seharian menangis, ia butuh minum apalagi kemarin ia hanya minum sedikit lalu tidak memasukan apapun dalam perutnya, mau malas makan seperti apapun itu tetap saja ternyata perut Ana butuh diisi. Kei membuka matanya melihat Ana yang meringis, ia pria yang mudah siaga saat sadar, jadi dengan cepat ia membangunkan tubuhnya hingga terduduk.     
0

"Ada apa Ana?"     

"Aku haus...." jawab Ana dengan suara pelan, kemudian Kei menuangkan air dalam teko yang diletakkan diatas nakas samping ranjang ke dalam gelas, ia memberikannya kepada Ana. Dengan cepat ia menghabiskannya seperti orang yang tidak pernah mendapatkan air. Setelah selesai Kei meletakannya kembali lalu melihat jam menunjukkan pukul 7 pagi, tiba-tiba keduanya terkejut karena terdengar bunyi dari perut Ana, Kei menaikkan alisnya satu keatas.     

"Sepertinya bukan hanya haus saja Ana?" Tanya Kei membuat pipi Ana memerah karena malu. Wanita itu menundukkan wajahnya, mengangguk perlahan.     

"Kedengaran ya?" Pertanyaan Ana membuat Kei terkekeh, meski sedang sedih Ana masih tampak lucu, ia mengusap kepala Ana dengan lembut kemudian menjawab dengan dehaman.     

"Kalau begitu, ayo turun kita makan. Kali ini biar aku yang masak, kamu ingin makan apa?"     

"Eh memangnya bisa?"     

"Tentu saja, jangan meremehkanku. Kamu tidak tahu? Sebelum menikah denganmu, akukan lelaki bujang yang tinggal sendirian?" Ana tak menjawab ingin menyangkal karena teringat sosok Nita, tapi pada akhirnya ia hanya tersenyum. Kei membalas senyuman Ana lalu turun dari ranjang diikuti Ana namun dengan cepat ia menahan Ana agar tetap diam.     

"Diam dulu disitu" Katanya kemudian memutari ranjang sampai di hadapan Ana yang masih terduduk diatas ranjang, ia menarik tangan Ana mengisyaratkan agar istrinya berdiri diatas ranjang, Ana mengikuti semuanya dengan bingung, sampai kalimat Kei selanjutnya membuat Ana mengerti.     

"Ayo naik ke punggungku, kamu belum makan sejak kemarin, aku tidak mau kamu pingsan lagi"     

"Kei.. tidak perlu! aku bisa jalan sendiri, aku kuat kok" Kei menggeleng, menarik tangannya agar melingkar di leher Kei.     

"Jangan menolak Ana, suamimu ini lagi sedang menjalankan tugasnya. Ayo! kasihan perutmu pasti melilit." Kei menggedong Ana dipunggungnya, badan Ana terasa ringan kendati saat diangkat ia mengeluh bahwa dirinya berat dan Kei akan kesusahan. Tapi Kei meyakinkan Ana, ia pria kuat, badan seperti Ana terasa ringan seperti kapas membuat Ana tanpa sadar menyunggingkan senyuman dan akhirnya mengeratkan pelukannya di leher Kei.     

Pada akhirnya Kei memilih nasi goreng sebagai sarapan pagi mereka yang menurutnya mudah dan cepat untuk di buat, saat ditanyapun Ana mengiyakan, kemudian membuat lelucon akan makan apa saja asal itu enak, karena Ana meragukan masakan buatan Kei lalu keduanya tertawa bersama.     

Ana manatap punggung lebar Kei saat sibuk mengaduk nasi dalam wajan, di lihat dari caranya memasak kini Ana yakin bahwa pria itu mengatakan yang sesungguhnya, dalam hati Ana berterima kasih Kei sampai repot melakukan ini semua untuknya, Ana terharu pria yang disukainya bersikap seperti itu, ana merasa dicintai dengan tulus, meski ia tetap tidak melupakan fakta bahwa Kei suami kontraknya. Ana tidak mau memikirkannya sekarang, pada saatnya nantipun mereka pasti berpisah.     

Mengenai Mikail bohong kalau Ana sudah baik-baik saja, sejak tadi ia menggigit bibir bawahnya agar tak kembali menangis, ia hanya tidak ingin semua orang mencemaskan dirinya, Ana tidak mau membuat orang susah hanya karena perasaannya. Sudah cukup ia menyusahkan semua orang.     

Panggilan Kei membuyarkan lamunannya, aroma nasi goreng yang lezat masuk kedalam penciuman Ana. Kei sudah meletakkan sepiring nasi goreng dihadapannya, Ana mengernyit melihat hanya satu nasi goreng.     

"Kenapa cuma satu?"     

"Aku belum lapar Ana, kamu harus menghabiskannya, itu spesial dariku"     

"Pakai telur?" Kei terkekeh mengangguk     

"Ya spesial pakai telur." Ana tak lagi bicara dan makan dengan tenang dihadapan Kei. Pria itu tak melakukan apapun hanya mengamati Ana. Sejujurnya ia sedang gelisah, tidak tahu kenapa? Tapi yang pasti ia gelisah dengan kondisi Ana, sebenarnya apa yang Ana rasakan? Kemarin ia terlihat begitu hancur tapi sekarang ia tak menampakkan itu semua. Kei senang saat ini Ana terlihat baik-baik saja bahkan sejak tadi ia tersenyum dan membuatnya tertawa. Hanya saja firasatnya mengatakan lain.     

"Kei.." Ana memanggil Kei, sumpah jantung Kei berdegub kencang mendengar panggilan Ana, ia juga tak sadar jika istrinya telah menghabiskan nasi goreng buatannya. Apa ia terlalu lama melamun?     

"Ya Ana? Bagaimana rasanya?"     

Ana tersenyum manis "Enak... kamu seharusnya menjadi chef" lagi-lagi Kei terkekeh.     

"Aku sudah terlalu banyak uang, masa harus jadi chef juga. Tapi boleh juga sih idemu." Katanya mengusap pipi Ana, wanita itu kembali tersenyum.     

"Kei...bisakah kamu memberiku waktu?"     

"Ma-maksudmu Ana?" Jawab Kei gugup tiba-tiba ia merasakan aura gelap disekitarnya menanti jawaban Ana yang tak kunjung membuka suaranya. Ana masih saja terdiam beberapa menit sampai Kei harus memanggil nama Ana kembali. Ana terlonjak lalu tersenyum.     

"Hanya memberi waktuku sendiri di kamar, aku butuh waktu untuk menerima semuanya"     

:rose::rose::rose:     

Mona memutar bola matanya jengah melihat Kei yang mondar mandir seperti setrikaan, terkadang naik ke lantai dua menuju kamarnya tapi baru beberapa anak tangga yang dipijakinya ia kembali lagi keruang tamu, Mona bisa menghitung sudah puluhan kali Kei melakukan itu sejak Ana mengurungkan dirinya di kamar. Untuk kesekian kalinya Kei akan melakukan hal itu lagi namun dengan cepat Mona menarik kerah baju Kei menggiringnya duduk di sofa. Saat ini mereka sedang berdua saja, orang tuanya sedang kembali kerumah karena ada urusan yang tidak bisa mereka tinggalkan.     

"Kalau ingin masuk kedalam kamar untuk memeriksa kondisinya masuk saja! Tapi kalau ragu duduk disini saja diam, jangan mondar mandir seperti setrikaan, aku pusing melihatnya"     

"Aku baru saja ingin melihatnya! Tapi kau menarik bajuku"     

"Paling juga balik lagi seperti sebelumnya."     

"Tiba-tiba aku teringat kata-katanya yang meminta waktunya untuk sendiri"     

"Yasudah diam saja di sini!"     

"Tapi aku khawatir dengannya" ujar kei getir, setengah mati ia menahan diri agar tak ke kamar melihat Ana, tapi perasaannya benar-benar tak enak kendati Ana terlihat baik-baik saja.     

"Kalau memang khawatir segera ke kamarnya, perasaanku juga jadi tak enak karena melihatmu begini" Kei tampak mengacak rambutnya frustasi, ia tidak tahu harus berbuat apa     

"Kamu tidak mengerti sih!!!"     

"Ya...ya aku mengerti kau memang bodoh!"     

"Hey!!!!!"     

Perdebatan mereka terhenti saat terdengar suara bell, keduanya saling pandang meski tak bersuara tapi mereka satu pikiran, siapa yang berkunjung? Kei bangkit dari duduknya menuju pintu depan diikuti Mona saat pintunya terbuka wajahnya berubah cerah berbanding terbalik dengan Hobi sebagai tamu yang datang dengan wajah cemas, pasalnya ia baru sempat mengunjungi Ana setelah berita kematian Mikail kemarin, ia mengerutkan keningnya.     

"Kedatanganku sangat dinantikan ya?"     

"Sangat, ayo ikut denganku kau ingin bertemu dengan Ana bukan?" Meski sedang bingung, mau tak mau Hobi mengangguk, mengikuti Kei yang menggiringnya ke lantai dua entah itu kemana firasatnya hanya mengatakan Ia sedang menuju kamar Ana, Kei jalan dengan tergesa setelah kebodohannya tadi, akhirnya ia punya alasan untuk masuk ke kamar. Kei mengetok pintu, memanggil namanya.     

"Ana... boleh ku masuk? Hobi datang menjengukmu" alis Hobi terangkat melihat apa yang dilakukan Kei, kenapa ia harus seperti itu, apa Ana sedang mengurung dirinya, lama menunggu, tak ada jawaban apapun dari dalam. Keduanya meneguk salivanya dengan kasar, tiba-tiba perasaan mereka jadi lebih buruk.     

"Sejak kapan ia mengurung diri?" Tanya Hobi cemas.     

"Se-sejak pagi."     

"Coba buka pintunya saja langsung, semoga tidak dikunci" Kei mengangguk lalu menarik Handle pintunya, keduanya mendesah lega bersamaan lalu masuk ke dalam, hanya sesaat kelegaan itu keduanya kembali dibuat syok, mata mereka membola, tidak ada siapapun di kamar, ranjang nampak kosong dengan selimut yang sedikit berantakan. Kei menuju balkon dihadapannya, melongok kebawah berharap Ana tidak melakukan hal bodoh dengan lompat ke bawah, tapi jika itu memang dilakukan Ana, Kei pasti sudah sejak tadi mendengar suara dentuman keras.     

Sedangkan Hobi mencari Ana ke walk in closet disamping pintu kamar, berharap mungkin saja Ana ada disana tapi lagi-lagi ruangan itu kosong, ia kembali menuju Kei.     

"Tidak ada di walk in closet"     

"Balkon juga tidak ada" keduanya diam hingga mata mereka tertuju pada satu ruangan yang belum mereka periksa.     

"Toilet!!" Ujarnya bersamaan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.