Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 97



Bab 97

0Pria tua ini tersentak dan dia menoleh ke belakang, melihat seorang pemuda tampan yang memancarkan aura terpelajar sedang menyeruak ke depan para budak lainnya. Wajahnya merona merah, namun bibirnya pucat. Dengan gelisah ia menjilat bibirnya, lalu melanjutkan, "Tuan, saya sudah mempelajari banyak arsip bersejarah, dan mengamati tulisan-tulisan seperti Songtao, Qilue, Dashu, Shengyu, Lanzhijing, Daodewen. Saya juga terampil di bidang seni, beberapa alat musik dan juga mengerti tata cara minum teh. Tuan, bisakah anda membeli saya juga?"     
0

Kepala pelayan tua itu mengangkat alisnya, dan dia menjawab perlahan, "Saya sedang mencari budak untuk pekerjaan kasar, bukan mencari guru."     

"Saya juga bisa bekerja!" Liang Shao Qing menjawab, lalu memutar otak untuk mencari pekerjaan apa yang bisa dia kerjakan. "Contohnya, saya bisa mempersiapkan tinta, memotong kertas, menyusun buku, Oh, dan saya juga bisa mendidihkan air, menimba air, membelah kayu bakar …."     

"Apakah anda benar-benar memahami Lanzhijing?" sebuah suara mendalam berkata. Walaupun tidak lantang, nadanya membawa perasaan damai. Sebuah tangan yang pucat membuka tirai kereta kuda, dan pemilik suara tadi memperlihatkan matanya yang tajam. Tatapannya tenang bagaikan danau, dan wajahnya tampak kelabu. Walaupun cuaca tidak dingin, dia memakai jubah satin dengan hiasan keperakan. Dengan memakai mantel, sulit untuk melihat wajahnya yang setengah tertutup.     

"Saya tahu sedikit. Lanzhijing mengandung banyak konsep filosofi yang rumit. Berdasarkan pengetahuan saya, akan tidak sopan terhadap anda kalau saya mengaku saya benar-benar paham."     

Pria itu mengangguk. Dia masih muda, mungkin sekitar 25 tahun, namun gerakannya menunjukkan keanggunan yang sulit dijelaskan. Pria itu berkata, "Paman Qing, mari beli dia."     

"Tuan muda! Saya memiliki adik laki-laki, dan dia sakit parah. Bagaimanapun, kami tidak bisa dipisahkan. Bisakah anda membeli dia juga?"     

Pria itu mengikuti arah yang ditunjuk oleh Liang Shao Qing, dan langsung melihat Chu Qiao, yang terbaring lemah di tanah. Dia mengangguk dan setuju. Liang Shao Qing sangat girang, dan dengan langkah panjang, berjalan ke Chu Qiao dan membantunya berdiri. "Kita terselamatkan!"     

Karena kesulitan bernapas, Chu Qiao masih lemah karena rasa sakit setelah mata panah yang menancap itu dicabut. Suaranya hampir tidak terdengar saat dia menjawab, "Terima kasih banyak."     

Liang Shao Qing hanya menggeleng, dan tiba-tiba teringat sesuatu. "Betul juga, siapa nama anda? Bagaimana saya memanggil anda?"     

Chu Qiao menjawab, "Kamu bilang aku adikmu, jadi aku akan mengikuti margamu. Kamu bisa panggil aku Xiao Qiao."     

"Baiklah. Marga saya Liang, nama Shao Qing, dengan alias Zhang Yu."     

Chu Qiao mengangguk. "Kutu buku Liang."     

Liang Shao Qing terkejut sebentar, lalu dia memarahinya, "Oi! Kamu harus memanggilku 'Kakak'!"     

Namun Chu Qiao sudah tidak mendengarnya. Kepalanya tergolek ke samping dan dia pingsan. Di saat ini, sang kepala pelayan yang dipanggil Paman Qing, berjalan mendekat. Hanya melihat sejenak ke Chu Qiao, dia memerintahkan, "Cepat, naik kereta kuda. Kami ada dokter." Kereta kuda itu berderu menjauh, menarik perhatian orang-orang, dan meninggalkan jejak debu.     

Wajah Bos Mu menjadi gelap saat dia melihat kereta kuda itu menghilang di kejauhan. Di saat ini, seorang pelayan mendekat dan tersenyum. "Bos! Kita untung besar!"     

"Untung apa!" Bos Mu mengamuk. Dia membentak, "Keluarga kaya macam apa ini?! Pelit sekali! Dia menawar denganku begitu lama hanya untuk membeli begitu sedikit budak. Ber*ngsek!"     

Pelayan itu terkejut, dan bertanya, "Melihat pakaian mereka, mereka tidak kelihatan miskin. Tuan, siapa mereka?"     

"Siapa yang tahu. Mereka dikenalkan ke kita oleh Tuan Liu. Mungkin dia tidak tahu kalau bangsawan-bangsawan miskin seperti ini suka berpura-pura mereka masih kaya dan berkuasa! Baj*ngan!" Bos Mu melempar buku catatannya dan berteriak marah.     

"Tutup toko!" Bos Mu sangat jengkel dan terus mengoceh. "Hari ini benar-benar sial! Aku tidak untung apa-apa. Ber*ngsek, benar-benar sial!"     

Di jalanan Kota Xian Yang yang ramai, ada banyak orang yang bergerak ke sana kemari dan melihat-lihat barang yang dijual oleh pedagang asing. Sesekali, ada yang terlihat membeli sesuatu yang menarik perhatian mereka.Pedagang yang tokonya di seberang toko budak itu sedang sukses dan dia tersenyum lebar. Tiba-tiba, matanya berbinar lagi. Dia melihat tuan muda yang pergi tadi pagi sudah kembali lagi dengan wajah muram yang menakutkan. Warga biasa hidupnya penuh kebosanan, jadi mereka dengan alami tertarik pada kejadian yang bisa menjadi bahan gosip seperti ini. Penasaran, dia menjulurkan lehernya untuk mengamati.     

Saat Zhuge Yue mencapai toko budak itu, Bos Mu sudah selesai menutup toko dan bersiap pergi. Yue Qi mencegatnya dan berkata dengan muram, "Tolong tunggu sebentar."     

Bos Mu sudah melihat berbagai macam pelanggan, dan sudah mengasah indranya untuk melihat siapa yang kaya dan siapa yang miskin hanya dengan satu lirikan. Tentu saja, dia mengenali pria yang telah membeli banyak budak wanita bahkan tanpa menanyakan harganya. Dia tentu tidak akan menolak calon pelanggan seperti ini, jadi dia segera berjalan menghampiri dan bertanya, "Tuan Muda, apa yang bisa saya lakukan untuk anda?"     

Zhuge Yue mengabaikannya, dan dengan wajah cemberut, berjalan ke kumpulan budak yang telah diikat di belakang.     

Bos Mu terkejut, dan segera mengikutinya dari belakang. "Oh, Tuan Muda ini, apa yang …."     

Wush! Yue Qi mengangkat sarung pedangnya ke leher Bos Mu, dan dengan dingin, berkata, "Berhenti di sana. Apakah kami meminta anda untuk mendekatinya?"     

Bos Mu menggosok telapaknya dengan gelisah. Berhati-hati selama bertahun-tahun, pengalamannya mengatakan kalau orang-orang ini, meskipun kaya, bukanlah orang yang bisa dia singgung.     

Sejenak kemudian, pemuda itu kembali, dan berdiri di hadapan Bos Mu. Dia bertanya, "Apakah semua budakmu ada di sini?"     

"Betul, mereka semua di sini. Saya sudah mau tutup hari ini. Bahkan kerangkeng yang di belakang sudah dibawa masuk. Tuan Muda, apakah ada budak yang menarik bagi anda?"     

Alis Zhuge Yue perlahan mengerut, dan dia diam untuk cukup lama. Setelah merenung lama, dia bertanya lagi dengan tegas, "Apakah kamu yakin, semuanya ada di sini?"     

Kalimat yang begitu pendek, namun itu membuat Bos Mu berkeringat dingin. Dia mengangguk dengan panik, dan menjawab, "Betul, Tuan Muda, mereka semua ada di sini. Saya tidak berani membohongi anda."     

Zhu Cheng sudah mengerti apa yang terjadi. Dia mendekat perlahan dan berkata kepada Zhuge Yue, "Tuan, mungkin anda salah lihat? Dengan kemampuan Nona Xing Er, bagaimana mungkin mereka bisa menangkapnya?"     

Zhuge Yue tetap tidak berkata apa-apa, dan berdiri diam sambil berpikir. Matahari siang hari menerangi sekeliling dalam cahaya kekuningan sementara Zhuge Yue berdiri begitu diam dan kesepian di tengah kota, yang dilengkapi sungai di belakangnya dan tukang perahu mendayung perahu kecil mereka dengan santai, menjadikan pemandangan ini bagaikan lukisan.     

Zhuge Yue mengangkat kakinya dan menuju keluar, dengan pandangan dingin. Namun saat dia hendak pergi, seorang pria berkulit gelap berlari keluar dari belakang. Karena tergesa-gesa, dia tidak melihat Zhuge Yue dan para pelayannya. Dia berkata dengan sangat bersemangat, "Bos Mu! Bocah itu membawa pedang bagus! Kurasa ini pasti sangat berharga!"     

Pandangan semua orang tertuju padanya, dan tentu saja Zhuge Yue juga. Matanya membelalak, dan dia kembali merengut lagi. Dengan beberapa langkah lebar, dia mengambil pedang itu dari pria berkulit gelap tadi, dan dengan gerakan yang cepat, dia mencabut pedang itu dari sarungnya!     

Dalam sekejap, cahaya aneka warna berkilauan. Semua orang terperangah saat pedang dengan ketajaman tak tertandingi itu tersingkap di hadapan mereka. Pedang itu berwarna sedikit kehijauan, dan bisa terlihat sedikit noda darah. Namun apa yang paling menonjol adalah kata-kata yang terukir dalam huruf kuno, Pedang Penghancur Bulan!     

Wajah Zhuge Yue menjadi sangat dingin, dan dia mengentak maju, memegang pedang itu mendatar. Dia bertanya, "Bagaimana kamu mendapatkan pedang ini?"     

"Ini … ini, saya memungutnya."     

Wush! Pedang itu memotong udara, dan jubah biru Zhuge Yue berkibar karena angin dari tebasan tadi. Dia mengarahkan pedang itu tepat ke leher Bos Mu. Perlahan, namun dengan tegas, seakan-akan sedang menahan amarahnya, Zhuge Yue bertanya lagi, "Kamu mau bilang atau tidak?"     

"Ampuni saya! Tolong ampuni saya! Pe … pedang ini milik seorang budak!"     

"Di mana budak itu?"     

Bos Mu sudah ketakutan setengah mati. Dia mengatakan apapun yang dia tahu, "Budak itu baru saja dibeli!"     

"Dibeli?" Zhuge Yue mendengus dengan dingin, "Apa kamu mau aku pilihkan peti mati untukmu?"     

"Tuan! Saya berkata jujur! Kalau anda tidak percaya, anda bisa bertanya toko-toko di sekitar! Benar ada orang yang membeli sejumlah budak, dan orang itu termasuk di dalamnya!" Bos Mu sangat ketakutan dan dia jatuh berlutut untuk memohon, bergumam tidak jelas.     

Pandangan Zhuge Yue menyapu orang-orang di sekitar, dan percaya kalau Bos Mu sudah mengatakan yang sebenarnya. Dengan cepat, dia menginterogasi, "Siapa pembelinya? Sudah berapa lama mereka pergi?"     

"Mereka baru saja pergi! Bahkan belum beberapa menit! Sedangkan siapa pembelinya itu, saya tidak tahu! Saya benar-benar tidak tahu!"     

Angin sepoi yang nyaman menyapu jalanan, mengangkat debu sepanjang jalan. Lengan baju Zhuge Yue berkibar di tengah angin sore, saat dia berdiri di tengah kerumunan. Di dalam matanya, ada sedikit ketidakyakinan. Dan disertai oleh campuran berbagai emosi lainnya, seperti kemarahan, penyesalan, dan yang paling menonjol, kekecewaan yang sangat kental.     

"Orang itu terluka, betul? Apakah parah?"     

Dengan kecerdikan Bos Mu, kalau dia masih belum bisa menangkap kalau budak itu memiliki latar belakang yang luar biasa, maka dia sudah menyia-nyiakan pengalamannya seumur hidup. Dengan cepat dia menjawab, "Betul, lukanya sangat parah. Ada luka pedang di dada kiri, dan luka panah di bahunya. Saya menemukan budak itu di pinggiran kota semalam. Setelah mencarikan dokter yang terkenal, saya menyelamatkan nyawanya! Tuan, saya benar-benar bodoh sekali! Andai saja saya tahu tuan muda itu teman ada! Saya bahkan berani menjualnya sebagai budak! Saya pantas mati!"     

"Tuan muda?" Zhuge Yue mengangkat alisnya, namun langsung mengerti situasinya. Dia melihat ke bawah ke arah Bos Mu, yang masih bersujud. Mengucapkan setiap kata dengan perlahan, Zhuge Yue berkata dengan muram, "Iya, betul, kamu pantas untuk mati."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.