Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 85



Bab 85

0"Sedangkan AhChu, ada yang ingin kukatakan padanya. Tolong sampaikan pesanku untuknya." Suara Zhao Song semakin berat saat dia melangkah maju.     
0

Saat para prajurit melihat dia melangkah maju, semua orang memegang pedangnya, siap untuk menyerang. Namun Yan Xun, melangkah maju.     

"Beri tahu dia, aku …."     

Di saat ini, suara benturan kecil terdengar. Setelah hantaman pelan, rasa sakit menyebar dari dada Yan Xun. Belati Zhao Song telah menancap dalam ke Yan Xun!     

"Yang Mulia!"     

"Tuan muda!"     

"Habisi pembunuh itu!"     

Wajah Zhao Song sama sekali tidak peduli dengan kekacauan di sekitarnya. Dia mencabut belati itu dan mengayunkannya sekali lagi! Para penjaga masih berjarak beberapa langkah, dan Yan Xun harus melindungi dirinya sendiri. Memegang pedangnya, Yan Xun melangkah mundur. Tetapi luka di dadanya berdarah begitu banyak sehingga dia tidak bisa mengerahkan tenaga. Zhao Song masih bisa mengejarnya!     

Dalam sekejap, saat belati Zhao Song hampir menusuk jantung Yan Xun, pedang Yan Xun diayunkan ke atas. Kalau Yan Xun menebas secara horizontal, dia bisa dengan mudah merobek tenggorokan Zhao Song. Tetapi pada saat itu, kenangan di masa lalu melintas di pikirannya, dan Yan Xun membelokkan pergelangan tangannya di saat-saat terakhir. Pedang yang tajam itu mengiris bahu lengan Zhao Song yang memegang belati, langsung memotongnya!     

Belati itu terjatuh ke tanah, beserta semburan darah dan lengan yang terputus!     

"Ah!" Zhao Song menjerit kesakitan dan terjatuh ke tanah. Meringkuk kesakitan, dia memegangi lukanya. Begitu juga, Yan Xun tergeletak di tanah, dan banyak sekali darah yang mengalir dari dadanya. Dengan panik, para penjaga maju mendekat. Nyonya Yu dengan muram membuka mulutnya, namun sebelum ia sempat mengatakan apapun, dia mendengar suara tangisan dari gerobak makanan di dekat sana. Seorang prajurit yang memakai seragam terlalu besar berlari keluar, dan saat diperhatikan, ternyata itu Tuan Putri Xia—Zhao Chun Er!     

Nyonya Yu memerintahkan dengan kasar, "Cepat, panggil dokter kemari. Dan aku ingin kedua orang ini dipenggal!"     

"Tunggu!" Yan Xun memaksa berbicara dengan suara serak yang dipenuhi rasa sakit. Wajahnya semakin lama semakin pucat. "Biarkan mereka pergi!"     

Orang-orang di sekeliling sangat terkejut dengan perkataannya. AhJing memanggil, "Yang Mulia?"     

"Kubilang … biarkan. Mereka. Pergi!"     

AhJing hendak menyahut, namun Nyonya Yu menahannya, dan berkata kepada Yan Xun, "Tuan, aku akan mengatur orang untuk mengantar mereka kembali ke Kota Zhen Huang."     

Yan Xun mengangguk dengan kesakitan, setelah itu kepalanya condong ke samping dan dia pingsan.     

"Yang Mulia!" AhJing berteriak dengan marah. Membalik badan, dia mengambil pedangnya dan berjalan menuju Zhao Song. Nyonya Yu menariknya, dan menatap matanya dengan tegas. "Apakah kamu mau aku kehilangan kepercayaan Tuan?"     

AhJing kaget karena kata-katanya yang keras, dan bertanya dengan polos, "Nyonya?"     

"Aku ingin kalian mempersiapkan kereta kuda. Pilih sepuluh orang prajurit yang paling patuh untuk mengantar mereka pulang! Beri mereka perawatan selama perjalanan, dan jangan biarkan mereka mati!"     

Pelayan itu menurut dengan terpaksa, dan pergi untuk mempersiapkan. Zhao Chun Er memegang kakaknya, yang pingsan dalam kubangan darahnya sendiri, dengan wajah tanpa harapan. Gadis yang lugu dan tak bersalah ini sudah benar-benar putus asa karena dua orang yang ia paling sayangi hampir saja saling membunuh.     

Dokter militer datang tidak lama kemudian. Dokter tua itu mengamati beberapa detik sebelum menoleh ke Nyonya Yu dan berkata dengan serius, "Paru-parunya terluka. Saya tidak bisa menjamin dia akan selamat."     

Nyonya Yu melihat ke pria tua itu dan mengatakan dengan tegas, "Tuan kita harus selamat. Anda harus memastikan dia selamat."     

Pria tua itu mengerutkan keningnya dan menghela napas. "Saya akan berusaha semampunya."     

Di jalan menuju Provinsi Liuhe dari Xi Ma Liang, sebuah rombongan sedang menunggu dengan sabar. Sinar bulan yang remang-remang menerangi sekelompok orang ini yang jumlahnya sekitar sepuluh ribu orang. Meski demikian, orang-orang ini sangat diam, semua menatap ke jalur di timur, seakan-akan menunggu sesuatu.     

Saat Nyonya Yu memasuki tenda utama, orang-orang di dalam berdiri. Alis wanita itu mengunci, namun nadanya tenang seperti biasa, "Apakah sudah ada kabar?"     

"Belum ada." Seorang pria berpakaian hijau dan terlihat seperti pelajar berdiri. Pria yang anggun ini terlihat agak kurus, dan warna kulitnya kuning pucat. Dia melanjutkan, "Nyonya, Anda tidak perlu khawatir. Karena Tuan Wu meminta kita menunggu di sini, saya yakin tidak akan ada masalah."     

"Saya bukan khawatir dengan serangan." Kulit wanita itu sangat putih dan sangat kontras dengan lingkaran hitam di sekeliling matanya. Terlihat jelas kalau dia tidak bisa beristirahat dengan baik akhir-akhir ini. Sambil menggosok pelipisnya, dia duduk dan menjelaskan, "Kita memiliki pengintai yang mencakup radius 50 kilometer, jadi serangan mendadak hampir tidak mungkin. Saya lebih khawatir dengan luka Tuan! Kita beruntung Daoya tiba di saat yang tepat. Kalau tidak, saya tidak bisa membayangkan apa yang bisa dilakukan dokter-dokter tidak becus itu!"     

Wajah orang-orang lain juga diliputi kekhawatiran. Dengan luka parah, Yan Xun memaksa untuk tidak meninggalkan Xi Ma Liang. Walaupun pasukan meninggalkan tempat itu saat dia pingsan, dengan keras kepala dia mengambil seekor kuda dan kembali ke Lereng Bie Ya. Itu pertama kalinya orang-orang ini melihat sisi keras kepala dan kekanak-kanakan dari Tuan Muda mereka. Saat ini, semua orang sedang tertekan, dan tidak ingin berbincang-bincang.     

Nyonya Yu menghela napas, dan berkata pada pria berbaju hijau tadi, "Kong Ru, berapa banyak orang yang dibawa Daoya untuk menjemput kita? Apakah semua prajurit itu sudah diatur dengan baik?"     

"3000 prajurit datang. Sebenarnya, Anda sudah memasuki wilayah Yan Bei. Provinsi Liuhe di depan sebenarnya dibawah kepemimpinan dari Kepala Logistik Barat Daya dari Serikat Da Tong, Tuan Meng."     

Nyonya Yu mengangkat alisnya dan bertanya, "Bukankah Tuan Meng seorang guru privat di dalam Kediaman Gubernur? Sejak kapan dia sendiri menjadi seorang Gubernur?"     

Kong Ru menjawab sambil tersenyum. "Provinsi Liuhe adalah provinsi yang kecil, jadi tidak aneh kalau Nyonya Yu tidak tahu. Orang yang sebelumnya dikirim untuk mengawasi Yan Bei adalah orang yang serakah, dan sejak dia mulai menjabat, dia mulai menjual posisi pemerintahan untuk uang. Tuan Meng mengeluarkan uang yang banyak dan membeli semua posisi yang mengatur kota-kota sepanjang jalan dari ibu kota sampai Yan Bei. Semua itu persiapan untuk hari ini."     

"Nyonya!" Terdengar suara derap langkah kaki dari luar pintu. Nyonya Yu terburu-buru berjalan keluar, dan membuka tirai. Bian Cang melompat turun dari kuda dengan terengah-engah dan berkata, "Tuan Wu meminta kita bertahan di sini, dan menunggu dia dan Yang Mulia kembali."     

Nyonya Yu merengut sedih, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Dia berkata, "Bawa 200 kavaleri ke sana, dan bila terjadi sesuatu, tolong segera kembali untuk melapor."     

"Baik!"     

Nyonya Yu tiba-tiba teringat sesuatu, dan segera berteriak memanggil, "Bian Cang, siapa yang AhJing atur untuk mengantar Pangeran Ketiga Belas pulang?"     

Saat dia mengatakan itu, wajah semua orang menjadi masam. Bahkan para prajurit yang bertugas berjaga di luar tenda terlihat penuh dengan kemarahan. Para anggota Serikat Da Tong ini berasal dari golongan bawah di masyarakat, dan beberapa bahkan awalnya budak. Di bawah tindasan pemerintahan Kekaisaran Xia, sudah terbentuk jurang besar yang memisahkan keluarga penguasa dengan rakyat biasa, dan kasta paling rendah sangat membenci pemerintah yang berkuasa. Saat ini, Pangeran dari Kekaisaran Xia baru saja melukai tuan mereka dengan parah, namun dibiarkan pergi dengan selamat, bahkan di bawah kawalan mereka. Para prajurit ini tentu saja sangat dendam.     

Bian Cang jelas tahu bahwa saat ini bukan waktu yang tepat untuk membahas hal ini. Dia sengaja menjawab dengan tidak jelas, "Saya juga tidak terlalu yakin. Lebih baik anda menanyakannya langsung dengan AhJing setelah dia kembali."     

Tak disangka, Nyonya Yu mengangkat alisnya dan menegurnya dengan keras, "Omong kosong! Kalau saya bisa menunggu sampai dia kembali, untuk apa saya bertanya padamu?"     

Wajah Bian Cang menjadi merah, dan dia menggosok-gosok tangannya dengan gelisah. Di hadapan pimpinan Serikat Da Tong paling terkemuka ini, dia tidak berani gegabah. Dia bergumam, "Tampaknya AhJing memilih sendiri 10 orang dari Kamp Ke-12."     

Nyonya Yu tidak puas dengan jawaban ini, dan dia terus mencecarnya, "Apakah kamu yakin mereka dipilih sendiri oleh AhJing?"     

"Huh?:" Bian Cang terperangah, dan menjawab samar, "Um, iya, kurasa begitu."     

"Jadi iya atau tidak?"     

"Iya!" Bian Cang menjawab, "Dia memilih sendiri orang-orangnya!"     

Nyonya Yu menghela napas lega, karena kekhawatirannya sudah selesai. "Kalau begitu, saya tenang."     

"Nyonya, boleh saya permisi?"     

"Pergilah."     

Suara kuda berderap menggema saat Bian Cang meninggalkan tenda utama dan tiba di tenda barak. Setelah memilih 200 orang, dia menuju Lereng Bie Ya di Xi Ma Liang.     

Malam yang dingin itu berlalu dalam keheningan. Sering kali, apa yang mengubah alur sejarah adalah beberapa kebohongan. Orang yang mengucapkannya tidak peduli, dan orang yang dibohongi tidak terlalu memikirkannya juga. Hal-hal kecil ini bagaikan butiran pasir yang jatuh ke dalam sungai deras, di mana tak seorangpun peduli, tak seorangpun tahu. Namun di sudut yang tak diketahui orang-orang itu, butiran pasir kecil itu secara ajaib mencapai pintu bendungan, dan memicu robohnya pintu bendungan, mengakibatkan arus deras yang akan membanjiri banyak wilayah. Orang-orang akan menuduh para dewa tidak adil, namun siapa yang menyangka bahwa bencana ini timbul karena ulah mereka sendiri.     

Bian Cang tidak tahu bahwa malam itu, AhJing tidak memilih sendiri para penjaga untuk mengawal Zhao Song. Dia panik karena Yan Xun terluka dalam usaha pembunuhan, dan karena khawatir, dia mengutus anak buahnya untuk mengurus tugas ini. Anak buahnya adalah seseorang yang sangat kuat dan ahli dalam bela diri, dan sanggup dengan mudah mengayunkan pedang yang beratnya lebih dari seratus kilogram. Baginya, menangani tugas seperti ini membuatnya merasa kemampuannya disia-siakan. Sambil melambaikan tangannya, dia berteriak, "Siapa yang mau pergi, pergi saja!" Dan dengan demikian, para pejuang yang menyimpan kebencian terhadap kekaisaran karena semua penindasan yang mereka alami, buru-buru maju untuk menerima tugas ini. Pada akhirnya, sepuluh orang dengan teriakan paling kencang dan sikap paling keras terpilih untuk kehormatan istimewa untuk melindungi Zhao Song dan Zhao Chun Er dalam perjalanan pulang ke ibu kota kekaisaran Kota Zhen Huang.     

Semua hal berubah karena ini. Termasuk impian, cinta, dan takdir.     

"Tuan," Wu Daoya perlahan berjalan menaiki lereng. Dengan mengenakan mantel hijau, alis Daoya yang tegas dihiasi garis-garis keperakan. Namun langkahnya sangat mantap untuk pria seumurnya. Dengan suara serak, dia melanjutkan, "Angin di sini besar, mari kita kembali ke tenda dan menunggu di sana."     

"Tidak apa-apa," suara yang dalam menjawab dengan dingin. Itu hanya jawaban singkat, namun bisa terasa kelelahan dan kesedihan yang mendalam. Cuacanya tidak dingin, tetapi Yan Xun memakai mantel putih. Bulu putih dari mantel itu menutupi lehernya, semakin menampilkan kulit pucatnya yang tidak sehat. Dia beristirahat di kursi sandar yang diubah dari sebuah tandu, dan kakinya ditutupi lapisan tebal sutra putih. Menghela perlahan, dia bergumam, "Biarkan aku merasakan angin Yan Bei. Sudah bertahun-tahun sejak terakhir kali aku merasakan ini."     

Sebelum Yan Xun menyelesaikan, Wu Daoya sudah mengerti apa yang dia maksud dengan "sudah bertahun-tahun". Daoya mengangguk setuju. "Memang, sudah bertahun-tahun."     

Yan Xun tertawa kecil. "Aku masih ingat pada saat masih di ibu kota, aku memberi tahu Chu Qiao kalau angin di Yan Bei itu manis karena aroma dari teratai salju yang tumbuh di Pegunungan Hui Hui. Namun sekarang, aku sudah tidak bisa mencium bau itu. Kalau dia datang, dia akan menganggap aku berbohong."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.