Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 138



Bab 138

0Kamp Utara sudah benar-benar lepas kendali. Para prajurit dari keturunan bangsawan ini mungkin bahkan tidak pernah membunuh ayam seumur hidup mereka, namun mereka menghunuskan pedang mereka dan menyerbu bagai segerombolan hama wereng. Menginjak-injak tubuh dan darah rekan mereka yang telah gugur, mereka menyerbu tanpa gentar!     
0

Elang-elang yang melayang di angkasa memekik, dan pagi yang cerah itu telah berubah menjadi berawan dan gelap, seakan-akan bisa turun hujan kapan saja. Warga sipil ketakutan dan memencar mencari tempat berlindung, namun seluruh jalan tersebut sudah dipenuhi oleh prajurit, ke mana mereka bisa bersembunyi?     

Orang-orang itu berteriak dengan putus asa, saling menginjak, berusaha mencari anggota keluarga mereka, memanggil nama satu sama lain. Dalam waktu singkat, seluruh jalan yang makmur itu telah berubah menjadi pembantaian yang kejam!     

Dan saat ini, Li Ce baru saja menyerbu keluar dari Istana Jin Wu dengan pasukan kekaisarannya. Pangeran Tang tersebut, yang terkenal tidak bisa menunggang kuda, saat ini sedang menunggang seekor kuda dengan gagah, melaju di jalanan kota itu, dengan jubahnya berkibar di belakangnya. Pandangan matanya sangat tajam, seakan-akan tatapannya akan menusuk semua rintangan yang menghalanginya.     

"Putra Mahkota," beberapa pengintai kembali dan memanggilnya, "jalanan pusat kota telah terhalang sepenuhnya oleh warga sipil. Pasukan Kekaisaran tidak bisa mencapai tempat itu."     

"Terhalang?" Li Ce mengangkat alisnya, sebelum memerintahkan dengan dingin, "Kalau kita tidak bisa melewatinya, kita akan lewat di atas mayat-mayat mereka. Siapa pun yang tidak memberi jalan akan dibunuh!"     

"Yang Mulia?" Pengintai tersebut terkejut dengan perintah yang keji ini, dan bergumam, "Mereka semua adalah rakyat kita …."     

"Rakyat …." Li Ce menyipitkan matanya dan menjawab kepada prajurit yang ragu-ragu ini, "Semakin lama kita sampai di sana, semakin besar korban yang akan jatuh karena pertempuran antara Pasukan Kekaisaran dengan Kamp Utara. Para prajurit itu adalah harta sesungguhnya dari Kekaisaran Tang!"     

Prajurit pengintai itu tercerahkan oleh sang Pangeran, dan dengan tegas menerima perintah tersebut, "Saya mengerti! Harap tunggu sebentar. Pelayan ini akan memimpin rekan-rekan kita dan membuka jalan untuk Yang Mulia."     

Li Ce menjawab, "Terima kasih! Sun Di, cepat pergi ke Departemen Militer dan arahkan 50.000 dari Pasukan Serigala ke dalam kota untuk menghentikan kerusuhan. Juga, nyalakan sinyal asap, dan kabari Garnisun Utara untuk terus amati pergerakan dari Tentara Xia! Dan …" dia bimbang untuk sesaat, lalu berusaha untuk mengucapkan kata-kata berikut ini, "kirimkan pengintai ke perbatasan selatan! Selama 24 jam ke depan, awasi Jalur Air di Perbatasan Selatan untuk serangan dari Yan Bei!"     

Sun Di terkejut dengan perintah terakhir itu dan bertanya, "Yan Bei? Yan Bei akan memulai perang dengan Kekaisaran Tang?"     

"Kamu pikir mereka tidak akan menyerang?" Sambil mendengus, nada Li Ce lebih dingin daripada salju musim dingin saat dia membentak, "Kalau gadis itu secara tidak sengaja tewas di dalam wilayah Kekaisaran Tang, kita harus mempersiapkan diri untuk kemurkaan Yan Xun. Dan …." Li Ce perlahan menutup matanya. Wajah seorang gadis yang bersih dan bagaikan malaikat, dengan teratai yang mekar di belakangnya di bawah langit malam tersebut, muncul lagi di benaknya. Suaranya melembut sampai hanya tersisa bisikan, dan alisnya mengunci menjadi kerutan tebal. Walaupun sulit didengar, tetapi masih bisa terdengar kata-katanya yang tegas, "Aku juga tidak akan memaafkan pelakunya."     

"Baik, pelayan ini akan pergi dan melaksanakannya sekarang juga."     

"Satu hal lagi! Periksa ini dengan teliti untukku setelah menyampaikan pesan-pesan tadi!" Li Ce membuka matanya, dan kelembutan serta rasa lelahnya yang sesaat sudah sirna tergantikan oleh kemarahan di matanya. "Aku mau semua data tentang pelatihan yang dilakukan Kamp Utara ini! Aku mau semua informasi, bahkan yang rahasia sekali pun! Tidak peduli pangkat, kerahasiaan, atau betapa pentingnya! Aku mau tahu siapa yang mereka temui selama beberapa hari terakhir, ke mana mereka pergi, atau bahkan jika mereka diare dan lebih sering pergi ke toilet. Aku mau tahu semuanya!"     

Pikiran Sun Di yang tajam langsung menangkap alasan dibalik tindakan ini. Wajahnya berubah menjadi pucat, dan dia bertanya dengan tidak percaya, "Apakah Yang Mulia berpikir kalau seluruh pergolakan ini bukan sebuah kebetulan?"     

"Kebetulan?" Li Ce berbalik dan memelototi Sun Di, sambil berkata dengan dingin, "Zhao Chun Er telah diserang di dalam kamarnya sendiri, dan seluruh pejabat ingin menolong Kekaisaran Xia dan tidak mempertimbangkan Kekaisaran Tang. Saat berusaha bunuh diri untuk meraih simpati, Kamp Utara kebetulan ada di dekat sang tuan putri. Dan hal ini menjadi lepas kendali karena para petugas berpangkat tinggi kebetulan tidak ada. Bagaimana mungkin anak-anak keluarga bangsawan begitu mudah dipengaruhi oleh desas-desus tidak jelas? Dan mereka juga tahu jadwal perjalanan Tie You, dan bahwa Chu Qiao ada di dalam kereta kuda itu. Terlalu banyak kebetulan yang terjadi bersamaan, apakah kamu tidak merasa ada yang tidak wajar?"     

Mulut Sun Di menganga, karena dia tidak bisa menyanggah logika yang sempurna itu. Wajah Li Ce semakin membeku saat dia melanjutkan analisisnya, "Sejak awal sampai akhir, aku tidak menerima info apa pun. Bahkan si tua Dou Ming De, yang sudah mulai mengasingkan dirinya dari dunia politik, juga tahu sesuatu. Kita masih meraba-raba! Strategi yang begitu rapi, pelaksanaan yang begitu hati-hati, perkembangan yang begitu menakutkan, apakah kamu benar-benar berpikir semua itu hanya kebetulan?"     

Saat angin terus berkecamuk, suara teriakan dari depan terdengar semakin keras. Pasukan Kekaisaran mulai mengusir warga sipil dan menembakkan panah ke arah warga. Berlarian ke sana kemari tanpa tujuan, kelakuan para warga sipil saat ini seakan-akan seluruh kejadian ini hanya lelucon. Saling menatap mata satu sama lain, Sun Di dan Li Ce menjadi semakin tidak bisa menahan kegelisahan yang bangkit di dalam hati mereka.     

Li Ce mengangguk. "Memang, langkah kematian tidak pernah sedekat ini sebelumnya. Seseorang telah menyiapkan jaring saat kita tidak memperhatikan, dan mereka menyusupi Kamp Utara, Ibu Kota, dan bahkan Istana kita!"     

"Mungkinkah itu Kekaisaran Xia? Atau Kekaisaran Song?"     

"Nalan Hong Ye tidak termasuk di antara para pejabat itu. Pergerakan sebesar itu, dia tidak akan mau ketinggalan. Sedangkan Zhao Chun Er, paling banyak, dia bisa mengacau di dalam istana. Tetapi pergerakan dengan perhitungan yang sedemikian matang ini pasti di luar kemampuannya."     

"Kalau begitu siapa lagi?" Sun Di bertanya sambil mengerutkan alisnya.     

"Siapa?" Li Ce tersenyum dingin dan mengangkat kepalanya. Mengamati awan gelap, dia menggeleng perlahan dan berbisik, "Aku harap aku salah."     

Sebuah panah menembus medan pertempuran, bagaikan cakar yang tajam, menyerang di saat yang paling menguntungkan. Seluruh pasukan berhenti untuk sekejap, dan melihat seorang wanita muda, memakai gaun kuning cerah, berdiri di atas kereta kuda lain yang baru saja berhenti di Alun-alun Mawar. Memegang sebuah busur kuning keemasan, dia mengarahkannya ke tengah kekacauan di Alun-alun Mawar. Dahinya dibalut perban, dan bisa terlihat darah yang menyerap keluar dari bawahnya. Dengan sekelebat, panah itu melayang tepat ke arah dada Chu Qiao!     

Pada saat ini, Tie You terhuyung-huyung mendekat dan melindungi Chu Qiao. Dengan suara tusukan yang mengerikan, panah itu menembus lengannya.     

"Tie You!" Chu Qiao meraung. Dia baru hendak maju untuk menolong pria itu ketika hujan panah melesat ke arahnya, memisahkan dia dari Tie You.     

Wanita di atas kereta kuda itu perlahan berjalan turun dan tidak memedulikan sepatu bersihnya yang terkena noda darah. Dia tersenyum dan berjalan ke arah panggung tempat Chu Qiao berada. Dengan tumpukan mayat di antaranya dan Chu Qiao, dia berbicara dengan suara yang hanya terdengar oleh Chu Qiao dan para pengawalnya, "Apakah kamu sedih? Tetapi itu masih tidak cukup!" Setelah berkata demikian, dia mengambil pedang dari pengawalnya dan menusuk perut Tie You, yang sudah lemah, dan kehabisan tenaga.     

Tie You menyemburkan darah dari mulutnya! Lututnya menekuk, dan dengan suara berdebum, dia terjatuh ke lantai.     

"Bukankah kamu memiliki rasa keadilan yang kuat? Bukankah kamu benci ketika orang lain menderita untukmu? Jadi mengapa kamu tidak mati saja sekarang? Begitu kamu mati, aku akan melepaskan pria ini."     

Sambil menggigit bibir bawahnya, Chu Qiao merengut, menghadap wanita itu dengan ekspresi bagaikan samudra yang dingin, sama sekali tidak menanggapinya.     

Dengan senyuman dingin, wanita yang menggila itu mengayunkan pedangnya dan berteriak, "Aku benar-benar tidak tahan dengan betapa munafiknya kamu!"     

Mata Chu Qiao sudah tertutup oleh nafsu membunuh. Menggenggam pedangnya, dia gemetar. Dia tidak takut, namun dia sedang lemah dan tidak bisa mengerahkan kekuatannya. Namun di saat selanjutnya, dia bagaikan macan tutul yang lincah. Dengan satu tebasan pedangnya, dia memaksa wanita itu mundur, dan menikam dada wanita tersebut!     

Namun tampaknya lawan Chu Qiao sejak awal tidak berniat mengayunkan pedangnya, karena para pengawalnya bergegas maju. Berpura-pura tersandung, gaunnya yang berwarna kuning cerah terkena darah. Sambil mengangkat kepalanya, dia menjerit dengan memilukan, "Sebagai wanita yang menikah ke dalam Kekaisaran Tang, saya sudah tidak suci lagi! Biarkan saya mengorbankan diri saya untuk negara ini! Bunuh saya!"     

Para prajurit yang sudah mulai tenang kembali terbakar oleh emosi. Melihat pedang yang tak terhitung di hadapannya, Chu Qiao tidak dapat menahannya lagi dan dia terjatuh ke lantai, pingsan.     

Kalau dia diberikan kesempatan lain, apakah dia akan melakukan hal yang sama? Membiarkan kedua orang itu pulang dengan selamat? Namun sayangnya, dalam dunia nyata tidak ada permisalan seperti itu.     

Tepat sebelum dia pingsan, dia melihat Tie You bangkit lagi, dan mendengar kata-kata yang diucapkan pria itu, "Putra Mahkota memerintahkan agar saya melindungi anda."     

Kamu benar-benar bodoh …. Setetes air mata mengalir keluar dari sudut mata Chu Qiao. Saat terjatuh tak berdaya di Alun-alun Mawar, dia sekali lagi dia teringat akan gadis yang menangis menjerit-jerit di dalam gua itu.     

"Bunuh mereka! Bunuh mereka! Bunuh mereka!" Jeritan putus asanya masih terngiang di telinga Chu Qiao. Hari ini, gadis itu benar-benar melakukannya.     

Setelah tertidur untuk waktu yang tak diketahui, satu ember air dingin disiramkan ke wajah Chu Qiao. Terbangun dengan bingung, wajah tersenyum Zhao Chun Er mengisi pandangannya.     

"Di mana Tie You?" Suara rendah Chu Qiao serak dan terdengar seakan-akan dia siap untuk meledak.     

Zhao Chun Er tertawa terkikik-kikik, dan menjawab dengan santai, "Mungkin dia sudah meninggal. Tampaknya dia dipotong-potong menjadi banyak bagian oleh para prajurit Kamp Utara yang mengamuk. Itu sangat aneh. Saya mendengar kabar di Kota Zhen Huang kalau prajurit Tang itu lemah dan mudah dikalahkan, tetapi tampaknya kenyataannya agak berbeda dari kabar yang beredar."     

Chu Qiao perlahan menutup matanya, dan menahan kesedihan yang sedang naik dari dalam dadanya. Sambil sedikit menganggukkan kepalanya, Chu Qiao perlahan menyatakan, "Kamu akan membayar atas tindakanmu hari ini."     

"Benarkah?" Zhao Chun Er menepis pernyataan itu. "Tetapi yang pasti kamu tidak akan hidup untuk menyaksikan hari itu terjadi."     

Saat membuka matanya, Chu Qiao menatap Zhao Chun Er tepat di matanya, dan tanpa ragu, memberitahunya, "Yan Xun akan membalaskan dendam untukku."     

"Jangan mengingatkan aku padanya!" Zhao Chun Er berdiri, membuat kursinya jatuh terguling saat dia menyentak. Dengan mata yang berapi-api, dia memelototi Chu Qiao, yang sedang terikat di sebuah tiang. Dia membentak, "Kalau kamu mengucapkan sepatah kata lagi tentangnya, akan kubunuh kamu!"     

Tanpa memedulikannya, wajah dingin Chu Qiao memperlihatkan semburat rasa girang. "Apa kamu takut?"     

Menghadapi pandangan Zhao Chun Er yang dipenuhi kebencian, Chu Qiao memicingkan matanya, seperti kucing. Dengan suara mendalam, Chu Qiao bertanya, "Apa yang kamu rencanakan setelah membunuh aku?"     

Tersenyum dingin, Zhao Chun Er menjawab, "Itu bukan urusanmu. Tapi aku dengan senang hati akan memberi tahu kamu apa yang akan terjadi karena kamu pasti tidak akan bisa menyaksikannya. Jika apa pun yang aku lakukan tidak disaksikan oleh kamu, akan menjadi sia-sia.     

"Apakah kamu tahu, Kekaisaran Tang akan terpecah, dan Li Ce akan mati. Seluruh parlemen akan dibangun ulang, dan para penjaga tua akan dilenyapkan. Pasukan Xia telah memojokkan Yan Bei. Dengan datangnya musim dingin, kalian tidak punya uang ataupun makanan, bagaimana kalian akan selamat dari musim dingin ini? Saat prajurit kalian sedang kelaparan, kuda-kuda kalian sedang lemah karena musim dingin, pasukan gabungan dari Kekaisaran Xia dan Kekaisaran Tang akan menyerbu Yan Bei bersama. Ketika itu terjadi, warga Yan Bei akan terkubur hidup-hidup, dan pasukan Yan Bei akan dimusnahkan. Tanah Yan Bei akan terendam oleh darah. Siapa pun yang menentang, baik itu Serikat Da Tong, atau pun Pasukan Elang Besi dari Yan Bei, akan tunduk kepada kekuatan dari kekaisaran!"     

"Dengan pedang-pedang di tangan kami, kami akan menunjukkan kepadamu apa akibatnya kalau mengkhianati kekaisaran!" Mata Zhao Chun Er merah, dan dia terlihat seperti gila saat dia melanjutkan monolognya, "Pada saatnya nanti, aku akan menarik Yan Xun dan membuatnya berlutut di kakiku, memohon ampun dariku. Aku akan mencungkil matanya, mematahkan kedua kakinya, dan menyiksanya dengan segala cara! Aku akan menghancurkan apa pun yang kamu ciptakan! Bagaimana? Apakah kamu sudah takut sekarang?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.