Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 52



Bab 52

0Gadis kecil itu tertutup bulu rubah putih dan berambut hitam. Matanya gelap bagaikan tinta, dan dengan kepalanya yang menggantung, dia menatap dingin ke Tuan Wei yang sedang terkejut. Sebuah senyuman sombong menghiasi wajah Chu Qiao.     
0

"Berhenti di sana!" Pimpinan penjaga gerbang, Song Que, segera berjalan ke depan dan berkata, "Siapa yang berani memulai pertengkaran di dalam istana? Semuanya berhenti!"     

Chu Qiao menatap Wei Jing, yang wajahnya pucat, dengan sedikit mengejek dan melepaskan pedangnya.     

"Song Que," Wei Jing berusaha menarik napasnya dan berkata, "siapa dia, beraninya membawa senjata di dalam istana?"     

Song Que menyadari bahwa Wei Jing tidak menyinggung mengenai mulainya pertengkaran namun hanya membicarakan mengenai membawa senjata. Dia mau tidak mau merengut. Walaupun Song Que keras kepala, dia bukan orang bodoh. Dia mau bertahan di istana, maka dia tidak bisa menyinggung keluarga yang berkuasa dan berpengaruh. Song Que berusaha menahan kecurigaannya dan berbalik badan, berkata kepada Chu Qiao, "Nona Chu, bisakah anda menjelaskan kepada saya mengapa anda membawa senjata di dalam istana?"     

Chu Qiao menaikkan alisnya sedikit dan menggeser pandangannya ke arah pedang dan busur silang Wei Jing. Tanpa berkata apapun, dia menyampaikan pesan bahwa mereka pun membawa senjata.     

Wajah Song berubah merah, karena dia tidak bisa berkata apa-apa.     

Namun, Wei Jing berteriak lagi, "Kau pikir kau siapa? Membandingkan dirimu denganku. Tak hanya membawa senjata di dalam istana, tetapi kamu juga berani memulai pertengkaran dengan seorang pangeran. Kita lihat siapa yang akan memihakmu. Song, apa pendapatmu mengenai ini?"     

Song Que mengerutkan keningnya tetapi tidak berani menyinggung Tuan Wei, yang sikapnya berubah sejak kehilangan jarinya. Saat dia mau menjawab, sebuah suara jernih terdengar dari belakangnya. Semua orang terkejut dan memutar kepala mereka bersamaan.     

"Akulah yang menyuruhnya membawa pedang itu."     

"Seseorang dengan tubuh tinggi, duduk di atas kuda hitam, perlahan mendekati mereka. Zhuge Yue memakai mantel bulu musang dan ia mengendarai kudanya mendekat ke mereka. Dia mengulurkan tangan ke gadis di bawah dan berkata, "Berapa lama kamu mau membuatku menunggu? Berikan kepadaku."     

Tanpa berkata apa-apa, Chu Qiao menatap ke matanya yang acuh tak acuh. Angin dingin bertiup dan mereka terus saling menatap. Semua keraguan dan kebencian dari masa lalu kembali terbakar dan itu tidak akan pernah dilupakan. Rasanya waktu sudah berlalu lama sekali tetapi sebenarnya itu hanya sebentar. Chu Qiao akhirnya mengulurkan tangannya dan menyerahkan pedang kepada Zhuge Yue.     

"Song Que, inilah mengapa aku menyuruhmu memanggilnya. Aku meninggalkan pedangku di lapangan Ying Ge milik Pangeran Yan, dan aku meminta pelayan ini untuk membawakannya dan mengembalikannya padaku."     

Song Que mengangguk dan menjawab, "Baiklah, saya mengerti."     

Zhuge Yue melihat orang-orang yang terkapar di tanah dan berkata dengan tenang, "Aku menyuruhmu untuk mengambilkan pedang, tetapi kamu malah berlatih bela diri dengan anak buah Tuan Wei, seperti tidak ada aturan lagi di sini. Apakah ini didikan Pangeran Yan terhadap anak buahnya?"     

Berlatih bela diri? Wajah Chu Qiao berubah karena dia mendadak merasa marah. Saat dia akan berbicara, Zhuge Yue berbalik ke Tuan Wei dan berkata, "Tuan Wei, aku akan membawanya pergi." Tepat setelah menyelesaikan kalimat ini, dia berputar dan akan pergi.     

"Masalah ini tidak ada kaitannya dengan Tuan Keempat. Atas dasar apa Tuan Keempat membawanya pergi?" Wei Jing mendengus dan menjawab tidak senang.     

Zhuge Yue berputar sambil mengangkat alisnya dan berkata, "Tuan Wei, apa maksudmu aku terlalu ikut campur? Anda baru dipromosikan dan diberi izin membawa senjata di dalam istana, namun anda langsung memerintahkan semua anak buahmu untuk membawa senjata. Tuan Wei, anda bertindak terlalu cepat."     

Amarah Wei Jing mulai mendidih. Tanpa memberinya kesempatan untuk berbicara, Zhuge Yue melanjutkan, "Kalau pertikaian hari ini tersebar, anda tidak akan diuntungkan sama sekali. Tuan Wei, anda dilahirkan sebagai bangsawan, sangat penting untuk menimbang untung rugi. Anda harus membedakan antara yang penting dan tidak dan juga menilai akibat dari tindakan anda. Jika Tuan Wei Guang ada di sini hari ini, dia tidak akan senang dengan ini."     

Mata Wei Jing memutar dan dia tidak bisa menjawab sepatah kata pun. Dia mengerti hasil yang mungkin terjadi dari situasi ini. Namun, dia tidak dapat memaafkan dan melupakan apa yang diperbuat Chu Qiao, maka tiap kali ia melihat Chu Qiao, dia ingin membalas dendam.     

"Mari pergi," Zhuge Yue berkata perlahan sambil memutar kudanya.     

Song membungkuk mendalam kepada Zhuge Yue. Chu Qiao melihat mata Wei Jing yang dipenuhi amarah, lalu mengikuti Zhuge Yue.     

Salju turun perlahan dari langit saat malam tiba. Sepanjang kedua sisi jalan Xuan Men, salju terus terbang di sekeliling. Chu Qiao mengikuti di belakang Zhuge Yue, dan perlahan dia menghilang di dalam salju yang beterbangan.     

Wei Jing menggertakkan giginya dan tiba-tiba melolong marah. Dia menendang perut salah satu pelayannya dan berjalan pergi dengan marah.     

Danau biru itu dipenuhi salju dan pemandangannya seindah lukisan. Ada jembatan batu yang indah menyeberangi danau, dan terhubung ke sebuah paviliun. Ada dua orang yang berdiri di bawah paviliun. Pria yang memakai mantel kulit musang dan berwajah tampan dengan alis tebal dan sedikit aura jahat. Sedangkan si wanita, yang belum genap berusia 15 tahun, sedang memakai mantel bulu rubah putih dan terlihat kecil dan halus.     

Kedua orang ini adalah Zhuge Yue dan Chu Qiao, yang baru saja meninggalkan jalan Xuan Men.     

"Aku tidak berencana menyelamatkanmu. Aku hanya berpikir Wei Jing mengganggu, jadi kamu tidak perlu berterima kasih padaku."     

Chu Qiao mengangkat kepalanya dan berkata dengan ekspresi dingin, "Aku tidak berniat untuk mengucapkan terima kasih padamu."     

Zhuge Yue tertawa kecil dan menjawab, "Kamu masih saja keras kepala, walaupun tujuh tahun sudah berlalu. Tampaknya Yan Xun tidak mengajarimu untuk menghibur orang."     

"Kamu juga masih sama. Tampaknya orang bijak dari Gunung Wolong tidak mengajarimu kerendahan hati. Kamu masih tetap sombong."     

Saat suaranya menghilang, Zhuge Yue menaikkan alisnya, menegakkan kuda-kudanya dan mundur dengan cemas. Pada saat yang bersamaan, Chu Qiao yang awalnya berdiri dengan tenang, mendadak menyerbu ke depan dengan langkah yang penuh perhitungan dan gerakan yang lincah, hampir menangkap tangan Zhuge Yue. Zhuge Yue menjulurkan tangannya untuk menangkis, dan menangkap balik tangan Chu Qiao. Chu Qiao berbalik badan dengan lentur, berjungkir balik sambil menendang. Dia mendarat di luar paviliun dan di atas danau yang membeku. Salju segera berhenti terbang di sekitar.     

Pedang panjang yang terbungkus kain hitam itu memiliki mata pedang yang sangat tajam dan memantulkan cahaya. Keahlian pedang Chu Qiao yang memukau, memotong udara, membuat salju di sekitar terbang ke sana kemari.     

Zhuge Yue tidak memiliki senjata, jadi dia mematahkan sebuah ranting dari pohon plum di samping paviliun untuk mempersiapkan dirinya bertarung.     

Dari kejauhan, di tengah angin dan salju, danau yang membeku itu berselimutkan salju. Dua sosok sedang bertarung penuh semangat dengan satu sama lain. Pemandangan ini sungguh indah. Angin menyapu salju dan kabut, membuat bunga-bunga beterbangan di udara, menciptakan campuran merah dan putih di langit.     

Mantel bulu putih Chu Qiao melayang bersama angin. Setelah pertarungan yang panjang, mereka berakhir imbang.     

Pada saat ini, tiba-tiba Chu Qiao tergelincir, dan karena dia kehilangan keseimbangan, Zhuge Yue berhasil memukul pedangnya sampai lepas dari tangan.     

Chu Qiao terkejut. Dengan satu tangan di tanah, dia mencoba untuk berdiri. Pada saat dia menginjak di atas es, ada bunyi retakan. Lapisan es mulai pecah dan air dingin mulai mengalir keluar.     

Dia terkejut dan berteriak minta tolong. Namun, sudah terlambat untuk melarikan diri karena tubuhnya mulai tenggelam.     

Sebelum terlambat, Zhuge Yue segera menarik lengan Chu Qiao, dan dengan tenaga yang kuat, menariknya keluar.     

"Kamu masih tetap bodoh sekali!" Sebuah belati dingin menempel di tenggorokan Zhuge Yue. Chu Qiao terlihat ganas dan mengejeknya. Dia melanjutkan, "Kamu sudah pernah kutipu di masa lalu. Setelah tujuh tahun, kamu masih belum belajar?"     

Zhuge Yue tertawa dingin dan ujung bibirnya mulai tersenyum. Dia menjawab, "Apakah kamu harus selalu begitu percaya diri?" Dengan belati tajam di tangannya, Zhuge Yue menekan belati itu ke rompi Chu Qiao. Jika ia bergerak sedikit saja, belati itu akan menusuk kulitnya.     

Mata dibayar mata! Mereka benar-benar seimbang! Sangat sulit menentukan siapa yang akan menang!     

Angin dingin tiba-tiba berembus, bercampur dengan salju dingin yang mengenai wajah mereka. Mereka berdiri dekat satu sama lain, dengan napas yang bersamaan dan kulit bersentuhan. Dari kejauhan, terlihat seperti mereka sedang saling memeluk mesra. Hanya dari dekat bunga-bunga plum barulah suasana tegang bisa dirasakan.     

"Zhuge Yue, antara kamu dan aku, tidak akan pernah ada hari di mana kita saling memaafkan. Alasan kenapa hari ini aku tidak membunuhmu adalah karena aku tidak ingin melibatkan Yan Xun. Aku akan memberimu kesempatan untuk pergi dengan kepalamu utuh di atas bahumu. Selalu aku masih hidup, kepalamu bukanlah milikmu."     

Zhuge Yue mencemooh dan menjawab, "Kamu?"     

"Betul, aku!" Chu Qiao mengucapkan tiap kata dengan tegas, "Anak-anak dari keluarga Jing tidak akan mati sia-sia."     

"Bagus!" Zhuge Yue melepaskannya dan berjalan kembali untuk memungut pedang yang di atas tanah. Zhuge Yue berdiri di bawah pepohonan plum dan berkata dengan dingin, "Aku akan menunggumu. Saat kamu sudah mampu, datanglah untuk mengambil pedang ini."     

Angin utara menyapu kencang saat Chu Qiao berdiri diam, mengawasi Zhuge Yue berjalan semakin jauh dengan tinjunya yang mengepal erat.     

Semua yang baru terjadi hanya sandiwara.     

Tanggal yang mereka rencanakan untuk pulang ke Yan Bei semakin dekat, mengapa dia mau buang waktu untuk Zhuge Yue? Ketika Zhuge Yue melepaskannya dan tidak membeberkan identitasnya, Adik Kedelapan yang mati menggantikannya, dituduh membunuh Tuan Besar Kedua Zhuge. Sekarang Zhuge Yue sudah kembali, Chu Qiao kembali berada dalam bahaya.     

Biarkan dia menunggu. Selama Zhuge Yue tidak berinisiatif untuk menyerang atau membeberkan identitas Chu Qiao, Yan Xun akan mendapat lebih banyak waktu berharga untuk menjalankan rencananya.     

Apakah Zhuge Yue mempercayainya ataupun tidak, ini masih pantas dicoba.     

Chu Qiao berdiri di sana untuk beberapa saat, kemudian ia meninggalkan taman plum. Di sisi lain danau biru, Pepohonan dan bunga-bunga bergoyang. AhJing dan Yan Xun berjalan keluar dari hutan pinus.     

"AhJing, apakah kamu ketahuan oleh Zhuge Yue saat kamu mengarahkannya ke Jalan Xuan Men?"     

"Tidak," AhJing menjawab yakin, "Saya sangat berhati-hati."     

Yan Xun mengangguk dan berkata dengan suara rendah, "Baiklah kalau begitu."     

"Pangeran," AhJing mengerutkan keningnya dan bertanya, "mengapa anda begitu yakin Zhuge Yue akan menolong Chu Qiao?"     

"Haha!" Yan Xun tertawa ringan dan menjawab, "Tentunya, dia sendiri juga mempertanyakan hal ini. Mengapa dia menolong Chu Qiao?" Yan Xun mengatakan sesuatu yang tidak dipahami AhJing. "Mungkin hanya aku yang mengerti dia cukup baik karena aku mengerti mengapa dia melakukan itu. AhJing, lain kali kamu harus lebih perhatian. Keluarga Zhuge sudah terlibat. Situasi menjadi semakin rumit. Harus ada tambahan untuk patroli malam. Bunuh semua orang yang mencurigakan."     

AhJing tertegun. Dia bertanya dengan terkejut, "Bunuh? Pangeran, apakah itu benar tidak apa-apa?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.