Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 58



Bab 58

0Selama 14 hari penuh, Zhao Che tidak melangkah keluar dari kamp. Berita terus mengalir masuk, mengabarinya. Ini bukan berkat sumber informasi Zhao Che. Dia mengerti kalau ini dimaksudkan untuk memancing amarahnya dan membuat dia keluar dari kamp. Walaupun matanya terpejam, dia bisa membayangkan pasukan yang menunggu untuk membunuhnya di luar kamp.     
0

Pada hari ke-2 di bulan keempat, Istana Sheng Jin mengeluarkan titah bahwa Zhao Che setia dan patriotik. Dia dihadiahi dua ribu tael emas dan diangkat menjadi Jenderal Jalan Timur. Walaupun pangkat yang diberikan kepadanya tidak memiliki kekuasaan apapun, begitu sang Kaisar mengesahkan ini, dia sudah menjadi jenderal. Ini cukup untuk menunjukkan kepuasan sang Kaisar dan kepercayaannya kepada Zhao Che.     

Di malam setelah dia menerima titah itu, Zhao Che berdiri di lapangan sekolah bela diri di dalam kamp kavaleri. Dia berdiri di sana, berdiam diri lama. Dia bisa membenci klan Muhe, sikap mereka yang menguasai dengan keras, penyalahgunaan kekuasaan mereka, dan kenyataan bahwa mereka tidak menganggap status di dalam klan. Namun, tidak bisa disangkal kalau dia bisa menjaga posisi dia di antara saudara-saudari kekaisarannya berkat pengaruh klan ini. Dengan jatuhnya mereka, bagaimana dia mempertahankan posisinya di dalam keluarga kekaisaran?     

Pasukan kavaleri diselimuti awan depresi selama lima hari penuh. Yang lebih kaya, sudah meninggalkan pasukan kavaleri dan bergabung dengan pasukan kekaisaran. Sedangkan yang tidak, mereka pensiun dan pulang ke rumah. Zhao Che tidak menghentikan mereka. Bagaimanapun, para bangsawan ini mengerti bahwa untuk bertahan di Kekaisaran Xia, selain pengakuan dari keluarga kekaisaran, dukungan yang kuat juga dibutuhkan.     

Dalam lima hari, kekuatan pasukan kavaleri berkurang dua pertiga. Orang-orang yang tinggal adalah antara pengikut setia yang sudah bertahun-tahun mengikuti Zhao Che atau murid yang sudah naik pangkat dari perbatasan.     

Seiring waktu, kekacauan di dalam ibu kota surut. Dokumen resmi dari kemiliteran dikeluarkan dan pembawa pesan dipercayai untuk menyampaikannya kepada Zhao Che. Melihat Zhao Che tidak di tempat, pembawa pesan itu meletakkan surat di atas meja dan bersiap untuk pergi. Saat Zhao Che mendekat dari kejauhan, pembawa pesan itu berpura-pura tidak melihatnya, dan pergi dengan mengendarai kudanya.     

Wakil Komandan Cheng menyerahkan surat itu, sambil mengerutkan kening. "Yang Mulia, pihak militer mengirimkan surat. Mereka ingin mengerahkan pasukan kavaleri untuk ditempatkan di Yu Cheng, 210 kilometer jauhnya, untuk memperbaiki jalan. Ini untuk mempermudah perjalanan Pangeran Tang.     

Zhao Che tidak membaca surat itu. Sebaliknya, dia hanya mengepalkan tinjunya erat-erat. Setengah bulan lalu, Pangeran Ketiga, Zhao Qi, dikabarkan pergi keluar dari kota untuk turun tangan sendiri memperbaiki jalan. Namun, dengan apa yang terjadi kepada klan Muhe, sudah jelas kalau Zhao Qi tidak meninggalkan ibu kota. Pasukannya dikirim secara rahasia untuk menyergap saat kesempatan muncul.     

Kini, klan Muhe telah dimusnahkan. Klan Wei memegang kekuasaan tertinggi. Zhao Qi juga sudah mengaku kalau dia memperbaiki jalanan, sehingga ia dihormati oleh warga. Namun, hari ini, dia ingin Zhao Che untuk memimpin pasukan kavaleri pergi memperbaiki jalan. Apakah ini tindakan ejekan dari orang yang berkuasa? Ataukah ini bentuk penghinaan dari si pemenang?     

Zhao Che berdiri diam lama sekali. Walaupun dia sudah terbiasa menjadi korban penyalahgunaan kekuasaan, kebencian yang kini dia rasakan sangat memuakkan. Dia tertawa dingin dan berbalik badan, menghadap istana yang megah. Dia menatap ke arah itu dengan pandangan tajam dan bengis. Hari berikutnya, pasukan kavaleri berangkat menuju Yu Cheng untuk memperbaiki jalan dan menyambut Pangeran Tang, Li Ce.     

Kekaisaran Tan dan Xia tidak terlalu jauh dari satu sama lain. Dengan kuda cepat, seseorang bisa menempuh jarak antara kedua tempat dalam sebulan. Dengan kereta kuda, akan memakan waktu dua bulan. Pangeran itu telah berangkat empat bulan sebelumnya tanpa ada kabar, namun masih tidak terlihat di mana pun.     

Sebagian besar pangeran-pangeran dari Kekaisaran Xia sudah pernah bepergian sepanjang perbatasan sebelumnya. Mereka bepergian dengan pasukan, melewati berbagai macam medan dari dataran luas, pegunungan, hingga sungai. Namun tamu terhormat dari Kekaisaran Tang ini perlu dibuatkan jembatan sebelum ia menyeberangi sungai. Jembatan itu harus cukup lebar untuk dilalui 4 kuda, dan harus terbuat dari batu. Jika dia menjelajah melalui padang rumput, jalan setapak harus disiapkan untuknya terlebih dahulu, agar tidak mengotori kaki kudanya yang berharga. Dia menolak menggunakan transportasi air dan tidak mau berjalan melalui jalur pegunungan, gurun pasir, atau jalan apapun di luar jarak 80 kilometer dari kota. Dia hanya makan makanan terbaik yang dibawa dari Kekaisaran Tang. Lebih dari 200 kereta membawa pakaian, senjata, dan benda-benda lainnya yang dibutuhkan untuk menemaninya dalam perjalanan. Segala hal yang pernah disentuh oleh pria, ditolak olehnya. Kaisar Tang, demi memuaskan dia, sudah memeras otak. Dikabarkan bahwa gandum yang dimakan oleh Li Ce harus dipanen dari tanah subur di belakang istana oleh petani terbaik, dan kemudian diolah secara pribadi oleh para gadis muda di dalam istana.     

Setelah mendengar kabar tentang apa yang terjadi, Chu Qiao tak bisa berkata apa-apa. Untuk menyambut orang selancang itu, Kekaisaran Xia mengirimkan Zhao Che dan pasukan kavalerinya. Bukankah jelas ini sedang berusaha mempersulit?     

Singkat kata, para pejuang dari pasukan pemberani, menantang salju selama sepuluh hari untuk membuka jalan. Saat pekerjaan sudah hampir selesai, terdengar berita: Pangeran terkena flu karena dia menendang selimutnya pada malam hari. Seluruh rombongan mereka sudah putar balik.     

Zhao Che, saat mendengar ini, begitu marah dan dia langsung kembali bersama prajuritnya.     

Chu Qiao menghela napas ketika mendengar berita tersebut. Perasaan takut mulai timbul di hatinya. Pangeran Tang ini antara memang benar-benar orang yang tidak masuk akal atau seorang ahli yang pantas ditakuti karena tahu bagaimana menutupi dirinya.     

Tak peduli bagaimanapun, dia sudah diperintahkan untuk masuk pasukan kavaleri. Dia sudah tahu mengenai kekacauan yang menyelimuti klan Muhe sejak awal, dan dia sengaja menunda waktu sebelum melapor dan mulai bertugas. Saat ini, Zhao Che sudah tidak berkuasa seperti sebelumnya, tetapi dia masih tetap pimpinan pasukan kavaleri. Chu Qiao, sebagai kepala instruktur berkuda dan panahan, harus menunjukkan wajahnya di dalam kamp.     

Malam itu, pembawa pesan Zhao Che kembali dengan berita. Sang pangeran, yang bertingkah seakan dia orang penting, sudah setuju untuk menghentikan perjalanan pulangnya sementara untuk memulihkan diri. Namun, dia menolak untuk memasuki kamp, memerintahkan Wakil Komandan Cheng untuk tetap di tempat dan menunggu perintah selanjutnya. Selain itu, dia meminta Chu Qiao untuk menemuinya langsung di tempat pangeran itu sekarang.     

Chu Qiao menjadi bingung dan berusaha menjernihkan keadaan.     

Prajurit itu bimbang untuk waktu yang cukup lama, sebelum akhirnya berbisik, "Sang pangeran menolak untuk bertemu Yang Mulia, dan berkata bahwa keganasan Yang Mulia akan membuat penyakitnya semakin parah. Kata-kata ini dikutip langsung oleh pelayan di sisi sang pangeran." Semua yang mendengar hal ini terkejut. Apakah pangeran ini, yang hanya hal terbaik, tidak bersedia untuk berbicara dengan pria lain? Ditambah lagi, prajurit itu menginstruksikan Chu Qiao untuk berpakaian seperti wanita dan segera berangkat.     

Langit sedang berbaik hati. Untuk beberapa hari ke depan, tidak ada hujan salju yang lebat, berarti usaha mereka sebelumnya tidak dirusak. Chu Qiao, ditemani empat orang prajurit, berkuda ke tujuan mereka. Dia memakai jubah merah terang. Walaupun jubah itu untuk pria, tetapi jubah itu membuatnya tampil menawan karena menonjolkan wajahnya yang cantik.     

Kedua tempat itu hanya berjarak empat jam perjalanan. Belum dua jam mereka berjalan, sebuah kereta kuda mendekat dari arah berlawanan. Kereta itu dihias meriah dan ditarik oleh empat ekor kuda bagus. Kereta itu menempati lebar seluruh jalur, menghalangi semua yang ada di jalurnya.     

Chu Qiao mengerutkan kening dan menghentikan kudanya. Dia melihat dua orang gadis muda mengendalikan kereta kuda itu. Salah satu dari mereka memakai jubah putih dari kulit macan tutul dengan gaun merah mudah dari katun. Yang satunya lagi memakai gaun hijau dan terlihat seperti pemburu. Mereka berdua memakai topi dan mantel, wajah mereka merah karena dingin. Sesekali mereka menoleh ke belakang, mengobrol riang dengan orang di dalam kereta kuda tersebut.     

"Ah! Kakak Fu, ada orang di depan?" gadis bergaun hijau berkata, matanya berbinar. Kereta kuda itu berhenti di depan rombongan Chu Qiao.     

"Siapa mereka?" Suara wanita yang menawan terdengar. "Apakah mereka pria atau wanita?"     

Gadis muda itu menjawab santai, "Empat pria dan seorang wanita."     

"Oh?" Suara di dalam terdengar ragu. "Pangeran bertanya, bagaimana penampilan wanita itu? Berapa usianya?"     

Gadis muda itu melihat ke Chu Qiao, sebelum menjawab, "Dia terlihat lumayan, sekitar usia 16 atau 17. Wajahnya berimbang dengan saya, tetapi jauh di bawah Kakak Fu, Kakak E, dan Kakak Qing."     

Suara tawa terdengar dari dalam kereta. Suara tadi melanjutkan, "Pangeran berkata, kalau Lu Er bisa berkata demikian, orang itu pasti sangat cantik. Biarkan yang pria pergi dan tinggalkan yang wanita. Pangeran mau berbicara dengannya."     

Gadis muda itu mendengus tidak puas, lalu berkata kepada rombongan Chu Qiao. "Apakah kalian mendengar apa yang Kakak Fu katakan? Yang pria pergi saja, yang wanita tetap di sini."     

Chu Qiao dan rombongannya menjadi bingung. Keempat prajurit yang menemaninya sangat marah. Melihat cara mereka berpakaian, mereka bukan orang sembarangan. Tidak peduli siapa para gadis ini, seharusnya mereka tidak selancang itu.     

Chu Qiao sangat berhati-hati. Ada banyak bangsawan yang berfoya-foya dan semena-mena di dalam Kekaisaran Xia, belum lagi keturunan mereka. Dia berhati-hati agar tidak menyinggung orang-orang ini karena dia tidak tahu mereka dari keluarga mana.     

Sebelum rombongan Chu Qiao sempat menjawab, gadis muda tadi menyahut lagi dengan marah, "Apa kalian tidak mendengar yang kukatakan? Bodoh sekali." Dia mengambil dua tael emas dan melemparkannya ke tanah sebelum melanjutkan dengan sombong. "Aku lihat kalian tidak membawa tanda giok, berarti kalian bukan bagian dari klan manapun. Aku menawarkan harga ini untuk wanita yang tidak berklan, ini merupakan tawaran yang bagus. Kalian, cepat pergi."     

Salah satu prajurit berteriak marah, "Dari mana bocah ini datang? Coba kamu …."     

Sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, sebuah cambuk melesat ke arahnya. Pelayan itu, walaupun terlihat masih muda, cukup terampil. Cambuk itu mengenai mata prajurit tadi, meninggalkan luka berdarah. Prajurit itu jatuh dari kudanya, menutupi matanya dan berteriak kesakitan.     

"Hm! Makhluk tak berguna ini tidak tahu diri!" pelayan itu berkata, cambuknya melayang ke prajurit itu lagi.     

Chu Qiao, melihat dia yang begitu sombong, secara tidak sadar dipenuhi kemarahan. Dia menunggang maju dan menangkap cambuk itu. Dengan teknik yang indah dan sedikit kekuatan, dia mengambil cambuk itu.     

"Jangan keterlaluan." Chu Qiao memperingatkan pelayan itu dengan dingin.     

Prajurit lain tiba-tiba teriak keras. Chu Qiao melihat ke bawah dan melihat darah segar di seluruh telapak tangan prajurit yang terkena cambuk tadi. Darah mengalir keluar dari matanya, menunjukkan itu sudah pasti buta selamanya.     

"Hm!" Lu Er, si pelayan, mengejek. "Apanya yang istimewa? Cuma rakyat jelata. Paling-paling, aku akan membayarmu …. Ah!" Sebelum dia selesai, sebuah cambuk memukul wajahnya yang putih dengan ganas. Kekuatan cambuk itu lebih keras dibandingkan pecutan sebelumnya. Gadis mudah itu berteriak kesakitan, menutupi wajahnya, amarahnya menggelegak.     

"Apanya yang istimewa? Hanya makhluk tak tahu diri. Aku akan membutakan satu matamu untuk bersenang-senang. Paling-paling, aku akan membayarmu dengan beberapa perak." Chu Qiao menjawab dingin, meniru nada gadis itu.     

Gadis muda itu bertabiat keras. Dia tidak menjerit dan hanya menggertakkan giginya, menatap Chu Qiao dengan penuh kebencian. "Gadis bodoh, aku tidak akan mengampunimu!"     

"Siapa yang butuh belas kasihanmu?" Chu Qiao menyipitkan matanya dan menjawab, "Bukankah kamu bilang mau membeliku? Mari kita lihat apa yang kamu punya." Saat dia menyelesaikan kalimatnya, sebuah belati meluncur, dan menancap di paha salah satu kuda. Kuda itu terkejut, mengangkat kakinya ke udara dan mulai memacu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.