Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 63



Bab 63

0"Pelatih Chu!" Dari kejauhan, seekor kuda perang memacu cepat ke arahnya dan prajurit muda yang menungganginya memakai pelindung berwarna coklat. Sambil terengah-engah, dia berkata, "Ada orang yang datang mencari anda."     
0

"Mencari saya?" Chu Qiao terkejut dan dia meletakkan busurnya lalu melompat turun dari panggung panahan. Dia bertanya, "Siapa?"     

"Pelatih Chu!" Seorang pria kekar dengan senyum hangat berteriak sambil melambaikan busurnya, "Apakah anda masih mau bertanding?"     

"Kamu sudah kalah dan kehilangan jubahmu, tetapi kamu masih tidak mau berhenti. Cepat atau lambat, kamu akan kehabisan pakaian!" Gadis itu berbalik dan berteriak dengan nada nyaring. Pasukan lainnya di sekeliling pria itu tertawa terbahak-bahak sambil mengejek pria yang ingin bertanding dengan Chu Qiao.     

Pembawa pesan itu ikut tertawa bersama orang-orang, menunjukkan giginya yang putih saat dia tersenyum. Dia berkata, "Aku tidak yakin. Sepertinya mereka dari departemen upacara. Ada banyak orang."     

Chu Qiao merengut. Siapa yang datang mencarinya? Bukankah Yan Xun mengabarinya kalau masalah dia memukuli Pangeran Tang sudah diselesaikan? Mengapa ada banyak orang yang datang untuk dia yang hanya seorang pelatih panahan?     

"Mari pergi dan lihat." Chu Qiao melompat ke atas kuda lain dan ikut di belakang si pembawa pesan, memacu ke arah tenda utama kamp.     

Dilihat dari kejauhan, kamp kavaleri terlihat luar biasa sibuk hari ini, dengan bendera naga emas berkibaran di angin, pejabat upacara berjalan ke sana kemari, wanita-wanita cantik membawa piring besar dari emas di tangan mereka. Pengawas dari departemen upacara memakai pakaian terbaik mereka, mengikuti iring-iringan dengan hormat. Berbaris-baris kotak yang berkilau diletakkan di depan tenda; tak seorang pun tahu harta apa yang ada di dalamnya.     

Zhao Qi mengernyitkan alisnya dan merengut saat dia berkata kepada Wakil Komandan Cheng, "Di mana Yang Mulia Ketujuh? Mengapa dia belum ada di sini?"     

Wakil Komandan Cheng basah kuyup karena keringat, sebab dia sendiri pun tidak yakin apa yang terjadi. Dengan suara rendah, dia menjawab, "Dia akan segera datang, saya sudah mengirimkan orang untuk memanggilnya."     

"Ya, semuanya masih terlihat baik. Sepertinya cukup banyak hal yang bisa dilihat di dalam semua barak ini." Sebuah suara malas terdengar dari samping mereka.     

Begitu Zhao Qi mendengarnya, kepalanya mulai sakit saat dia berbalik badan dan berkata, "Pangeranku, bolehkah saya bertanya mengapa anda jauh-jauh datang ke kamp Adik Ketujuh saya?"     

"Anda akan segera tahu." Li Ce memakai jubah merah menyala dengan sulaman burung phoenix[1] dan naga di sisi bawah jubahnya. Jubah itu berkilau dan sangat wangi. Sebuah mantel bulu yang terbuat dari rubah merah tersampir di atasnya, matanya berkilau genit. Hari itu cuaca dingin, tetapi dia tetap meminta untuk dikipasi. Semua orang menatapnya sambil menggertakkan gigi mereka.     

Zhao Qi bersumpah bahwa dia tidak sanggup menjalani ini lagi. Selama dua hari penuh, dia sudah mengikuti pria ini ke mana pun dia pergi. Awalnya, Pangeran Tang itu mengeluh kalau tidur di dalam Istana Sheng Jin terlalu sesak. Setelah malam yang sangat sibuk, peredaran udara di dalam istana itu akhirnya sudah cukup. Namun kemudian, dia mengeluh terlalu dingin. Hal pertama yang dia lakukan di pagi hari adalah mengeluh pelayan istana terlalu jelek dan dia menolak untuk sarapan. Setelah menemukan wanita cantik untuk menghidangkan sarapannya, dia mengeluh lagi karena wanita itu tidak bisa membacakan puisi. Setiap kali dia makan, dia selalu memilih-milih, mengeluh karena daun tehnya bukan yang baru dipetik, dan juga sepatu bot tentara tidak cukup empuk, dan membuatnya terbangun dari tidurnya saat mereka berjalan-jalan di dalam kota. Singkat kata, dia bisa mencari berbagai alasan untuk mengeluh, tak ada habisnya.     

Dia sedang menyiksa Zhao Qi. Zhao Qi merasa perseteruan antara saudara tampak jauh lebih mudah untuk dihadapi dibandingkan dengan Pangeran Tang itu. Dia masih tidak mengerti mengapa Pangeran itu mengajak mereka jauh-jauh ke kamp ini. Sebelum ini, dia sempat mengira kalau Pangeran ini adalah orang yang penuh rencana jahat dan picik yang hanya berpura-pura bodoh. Kini, dia sudah seratus persen yakin kalau pangeran itu hanya mata keranjang dan tidak masuk akan.     

"Aiya! Akhirnya mereka datang!" Mata Li Ce menjadi ceria. Sebelum Zhao Qi sempat melihat jelas, Li Ce menariknya ke samping lalu bertanya dengan gugup,     

"Bagaimana penampilan saya hari ini? Apakah saya bau? Apakah saya terlihat kasar? Lihat sepatu bot saya, ini diberikan oleh Raja Mo Han dari wilayah barat laut. Apakah mereka cukup bagus?"     

Zhao Qi menghela napas tak berdaya sambil mengangguk. "Iya, mereka sangat bagus."     

Begitu dia memasuki tenda, Chu Qiao melihat tentara dari Pasukan Hijau milik Zhao Qi. Dia mengernyitkan alisnya dan mengingatkan dirinya untuk tetap waspada. Apa yang terjadi? Mengapa Zhao Qi sampai datang mencarinya? Apakah Yan Xun mengungkapkan sesuatu?     

Saat itu, dia mendekati kerumunan, dan melihat pejabat dari departemen upacara merengut melihatnya; mereka juga tampak kebingungan, tak tahu apa yang akan terjadi. Hatinya menjadi lega. Jika rencana Yan Xun telah gagal, Zhao Qi hanya akan membawa Pasukan Hijaunya saja. Mengapa dia membawa orang-orang departemen upacara? Sepertinya situasi tidak seburuk yang dia duga.     

"Jenderal Chu Qiao memberi hormat kepada Pangeran Ke…"     

"Haha! Mau lari ke mana kamu sekarang!" Sesosok merah menyala melompat mendekatinya dari belakang, menariknya ke dalam pelukan yang erat. Semua orang terkejut melihat apa yang terjadi. Sebelum mereka bisa bereaksi, gadis muda itu bereaksi seakan dia sedang diserang oleh binatang buas. Dia melompat secepat kilat, melepaskan diri dari cengkeramannya. Suara retakan terdengar nyaring saat dia berbalik memelintir lengan lawannya, mengunci si penyerang di atas tanah dalam hitungan detik.     

"Siapa ini?" Chu Qiao berkata dengan nada dingin.     

Putra kesayangan Kaisar Tang memberontak sambil mengangkat kepalanya, masih tersenyum dengan pandangan mesum. Dia berkata dengan riang, "Kasar sekali. Ini aku, apa kamu tidak ingat?"     

Pejabat dari Kekaisaran Xia terkejut saat melihat Pangeran Tang itu dikunci di atas tanah. Mereka lalu melihat ke Zhao Qi, sang Pangeran Ketiga. Setelah itu, mereka menatap ke gadis yang sedang kebingungan itu, Chu Qiao. Semua orang terperangah; tak tahu harus berkata apa. Para utusan perwakilan dari Kekaisaran Tang terlihat sedih, seakan mereka sudah menduga hal ini akan terjadi.     

Zhao Qi adalah yang pertama menenangkan diri dan melangkah maju, membentak Chu Qiao, "Lancang sekali kamu! Mengapa kamu begitu kasar terhadap Pangeran dari Tang! Ini sebuah kejahatan!"     

Chu Qiao terkejut dan langsung melepaskan kunciannya. Saat dia mau memohon ampun, Li Ce tiba-tiba memanjat berdiri dan berteriak tegas kepada Zhao Qi, "Kamu yang lancang! Saya ingin menikahinya. Saya bahkan sudah membawa mas kawin untuk pernikahan. Ayo, bawa ke sini!" Ratusan kotak besar dibawa mendekat. Saat dibuka, kotak-kotak itu dipenuhi harta emas dan perak, bersinar dan berkilauan di dalam kotak. Semua orang berseru terkejut.     

Chu Qiao berdiri membeku di tempat saat dia melihat semua ini dengan terkejut. Dia mengerutkan keningnya karena dia tidak tahu harus bagaimana. Adakah seseorang yang bisa memberitahunya apa yang sedang terjadi?     

Musim dingin yang dingin telah berlalu. Musim semi telah kembali. Saat jendela dibuka, terlihat jelas sebagian besar salju sudah meleleh dan lapisan es sudah tak ada lagi, danau akhirnya terbuka. Burung gereja dari selatan sudah kembali ke utara, berkicau riang. Sungguh merdu didengar.     

Yan Xun sangat senang hari ini. Dia baru saja melenyapkan salah satu musuhnya; sebuah beban besar sudah diangkat dari dadanya. Dia sedang memakai jubah berwarna hijau seperti danau dan sabuk dengan warna yang sama. Kulitnya putih dan tatapannya dingin dan terhormat, memancarkan aura seorang pria. Pada saat ini, dia sedang duduk di paviliun di dalam danau, meminum secangkir teh selagi sebatang dupa sedang terbakar, aromanya memenuhi udara. Asapnya naik ke atas langit, karena udara sedang tidak berangin. Suara samar petikan kecapi terdengar dari Taman Dong Hua yang jauh. Jika seseorang melihat ke seberang danau dengan pegunungan di latar belakang, semua terlihat bagaikan lukisan, tanpa tanda-tanda bahwa itu sebenarnya asli di atas bumi.     

Sudah lama sejak dia bisa benar-benar bersantai.     

Hari sudah siang. Seekor kuda berpacu ke dalam Istana Sheng Jin, mengusik kedamaian dan ketenangan yang langka ini. "Pangeran," AhJing membawa beberapa pelayan kekar dari lapangan Ying Ge saat mereka berlari ke arah paviliun. Dia berteriak saat Yan Xun hendak meninggalkan paviliun, "Sesuatu yang buruk telah terjadi."     

Angin sejuk berembus dan jubah Yan Xun berkibar-kibar. Dia berbalik dan melirik AhJing. Tampak tidak senang karena AhJing menerobos masuk. "Apa yang membuatmu begitu panik?" Nada Yan Xun tetap tenang dan tidak berubah, ekspresinya tenang. AhJing tidak pernah bisa mengerti tabiatnya. Sambil terengah-engah AhJing berkata, "Pangeran Tang pergi ke kamp kavaleri dan mengatakan bahwa dia akan menikahi pelatih panahan!"     

"Mengapa pernikahan Pangeran dari Tang menjadi urusan saya?" Yan Xun mengangkat alisnya dan berkata santai. Setelah itu, dai berbalik dan terus berjalan.     

AhJing terkejut dan melihat ke rekan-rekannya, hatinya senang dan dipenuhi rasa hormat. Apakah sang Pangeran akhirnya bisa mementingkan kepentingan semua orang, dan menjauhkan diri dari perasaan pribadinya? Nona Chu dan sang Pangeran tumbuh besar bersama, dan hubungan mereka sangat unik. Apakah sang Pangeran sangat berdisiplin dan bisa mengendalikan diri sehingga dia begitu tenang dan sabar bahkan ketika mendengar berita seperti ini? Apakah dia sudah melepaskan beberapa hal demi mengejar impian Da Tong?     

Namun, bahkan sebelum AhJing bisa tersenyum, mendadak ia dikagetkan. Pria yang semula tenang dan sabar tiba-tiba mengencangkan ototnya dan mencengkeram bahu AhJing. Dia berkata dengan tegas, "Apa katamu? Pelatih panah yang mana? Siapa yang ingin dia nikahi?"     

Dengan tampang sedih, AhJing bersedih. "Hanya ada seorang pelatih panahan wanita di dalam pasukan kavaleri."     

"Sial!"     

"Sial!" Sebuah angin panjang berembus melintasi Kota Zhen Huang. Di saat ini, sebuah suara marah terdengar di udara. Zhao Song bergegas keluar dari rumahnya dan melompat ke atas kudanya, bergegas menuju kamp kavaleri di sisi timur kota.     

"Li Ce, Pangeran dari Tang?" Di dalam taman plum kediaman Zhuge, seorang pria berjubah ungu mengernyitkan alisnya sambil berkata dengan dana dalam,     

"Apakah dia mulai mencari masalah lagi?"     

Zhu Cheng tersenyum saat dia membungkuk dan menjawab, "Tuan muda, saya rasa dia tidak sedang mencari apapun. Pangeran Tang sudah membawa Xing Er keluar dari kota. Dia khawatir Kaisar Xia tidak menyetujui pernikahan mereka, maka mereka bergegas kembali ke Kekaisaran Tang. Pangeran Ketiga tidak dapat mencegah hal ini terjadi. Dia sudah mengirimkan orang untuk melaporkan ini ke istana."     

Zhuge Yue mengernyitkan alisnya dan berdiri tiba-tiba. Dia menyampirkan mantel ke bahunya sambil berjalan keluar.     

"Tuan, anda mau ke mana?"     

"Saya pergi untuk melihatnya."     

Dari kejauhan, suara samar-samar bisa terdengar. Dia berjalan keluar sebelum Zhu Cheng bisa menyelesaikan kalimatnya. Dalam sekejap mata, suara kaki kuda telah membuyarkan kedamaian dan ketenangan taman plum.     

Ketika Yan Xun dan orang-orangnya bergegas ke arah kamp kavaleri, Pangeran dari Tang dan iring-iringannya telah meninggalkan kamp, langsung menuju ke gerbang kota.     

Pandangan Li Ce licik bagaikan rubah. Dia baru dipukuli beberapa saat lalu dan sudut matanya masih terluka, membuat ketampanannya jauh berkurang. Chu Qiao terikat di pojok di dalam kereta kudanya dan sang Pangeran menatapnya dengan menyeramkan. Wajah Chu Qiao menjadi suram. Walaupun ia membenci pangeran itu, dia terpaksa berkata, "Pangeranku, Chu Qiao tidak tahu siapa Yang Mulia sebenarnya. Jika saya sudah menyinggung anda dengan cara apapun, saya memohon pengampunan dari anda."     

Li Ce menaikkan alisnya dan tersenyum malas. Dia berkata, "Namamu Chu Qiao? Bisakah aku memanggilmu Xiaoqiao? Atau Qiao Er?"     

Chu Qiao membeku saat dia merasa kulitnya merinding. Dia berkata, "Chu Qiao hanya pelayan rendahan. Nama saya tidak pantas diingat oleh Yang Mulia."     

[1] Burung legendaris dalam mitos berbagai negara, salah satunya Cina     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.