Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 55



Bab 55

0Yan Xun juga tertegun. Sudah tujuh tahun lamanya, tetapi sang Kaisar tidak pernah memanggilnya sampai hari ini. Apakah ini sebuah berkah atau kutukan?     
0

"Bagaimana sekarang?" kata Chu Qiao, terlihat sangat serius.     

Yan Xun berpikir cukup lama, dan berkata, "Jangan panik. Aku ragu ini sesuatu yang serius. Aku akan pergi dan melihat ada apa."     

"Yan Xun …."     

Yan Xun berputar dan baru akan pergi. Saat itu, Chu Qiao meraihnya. Tangannya yang kecil berkeringat dan dingin. Dia menarik Yan Xun dengan erat dan berkata dengan gelisah, "Berhati-hatilah, dan pulanglah lebih awal."     

"Jangan khawatir," Yan Xun menjawab sambil menggenggam erat tangan Chu Qiao untuk meyakinkannya. "Aku akan segera kembali."     

Lu Liu mendekati Yan Xun dan memakaikan mantel bulu yang besar kepadanya. Yan Xun membawa beberapa orang bersamanya dan meninggalkan Lapangan Ying Ge.     

Sepanjang sore hari, Chu Qiao gelisah dan tidak bisa duduk diam. Dia tidak berhenti memikirkan sesuatu yang buruk bisa terjadi kepada Yan Xun. Di malam harinya, tiba-tiba AhJing pulang. Chu Qiao senang dan dia bergegas ke depan dan berkata, "Di mana sang pangeran? Apa yang terjadi? Mengapa dia belum kembali?"     

Terlihat canggung, AhJing menjawab, "Pangeran baik-baik saja. Dia sedang menghadiri pesta."     

Chu Qiao menghela napas lega dan berkata, "Baik, itu bagus. Mengapa sang kaisar memanggilnya?"     

AhJing melirik ke kanan dan ke kiri. Setelah melihat ada beberapa pelayan di sekitar, dia melihat ke Chu Qiao dengan bimbang. Merasa ada sesuatu yang janggal, Chu Qiao mengerutkan alisnya dan bertanya lagi, "Apa yang terjadi?"     

"Sang kaisar …." AhJing tergagap, "Sang kaisar memanggil pangeran untuk … untuk menikahkannya kepada Tuan Putri Chun yang baru saja berusia lima belas tahun."     

Chu Qiao terkejut. Dia membuka mulutnya untuk mengucapkan sesuatu tetapi tidak ada yang keluar. Dia melihat sekeliling dan dia bertanya dengan suara pelan, "Pernikahan?"     

"Nona Chu …." AhJing memanggil dengan khawatir.     

Chu Qiao mengangguk dan berbisik, "Pernikahan."     

"Nona Chu, pangeran takut anda merasa khawatir jadi dia menyuruh saya untuk kemari dan memberi tahu anda ini…"     

"Saya baik-baik saja." Chu Qiao menggeleng sambil berkata, "Ini bukan hanya pesta kekaisaran. Pasti ada maksud tersembunyi di balik ini. Kamu sebaiknya segera kembali ke sana dan lindungi dia. Aku hanya khawatir sang kaisar sedang merencanakan sesuatu kepadanya. Mengenai pernikahan, baiklah, aku mengerti."     

AhJing masih khawatir dan berbisik perlahan, "Nona Chu …."     

"Aku akan kembali ke kamarku sekarang. Kamu pergilah." Chu Qiao berputar dan pergi dengan menegakkan punggungnya sambil bergumam tanpa ekspresi, "Aku masih punya banyak kerjaan untuk diselesaikan. Lu Liu, bawa semua surat ke kamarku. Aku harus membalasnya."     

Saat itu salju turun dengan lebat. Angin meniup seorang wanita bergaun kuning dan mantel dengan warna yang sama. Salju mengenai sisi belakang mantelnya sementara wanita itu sendiri memancarkan aura yang sangat dingin. Di kejauhan, matahari perlahan terbenam. Langit berwarna merah menyala, tetapi juga sangat berwarna. Akhirnya, matahari terbenam. Lilin-lilin dinyalakan. Meneteskan lilin merah.     

Waktu sudah berlalu lama tetapi Yan Xun belum kembali. Para pelayan yang bertugas menjaga perapian membuka pintu dengan hati-hati dan melihat ruangan itu remang-remang, dan terlihat sosok Chu Qiao yang kurus dan ramping. Dia tidak mendongak saat dia mendengar suara, dan hanya merengut, tampaknya berpikir keras tentang sesuatu.     

"Nona Chu," pelayan itu berkata. Walaupun dia baru berusia dua belas tahun, dia cukup dewasa untuk mengerti situasi ini. Dengan hati-hati ia melanjutkan, "Sudah larut, sebaiknya anda beristirahat."     

Chu Qiao tidak mengatakan apapun dan mengangkat tangannya untuk mengisyaratkan agar ia meninggalkan ruangan.     

Lu Liu, yang sedang membawa perapian baru, berjalan ke pintu dan mendadak berbalik dan berkata kepada Chu Qiao, "Kalau pangeran kembali, saya akan segera memanggil anda."     

Chu Qiao perlahan mengangkat kepalanya dan melihat ke Lu Liu. Dia berkata dengan perlahan, "Apakah kamu sesenggang itu?"     

Pelayan itu terkejut dan segera bersujud di tanah. Dia segera menjawab, "Tidak sepantasnya saya melewati batasan. Saya pantas dihukum."     

"Keluar saja sana," terdengar suara tajam Chu Qiao. Setelah itu, dia tidak mengatakan apapun lagi dan menundukkan kepalanya lalu terus melihat surat di tangannya. Lu Liu gemetaran saat dia menutup pintu dan meninggalkan ruangan. Ruangan itu kembali hening.     

Lilin mulai dinyalakan dan sesekali membuat percikan api di udara. Cahayanya membuat bayangan Chu Qiao sangat panjang dan ramping.     

Kehidupan Chu Qiao tidak berubah banyak, dia tetap sibuk dan tetap memikirkan banyak hal, bahkan nada bicaranya masih sama. Hanya pada saat dia menuangkannya dalam tulisan di atas kertas, baru kekuatannya bisa terlihat dari tulisannya.     

Malam musim dingin itu panjang, ketika malam sudah larut, terdengar suara pintu yang dibuka. Kuasnya segera terhenti saat Chu Qiao mendengarkan dengan seksama. Lalu ia berdiri dan menyalakan semua lampu di kamarnya.     

Ruangan itu tiba-tiba menjadi terang. Tidak peduli sejauh apapun, masih bisa terlihat. Chu Qiao berdiri dan mengangkat sudut dari salah satu jendela di depannya. Angin malam bertiup masuk melalui jendela dan menerpa rambutnya yang panjang dan hitam. Matanya tenang, memperhatikan luar ruangan. Dia sedang menunggu hasil. Dalam sekilas, akan jelas bahwa dia masih bangun dan sedang menunggunya. Jika Yan Xun berjalan kemari, itu berarti situasi masih bisa berubah. Jika tidak, berarti dia telah menetapkan pikirannya dan tidak ada yang akan berubah.     

Waktu berjalan perlahan. Cahaya di halaman depan tidak bergerak. Ada seorang pria dengan mantel keperakan yang menutupi setengah wajahnya. Dia berdiri dengan punggung tegak. AhJing berdiri di belakangnya, memegang payung besar di atas kepalanya untuk melindungi dia dari salju. Angin sepoi-sepoi bertiup dari kejauhan dan mengangkat salju dari tanah. Angin itu berputar di sudut, membuat angin topan salju kecil dan menyapu sepatu serta mantel pria itu.     

"Pangeran," Xiao Lizi berkata sambil membungkuk. Dia menatap ke kejauhan di mana Yan Xun sedang menatap, dan ada cahaya dari balik hutan plum dan gunung buatan. "Nona mungkin masih belum tidur."     

Yan Xun tidak bereaksi dan hanya berdiri diam. Dia tahu kalau Chu Qiao sedang berdiri di seberang sana, di hadapan jendela kamarnya. Di antara mereka, ada tiga lorong, dua pintu, sebuah danau, dan sebuah taman bunga plum. Dia bisa mencapai Chu Qiao dalam sekejap mata. Namun, perasaan tidak berdaya menyerangnya. Mengapa jarak sedekat ini terasa begitu jauh?     

Matanya diam dan tenang. Tanpa berkata apapun, dia menatap dengan diam. Tatapannya seakan membawa dia kembali ke tujuh tahun lalu, melalui perubahan-perubahan dalam hidup, ilusi, bahaya, dan bencana.     

Karena tiupan angin, payung di tangan AhJing tertiup lepas. Pelayan muda itu terkejut dan segera berbalik untuk mengejar payung tersebut. Salju turun di pundak Yan Xun. Walaupun dia sedang memakai mantel tebal, dia tetap bisa merasakan dinginnya.     

"Ayo pergi." Kalimat yang pendek itu keluar dari mulut Yan Xun. Xiao Lizi tersenyum dan segera memimpin jalan. Dia berkata sambil berjalan, "Nona Chu seharusnya belum tidur. Pangeran …." Sebelum ia menyelesaikan kalimatnya, dia menyadari Yan Xun membawa AhJing ke arah sebaliknya. Xiao Lizi membelalakkan matanya sambil memegang lentera. Dia berdiri di sana dengan mulut menganga, tak tahu harus ke mana.     

Duk. Chu Qiao dengan lembut menurunkan jendela ke posisinya semula dan perlahan melepaskan jubahnya. Dia hanya memakai sebuah mantel dan berjalan menuju lentera di keempat sudut lalu meniupnya satu per satu. Gerakannya perlahan dan wajahnya damai. Akhirnya, lilin di atas rak buku pun perlahan ditiup padam. Seluruh ruangan menjadi gelap gulita dalam beberapa detik saja.     

Dia meraba-raba dan kembali ke kasurnya, membuka selimut dan berbaring. Angin sangat sunyi saat matanya tetap terbuka lebar. Tidak ada air mata di matanya, namun dia merasa sangat gelisah.     

Pagi keesokan harinya, Chu Qiao pergi ke halaman depan seperti biasa untuk makan sarapan pagi. Lapangan Ying Ge sangat sepi hari ini, seakan semua orang berhati-hati agar tidak membuat suara apapun. Chu Qiao dan Yan Xun duduk berseberangan dan makan, sesekali mengangkat kepala mereka untuk mengobrol.     

Tuannya pun tidak berbeda, dan sangat tenang seakan tidak terjadi apa-apa. AhJing dan Lu Liu menatap mereka dengan gugup. Chu Qiao lalu menghela napas dengan enggan. Mungkin saya sungguh-sungguh berpikir salah, dia membatin.     

Setelah sarapan, semuanya tenang. Semua orang melakukan tugas mereka masing-masing dan terlihat agak bahagia. Bagaimanapun, di dalam istana yang luas ini, Lapangan Ying Ge tidak lagi perlu waspada terhadap orang lain saat bertindak.     

Siang hari, Yan Xun membuka pintu menuju ke rumah kaca dan melihat Chu Qiao bersandar ke pagar bunga dengan diam, seakan dia sudah menunggu untuk waktu yang lama.     

"Anggrek biruku!" Yan Xun berteriak saat dia bergegas menujunya.     

"Chu Qiao menoleh dan melihat Yan Xun memegang anggrek biru yang patah. Yan Xun sangat marah saat dia berteriak, "Anggrek biruku!"     

"Bukan saya." Chu Qiao mengangkat kedua tangannya untuk menunjukkan dia tidak ada hubungannya dengan hal itu dan membela diri dengan berkata, "Aku tidak bersandar di sana."     

"Apa kamu tidak melihat tali di antara rak ini?"     

Chu Qiao terkejut dan melihat tali tipis itu. Dia mengangkat bahu dan menjawab, "Anggaplah itu salahku. Bukan masalah besar. Aku bisa memberimu yang lain."     

Yan Xun menggelengkan kepalanya dan menaruh pot bunga di samping. Dia duduk di kursi dan berkata dengan tegas, "Apa pendapatmu mengenai hal ini?"     

Chu Qiao berpikir sejenak dan menjawab, "Sang Kaisar ingin membunuhmu."     

Yan Xun tersenyum samar dan berkata, "Dia sudah ingin membunuhku sejak lama."     

"Kali ini, ini berbeda." Chu Qiao menggelengkan kepalanya dan berkata pelan, "Dia tidak berniat untuk berdamai denganmu. Sebaliknya, dia harus mencari jalan keluar untuk dirinya dan mencegah orang lain menyebarkan isu. Dia ingin membunuhmu dan pada saat yang sama tetap terlihat tidak terlibat."     

Wajah Chu Qiao terlihat bermartabat saat dia menganalisis situasi ini. "Sekarang para keluarga bangsawan berkuasa, dan mereka menguasai tanah yang luas. Sang kaisar hanya memiliki sedikit kekuatan militer di luar pasukan ibu kota. Kekuatan militer dan pemerintahan berada di tangan Dewan Tetua Agung dan terbagi-bagi ke dalam masing-masing keluarga. Zhao Zhengde ingin mengambil alih kembali kekuasaannya sebagai kaisar. Selain bergantung terhadap sejumlah kecil kekuatan kekaisaran seperti Meng Song dan Le Xing, dia hanya bisa berharap parang pangeran yang tinggal di dekat perbatasan akan membantunya. Maka dari itu, dia tidak boleh membunuhmu secara terang-terangan, karena dia takut akan membuat kericuhan di Yan Bei. Pembunuhan seorang pejabat akan menakut-nakuti para keluarga bangsawan. Bagaimanapun juga, para klan menunggu para bangsawan dari keluarga-keluarga besar untuk memanfaatkan kesempatan dan bersaing untuk wilayah dan melebarkan kekuasaan keluarga mereka. Begitu kekuatan kekaisaran berkurang, para keluarga bangsawan akan bisa mengambil alih kekuasaan kekaisaran dan nantinya akan menjadi semakin sulit."     

Yan Xun mengangguk dan setuju dengannya. Chu Qiao melanjutkan, "Jadi jika dia benar-benar mau membunuhmu, dia akan memerlukan orang lain yang melakukannya untuk dia. Dia ingin membunuhmu diam-diam dan menyalahkan orang lain untuk menjaga dirinya tetap aman. Namun, begitu kamu mati, semua ujung tombak akan mengarah padanya. Itulah mengapa dia memilih untuk menikahkan putrinya denganmu saat ini, untuk menipu orang lain agar berpikir bahwa dia benar-benar ingin memaafkanmu dan membiarkanmu kembali ke Yan Bei. Lalu dia akan mengambil kesempatan ini untuk membunuhmu. Setelah kamu mati, putri kesayangannya akan menjadi janda. Maka, tentu saja, tidak ada yang akan mencurigai dia."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.