Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 65



Bab 65

0Melihat mereka yang mundur ke dalam hutan, pasukan lawan menjatuhkan busur dan mencabut pedang mereka, mulai menyerbu ke hutan.     
0

Ada musuh di mana-mana, menyerbu mereka bagaikan kerumunan belalang. Keahlian berpedang Chu Qiao saat dia berlari bagaikan angin sangat menakjubkan. Dia menarik Li Ce dengannya sementara Tie You dan yang lainnya berusaha mengejar. Pada saat ini, yang tersisa tidak sampai 50 orang. Semua orang sudah bersimbah darah dan terluka parah. Mereka sudah tidak bisa bertarung lagi.     

Chu Qiao berpikir cepat saat dia melirik musuh di sekelilingnya. Dengan keji dia membunuh enam orang dengan tebasan pedangnya. Pengalaman bela diri selama dua kehidupan, ditambah lagi dengan bertahun-tahun latihan tanpa henti akhirnya berguna di perang gerilya ini, membuatnya di atas angin. Walaupun dia bertubuh kecil, dia mampu memanfaatkan lingkungan sekitarnya untuk membantunya saat dia menerobos hutan. Tidak ada yang bisa menandinginya.     

"QiaoQiao! QiaoQiao!" Li Ce tiba-tiba berteriak. Chu Qiao berbalik ke arahnya dan dia melihat salah seorang musuh yang berbadan besar sedang mendekati Li Ce dengan membawa pedang besar. Tie You sudah berlumuran darah. Dia tidak bisa bertahan lagi.     

Chu Qiao melompat ke udara, menendang bahunya. Pedang yang dipegang Chu Qiao membelah udara, memotong pipi pria itu sampai ke bahunya. Pria itu mengerang saat dia terjatuh ke tanah, dan kepalanya terbentur. Darah berceceran di mana-mana.     

Tiba-tiba, rasa sakit yang tajam menusuk bahunya. Dia mengangkat alisnya, lalu menggunakan punggung tangan kirinya untuk meraba belati yang disembunyikan di bawah rusuknya. Dengan tangan kanannya, dia meraih tombak yang sedang ditusukkan ke arahnya. Saat lawannya terhuyung-huyung mundur, dia memanfaatkan kesempatan itu untuk menusuk dengan pedangnya. Lalu Chu Qiao melompat ke udara, mendaratkan tendangan berputar tepat di kepala pria itu dan menusukkan pedangnya tepat ke jantung pria itu.     

"QiaoQiao!" wajah Li Ce pucat karena ketakutan. Dia berlari mendekat, menarik Chu Qiao ke dalam pelukannya. "Kamu terluka!"     

"Tidak perlu pedulikan aku! Tie You, bawa Tuanmu bersamamu dan pergi ke arah barat!"     

"Tidak! Aku tidak akan meninggalkanmu!" Li Ce diam di tempat dengan keras kepala, lalu dia mengambil sebuah pedang, mengayun-ayunkannya dan berkata dengan tegas, "Dasar manusia kecil! Maju kemari!" Sebelum dia bisa menyerang musuh, dia memukul dirinya sendiri dengan pedang itu, lalu menjatuhkannya ke tanah.     

"Bodoh!" Chu Qiao mengamuk dan menariknya. Dia memberi perintah, "Ikuti aku!"     

Pedang Penghancur Bulan itu luar biasa tajam. Pedang itu memotong pedang lawannya seakan memotong mentega. Yang tersisa di dalam genggaman lawannya hanya sepotong baja pendek. Tie You yang mengikuti dari belakang menghabisinya sambil berlari melewatinya. Pria itu bersimbah darah dan tumbang ke tanah.     

Melangkahi mayat-mayat lawannya, Chu Qiao terus berlari menembus hutan, memimpin semua orang ke puncak bukit. Sungai mengalir deras di bawah mereka, dan ombak terus menghantam tepian sungai. Lapisan es yang menutupi sungai baru saja pecah dan kepingan-kepingan es hanyut di dalam air.     

"Lompat turun!" Chu Qiao berteriak sambil menginjak perut salah satu penyerang.     

"Ah?" Li Ce mengerutkan keningnya saat dia berdiri di samping Chu Qiao, menjulurkan lehernya dan mengintip lewat tepian tebing. "QiaoQiao, kita bisa mati membeku!"     

"Kamu boleh berdiri di sini kalau kamu mau mati!"     

Li Ce bimbang saat dia berdiri di puncak bukit. Setelah mencoba beberapa kali, dia masih tidak bisa mengumpulkan keberaniannya. Tiba-tiba, seorang pria menyerbu ke arah mereka sambil mengacungkan pedangnya, berusaha menyergap gadis itu yang sedang bertarung dengan seorang musuh. Tak tahu dengan keberanian dari mana, Pangeran Tang itu mengangkat sebuah batu besar dan melemparkannya ke kepala pria itu. Dengan suara benturan kecil, tengkoraknya sudah retak dan ia terguling ke bawah bukit, tidak sadarkan diri.     

"Haha!" Li Ce kegirangan karena serangannya berhasil, lalu ia terus melempar batu-batu ke arah lawan.     

Ketika anak buahnya melihat Pangeran mereka menunjukkan keberaniannya, mereka mulai mengikutinya. Pergerakan musuh mulai tertahan.     

"Pergi, cepat!" Li Ce terlena dengan pertempuran saat Chu Qiao berbalik dan memeganginya, menyeretnya menuruni lereng. Dengan satu lompatan, semuanya masuk ke dalam air dan langsung diserang oleh rasa dingin. Chu Qiao dan Li Ce seketika tenggelam di bawah permukaan     

Chu Qiao tetap tenang dan berenang ke atas. Namun, apapun yang dia lakukan, dia tidak bisa mencapai permukaan. Dia sangat marah saat menoleh ke bawah. Li Ce sedang memegang batu berukuran besar di tangannya, seakan-akan itu bongkahan emas.     

Chu Qiao memukul punggung Li Ce lalu merebut batu itu darinya. Sebelum mereka bisa mencapai permukaan, mereka mendengar suara panah yang ditembakkan beruntun ke dalam air. Jeritan kesakitan terdengar dari segala penjuru. Tie You dan yang lainnya tewas. Chu Qiao berpikir, terkadang orang bodoh memang beruntung. Sambil menarik Li Ce, dia terus menyelam.     

Arus sungai sangat cepat. Setelah beberapa saat, mereka berdua naik ke permukaan. Walaupun musuh berusaha keras untuk mengikuti, mereka tidak cukup cepat. Tidak lama, mereka sudah tidak bisa melihat Chu Qiao dan Li Ce. Bibir Chu Qiao semakin pucat dan bahunya berlumuran darah. Tenaganya mulai terkuras dari tubuhnya.     

"QiaoQiao, QiaoQiao?" Suara Li Ce mulai terdengar semakin buram. Chu Qiao berusaha untuk menoleh ke arahnya. Li Ce mendayung keras, sambil berkata, "Kamu harus bertahan. Kita akan segera terlepas dari bahaya." Ini pertama kalinya Li Ce berbicara padanya dengan nada serius. Wajah Li Ce pucat dan bibirnya membiru. Pandangannya tidak lagi ceria seperti biasa, melainkan menjadi serius. Dia memancarkan aura yang sangat berbeda.     

Chu Qiao ingin berbicara padanya. Dia berusaha membuka mulutnya, tetapi tidak keluar suara apapun. Dia menggigil kedinginan. Kehilangan darah sebanyak itu mulai memengaruhinya.     

Sungai itu menjadi merah sementara teriakan musuh terus menggema dari kejauhan. Perlahan, suar di puncak bukit-bukit lainnya mulai menyala. Saat itu, tampaknya ke mana pun mereka pergi, akan tetap menemui masalah. Usaha pembunuhan besar-besaran yang dilakukan musuh mereka, telah mengerahkan jumlah orang yang tak terbayangkan.     

Tidak terdengar lagi suara pengawal dari pihak mereka. Suara ombak mulai terdengar semakin keras saat malam makin larut. Sungai terasa sangat dingin dan arusnya semakin cepat. Chu Qiao dan Li Ce terkejut saat mereka jatuh dari air terjun. Mereka terguling-guling di udara dan Li Ce mempererat cengkeramannya pada Chu Qiao.     

Yan Xun menutup petanya dan melihat ke anak buah di sekelilingnya. "Hanya ada dua tujuan dalam misi kali ini. Yang pertama adalah menyelamatkan Chu Qiao. Yang kedua yaitu jangan sampai identitas kalian ketahuan. Jika kalian tertangkap, kalian tahu apa yang harus dilakukan."     

AhJing dan yang lainnya mengangguk dan berkata, "Kami mengerti."     

"Pergilah."     

Semua orang bangkit bersamaan. Memimpin anak buah masing-masing, mereka pergi dalam sekejap.     

AhJing tetap di sana untuk mengawal Yan Xun. Dia berbisik, "Tuan, apakah anda tahu siapa yang menyergap Pangeran Tang?"     

Yan Xun menggeleng dan menjawab, "Aku tidak tahu. Kita tidak memiliki informasi yang cukup. Ada terlalu banyak tersangka. Itu tidak penting lagi. Begitu Li Ce meninggal, Kekaisaran Xia dan Tang akan mulai berperang. Kita tidak akan rugi apapun dalam peperangan itu. Karena kita semua memiliki tujuan yang sama, kenapa kita tidak membantu mereka? Lagipula, kalau Li Ce sedang bersama AhChu, dia pasti sudah mati sekarang." Setelah berkata demikian, wajahnya menyeringai. Dia berbisik sambil menengadah, "Bahkan para dewa pun sedang membantuku."     

Walaupun mereka sudah sangat terbiasa bergerak di dalam hutan, obor-obor yang tak terhitung jumlahnya selalu mengikuti mereka tiap kali mereka mendaki sebuah bukit, membuatnya seakan ada binatang pemangsa yang menggigit ekor mereka. Mereka tidak punya waktu untuk beristirahat, dan juga tidak ada jalan lain untuk melarikan diri. Mereka hanya bisa berlari semakin dalam ke hutan yang lebat dan mendaki pegunungan yang terjal. Saat mereka akhirnya berhasil kabur dari orang-orang itu, langit sudah gelap gulita. Mereka tersesat dan tidak tahu lagi di mana Zhen Huang berada.     

Malam itu dingin dan berkabut. Sebelumnya, sempat gerimis kecil, membuat suhu menjadi semakin dingin. Agar tidak ketahuan, mereka tidak berani menyalakan api. Chu Qiao dan Li Ce duduk di dalam semak-semak yang rimbun. Gadis yang lemah dan kurus itu berbaring di dekat batang pohon. Dia merasa tulang-tulangnya rontok. Sejumlah luka di tubuhnya terus berdarah; rasa sakitnya tak tertahankan. Terutama luka panah di bahunya yang sangat parah; jika ia bergerak sedikit pun akan terasa sangat sakit. Kehilangan begitu banyak darah membuatnya merasa lelah dan lemas. Dia sangat ingin tidur. Tetapi, pengalamannya selama bertahun-tahun membuatnya sadar kalau saat ini adalah waktu yang sangat penting untuk melarikan diri. Kalau dia tertidur, dia tidak akan terbangun lagi.     

"QiaoQiao?" suara Li Ce terdengar di telinganya saat Li Ce memakaikan sebuah mantel di bahu Chu Qiao. Chu Qiao cemberut saat dia mengangkat kepalanya dan melihat ke pria yang sedang berlutut di sisinya. Li Ce masih tersenyum saat dia berkata, "Pakaianku sudah kering."     

Pakaian Li Ce sudah tidak wangi lagi. Setelah direndam di dalam sungai dan berlari menembus hutan, yang tersisa hanya kain yang lecek dan usang. Ada bercak-bercak merah tua yang menodai bajunya yang merah. Siapa pembunuh yang malang itu?     

Karena bergerak sedikit, bahu Chu Qiao mulai berdarah lagi. Li Ce terkesiap dan senyuman pudar dari wajahnya yang pucat. Dia buru-buru menekan luka Chu Qiao dan berkata, "Kamu mulai berdarah lagi. Apa yang bisa kita lakukan?"     

"Ini bukan apa-apa," Alis Chu Qiao mengernyit. Dia merobek sepotong kain dari pakaian Li Ce lalu memerban lukanya dengan cekatan. Dia berkata, "Duduklah."     

"Ah?" Mata Li Ce membelalak karena bingung.     

"Duduk!" Gadis itu mulai merengut tidak sabar. Walaupun dia terdengar lemah, tetapi itu sangat bertenaga. "Kita tidak punya banyak waktu. Kita harus beristirahat selagi bisa."     

"Oke." Li Ce duduk dengan patuh. Setelah berpikir sejenak, dia bertanya, "QiaoQiao, apa kamu kenal orang-orang itu?"     

"Kalau kamu masih punya begitu banyak tenaga, bisakah kamu simpan untuk nanti? Itu akan menghindarkanku dari banyak masalah. Aku akan membunuhmu kalau kamu berani menggangguku saat beristirahat."     

Pangeran Tang itu terdiam dan duduk di tanah, matanya melirik ke sana kemari dengan gelisah.     

Tentu saja Chu Qiao ingin tahu siapa dalangnya! Namun, ada terlalu banyak tersangka. Dia tidak bisa menemukan petunjuk di saat ini.     

Kalau Li Ce dibunuh di pinggiran Kota Zhen Huang, Kekaisaran Tang pasti akan segera menyerang. Perang antara Kekaisaran Tang dan Xia tidak bisa dihindari. Kalau kedua kekaisaran ini berperang, dilihat dari keadaan, kekaisaran yang akan mendapat keuntungan adalah Kekaisaran Song di perbatasan laut timur, Da Huang di selatan, dan Quan Rong di barat laut. Terutama Kekaisaran Song, dengan perekonomian mereka yang makmur dan sumber daya yang melimpah mereka pasti akan dijadikan sasaran oleh negara yang sedang berperang. Kekaisaran Tang dan Xia akan berusaha sebisa mungkin untuk mendapat dukungan dari Kekaisaran Song, dan ini akan jauh meningkatkan kekuatan militer Kekaisaran Song, membuatnya di posisi yang strategis.     

Dari sudut pandang politik internal, kematian Li Ce berarti tidak ada penerus takhta Tang. Sekte keagamaan yang masih memiliki garis darah kekaisaran memiliki kesempatan untuk naik takhta. Para saudara dari Kaisar Tang juga bisa menduduki takhta. Mereka semua ingin memiliki sebagian dari wilayah Tang yang luas.     

Dari sisi Kekaisaran Xia, hanya keluarga kekaisaran dan bangsawan yang mampu melakukan hal seperti ini. Namun, dengan jatuhnya klan Muhe baru-baru ini, dan juga Yan Xun yang membunuh Muhe Xifeng dan Wei Jing dengan meminjam kekuatan lain, keluarga bangsawan sedang ketakutan. Begitu keseimbangan telah dirusak, hal ini akan berujung dengan sejumlah kudeta berdarah yang tak bisa dihindari.     

Wei Guang, Zhuge Muqing, dan yang lainnya sangat licik dan picik; mereka tidak akan bisa menyadari krisis yang tersembunyi di bawah kemakmuran, memulai kekacauan dengan satu tangan. Maka, Kaisar Xia tidak memiliki pilihan selain bergantung pada kekuasaan para keluarga bangsawan. Namun, ada juga kemungkinan kalau keluarga bangsawan akan memanfaatkan kesempatan ini untuk memperkuat kekuasaan mereka di bidang militer.     

Yang membuat Chu Qiao khawatir yaitu kalau ternyata Yan Xun yang mendalangi semua ini, dengan Serikat Da Tong mendukung rencananya. Kalau memang ternyata begitu, keadaan akan menjadi canggung.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.