Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 109



Bab 109

0Dengan ditutupi syal setebal itu, Chu Qiao sama saja buta. Dia mengeluh, "Apa yang kamu lakukan? Syal ini untuk dipakai saat badai pasir untuk melindungi wajah. Kalau aku memakai ini aku tidak akan bisa melihat jalan."     
0

Zhuge Yue mengabaikan keluhannya, dan tetap memaksa, "Kalau kamu tidak bisa melihat, ikuti aku saja. Aku akan menuntunmu."     

Chu Qiao tidak percaya dengan omong kosong pria itu, sambil berpikir pada dirinya sendiri, kalau dia harus memakai syal setebal ini, mengapa dia harus merias wajahnya?     

Berjalan beberapa langkah dengan hati-hati, dia hampir menabrak meja.     

"Bodoh sekali!" Zhuge Yue maju dan menarik lengannya. Dengan marah, dia menegur, "Ikuti aku!"     

Chu Qiao mulai memberontak. "Lepaskan aku!"     

Zhuge Yue berbalik badan, dengan cepat memegang dagu Chu Qiao. Terkejut, Chu Qiao mengira pria itu akan menyerangnya. Dalam sekejap, belati yang dia sembunyikan di dalam lengan baju sudah menekan leher Zhuge Yue. Pria itu mengabaikan belati itu, dan menatap mata gadis itu dengan dingin, lalu memperingatkan dengan muram, "Kalau kamu terus mengeluh, aku benar-benar tidak keberatan mati bersama." Setelah mengatakan itu, dia berbalik ke pintu dan berjalan sambil menarik gadis itu.     

"Awasi pintu! Jangan biarkan orang lain masuk!"     

"Baik!"     

"Ayo pergi! Kamu masih memikirkan apa?" Dengan tidak sabar, Zhuge Yue membentak, sambil menarik Chu Qiao keluar dari pintu.     

Dengan Yue Qi memimpin di depan, rombongan pengawal mengekor di belakang mereka, hanya menyisakan beberapa orang untuk menjaga pintu. Saat melihat rombongan itu pergi, salah satu prajurit yang tinggal untuk menjaga pintu berkata, "Tampaknya tuan sangat menyukai wanita ini. Dia membawanya ke mana pun dia pergi."     

"Sangat besar kemungkinan begitu kita kembali dari Kekaisaran Tang, kita akan menyaksikan sebuah pernikahan. Walaupun tidak menjadi istrinya, wanita ini mungkin akan menjadi selirnya. Tuan memang sudah lama memasuki usia untuk menikah."     

Angin malam dingin dan menyejukkan, selain suara gemerisik daun, sekeliling mereka sangat hening. Di dalam kota, orang-orang memenuhi jalanan yang lebar, bergerak dari satu toko ke toko lain. Pemandangan ini bukti jelas kemakmuran Kekaisaran Tang.     

Kembali ke Kota Xian Yang.     

Setelah perjalanan berhari-hari tanpa henti, sekelompok orang akhirnya memasuki gerbang mewah Kota Xian Yang. Saat beberapa orang penjaga dari mereka menyerahkan pembayaran untuk memasuki kota, lebih dari dua puluh pasukan berkuda mengawal sebuah kereta kuda berwarna hijau kebiruan memasuki jalanan Xian Yang dengan perlahan.     

Walaupun Kota Xian Yang adalah sebuah kota di pinggiran yang jauh dari ibu kota, kota itu memiliki perekonomian yang sangat makmur. Karena itu, dengan pandangan sekilas, orang-orang akan terpesona oleh bangunan-bangunan hebat di kota ini.     

Di dalam kota, terbagi menjadi kota bagian dalam dan bagian luar. Bagian dalam sebagian besar terbentuk oleh Istana Meng Ren dan Istana Luo Li yang terletak di selatan dan timur dari Sungai Chi Shui. Kedua istana itu membentang melewati anak sungai dari Sungai Chi Shui dan dihubungkan oleh jembatan batu yang panjangnya lebih dari 400 meter. Tebal dan lebar, jembatan itu mampu menampung lebih dari dua puluh kereta kuda yang berjajar. Walaupun Istana Meng Ren dan Istana Luo Li disebut istana, sebenarnya mereka terbentuk oleh deretan-deretan rumah mewah.     

Sudah menjadi pengetahuan umum kalau kemakmuran Kota Xian Yang setara dengan kota-kota pelabuhan besar dari Kekaisaran Song. Kota ini, yang tidak sampai seperlima ukuran Kota Zhen Huang, mendapat keuntungan dari posisinya yang strategis sejak perdagangan bebas dibuka antara Kekaisaran Xia, Tang, dan Song. Hanya dalam tiga dekade, kota ini menjadi salah satu kota paling makmur di dalam Benua Meng Barat. Pajak tahunan yang dibayarkan oleh Xian Yang pada kekaisaran cukup untuk membiayai sepertiga dari pengeluaran pasukan kekaisaran selama setahun. Dikabarkan kalau kota kecil ini telah mengumpulkan orang-orang terkaya di dalam seluruh Benua Meng Barat. Banyak orang berpengaruh akan membeli tanah dan membangun rumah mewah di dalam kota. Hasilnya, jika dilihat, seluruh kota ini memancarkan aura kemewahan.     

Bagian luar kota sangatlah luas dan berukuran lebih dari sepuluh kali lipat ukuran bagian dalam kota. Di tempat inilah warga biasa melaksanakan kegiatan sehari-hari mereka. Dengan toko-toko dan industri yang sudah mapan, dan infrastruktur yang dibangun dengan baik, orang-orang bisa menemukan apapun yang mereka inginkan: bar, peminjaman uang, toko pegadaian, penitipan kuda, penginapan, kedai minuman, dll. Di samping Sungai Chi Shui, sebuah bangunan yang dicat merah muda cerah dan hijau giok bisa terlihat dari kejauhan. Bahkan di siang hari, sesekali bisa terdengar suara tawa wanita dari dalamnya. Saat rombongan itu memasuki Kota Xian Yang, mereka tidak lagi berusaha tampil tidak mencolok. Bagaimanapun juga, tempat ini adalah tempat di mana orang-orang kaya dan berkuasa berkumpul, jadi membawa 20 pengawal memang bukan hal yang mencolok.     

Rombongan ini adalah orang-orang dari Yan Bei. Pria di dalam kereta kuda tentu saja adalah pria yang membawa Yan Bei menuju kemerdekaan, Yan Xun. Walau terlihat pucat, matanya masih berkilau tajam. Alisnya mengerut, dia tampak seperti sedang memikirkan sesuatu yang sangat penting.     

"Tuan, kita telah sampai."     

Yan Xun memakai jubah hijau yang sederhana. Ia berhenti mengerutkan alisnya, dan turun dari kereta dengan tenang lalu berjalan menuju rumah besar yang mewah.     

Rumah besar ini terletak di dalam Istana Luo Li dan terdiri dari 18 rumah terpisah. Walaupun area ini tidak bisa menandingi beberapa rumah mewah di dalam Kota Zhen Huang, tetapi mengingat harga tanah di Kota Xian Yang yang sangat tinggi karena terbatas, sudah jelas kalau pemilik rumah ini orang yang sangat penting di dalam Kota Xian Yang.     

Sepanjang jalan, Yan Xun tidak melihat satu bayangan pun. AhJing dan pengawal lainnya menyebar dan mengambil posisi di sekeliling rumah mewah itu. Setelah beberapa saat, Yan Xun, dikawal oleh selusin penjaga, memasuki halaman utama, dan melihat seorang pria yang memakai jubah berwarna giok sedang berlutut diikuti oleh ratusan orang di belakangnya. Tanpa mengangkat kepalanya, pria itu berseru, "Pelayan ini menyambut sang pangeran. Semoga sang pangeran panjang umur!"     

Yan Xun melepaskan tawanya yang jarang, sambil berjalan maju, meletakkan tangannya di bahu pria itu, dia menggoda, "Ber*ngsek, ayo berdiri!"     

Pria itu hanya berusia dua puluhan dan memiliki wajah yang tegas dengan kulit yang putih. Alisnya yang tipis terlihat agak feminim, dan matanya yang melesat ke sana sini memperlihatkan kepribadiannya yang penuh perhitungan.     

"Haha." Pemuda itu tertawa. "Pangeran, anda pasti lelah karena perjalanan kemari. Saya sudah menyiapkan makanan dan anggur. Silakan beristirahat."     

Sambil mengangguk, Yan Xun berjalan. Saat berjalan, dia menarik pakaian pria itu, lalu bergurau, "Sutra Zhijin? Dasar bocah, tampaknya kamu sudah hidup senang!"     

"Pangeran," Pemuda itu tersenyum pahit, sambil merengut polos dan berkata, "ini sudah pakaian yang paling biasa. Justru karena saya khawatir anda akan bilang saya terlalu mewah, makanya saya mengeluarkan pakaian ini. Bahkan sekarang pun saya merasa gatal karena memakai ini."     

"Haha!" Yan Xun tertawa terbahak-bahak, lalu menoleh ke AhJing, "Kamu lihat? Orang seperti dia akan mengolok-olokmu begitu kamu memberinya kesempatan!"     

Tersenyum tulus, AhJing berpura-pura meninju pemuda itu, dan berkata, "Masih begitu sombong. Awas, tuan bisa mengambil alih seluruh rumahmu!"     

Rombongan itu terus bergurau sambil memasuki ruangan. Di dalam aula utama, hidangan yang mewah telah disiapkan. Tanpa membahas hal-hal penting, rombongan itu mulai makan sambil membicarakan hal menarik yang mereka liat di sepanjang perjalanan. Yan Xun tampaknya sedang senang hari ini, karena dia bahkan tidak jengkel saat AhJing bergurau tentang bagaimana Yan Xun menyelamatkan gadis dari keluarga Helian.     

Setelah makan, AhJing mengundurkan diri dengan diam, sementara Yan Xun dan pemuda itu memasuki ruang belajar. Setelah pintu ditutup, keduanya akhirnya berhenti bersikap santai dan wajah mereka berubah menjadi serius. Mengibaskan pakaiannya ke samping, pemuda itu bersujud ke lantai, dan dengan wajah gembira, dia berkata dengan penuh haru, "Pangeran, akhirnya anda datang."     

Berjongkok, Yan Xun membantunya berdiri. Saat ini wajah Yan Xun menampilkan kelembutan yang jarang ia perlihatkan, dan dia menjawab dengan tenang, "Feng Mian, sudah berapa lama kita tidak bertemu?"     

Seperti yang diduga, pemuda ini adalah bocah pesuruh yang dulu mengantarkan pesan antara Yan Xun dan Chu Qiao. Pada hari itu, hampir semua pelayan Yan Xun telah dibunuh di Kota Zhen Huang. Feng Mian berhasil melarikan diri walaupun terluka parah. Setelah kejadian itu, seluruh keluarga Yan Bei digulingkan. Karena Yan Xun kehilangan kekuasaannya, Feng Mian menjalani dua tahun yang penuh penderitaan. Pada tahun ketiga, setelah Yan Xun menyogok penjaga penjara, baru Feng Mian bisa melarikan diri dari gelapnya penjara.     

Karena tidak bisa tinggal di dalam ibu kota, dia pergi ke selatan sendirian. Setelah tiba di Kota Xian Yang, dengan bantuan dari Serikat Da Tong dan sedikit kekuatan Yan Bei, Feng Mian berhasil menjadi salah satu bos mafia terkuat di dalam Kota Xian Yang hanya dalam waktu enam tahun. Pengaruhnya sangat luas, dan dia memiliki lebih dari 80 toko yang bermacam-macam jenisnya. Dia juga menguasai lebih dari dua puluh galangan kapal, dan membentuk Geng Cao yang menguasai perairan di sekitar sana. Saat ini, di seluruh wilayah Tenggara, nama Feng Mian, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tuan Feng, adalah nama yang sudah dikenal semua orang, bahkan anak berusia tiga tahun pun bisa menceritakan kisah-kisahnya.     

"Pangeran, sudah enam tahun. Pelayan ini akhirnya bisa bertemu dengan anda lagi." Dengan mata yang merah, bisa terlihat tetesan air mata di mata Feng Mian saat dia berkata penuh haru sambil memegang lengan Yan Xun.     

"Memang, hanya dengan sekejap mata, kamu sudah tumbuh begitu banyak." Yan Xun menjawab dengan ceria, "Sebagai Tuan Feng yang terkenal, bukankah tidak pantas kalau menyebut dirimu sendiri sebagai pelayan? Aku dengar bahkan Tuan Jing yang sudah tua dan Raja Ling sering mengunjungi tempat usahamu. Tahun lalu ketika putra Raja Ling, Zhao Zhong Yen, berutang uang padamu, kamu berani terang-terangan membakar armada miliknya. Dalam kebakaran itu, Raja Ling kehilangan ribuan gulungan sutra, dan dia sampai harus berutang banyak untuk menutupi kerugiannya."     

Feng Mian tersenyum malu-malu, sama sekali tidak memancarkan aura yang dimiliki seorang bos mafia. Bahkan, saat ini dia bersikap seperti anak gadis yang pemalu. Dengan malu, dia menjawab, "Tuan apanya? Orang lain hanya menentukan semau mereka untuk memanggil saya Tuan Feng. Zhao Zhong Yen memakai garis keturunannya dari keluarga Zhao untuk mengganggu saya, tentu saja saya tidak melepaskannya begitu saja. Ditambah lagi, saat masih di ibu kota, kita sering diganggu oleh Raja Ling, pelayan ini sudah lama jengkel dengan sikap mereka. Ditambah lagi …." Saat dia berbicara, mata Feng Mian dipenuhi semangat, dan dia melanjutkan, "Di hadapan pangeran, Feng Mian akan selalu menjadi pelayan. Tanpa pangeran, tidak mungkin saya bisa sukses. Bahkan nyawa saya milik pangeran. Kalau saya bersikap sombong di hadapan pangeran, apakah saya masih pantas disebut manusia?"     

"Baiklah, cukup, cukup." Yan Xun tertawa, dan melanjutkan, "Aku hanya menggodamu saja, mengapa begitu serius?" Setelah berkata demikian, dia menarik Feng Mian yang masih berlutut, agar berdiri. Keduanya duduk berseberangan di meja sementara Feng Mian dengan gesit mempersiapkan teh. Tak lama kemudian, aroma teh yang menyegarkan tercium di seluruh ruangan.     

"Pangeran," Dengan mata berbinar, Feng Mian tersenyum dan bertanya, "Di mana sang nona? Apakah dia tidak bersama anda? Saya mendengar tentang pembantaian di Zhen Huang, dan juga cerita mengenai bagaimana sang Nona membawa pasukan dan membuat kekacauan setelah malam pemberontakan. Pelayan ini begitu bersemangat sampai-sampai saya hampir mengumpulkan orang-orang dan kembali ke Yan Bei. Kali ini saat anda menuju ke Kekaisaran Tang, apakah sang nona tidak menemani anda?"     

Dengan tenang Yan Xun menjawab, "Aku terpisah darinya. Apa kamu tidak tahu Zhao Che memerintahkan pencarian di seluruh negeri?"     

"Apa?" Feng Mian terkejut. "Tetapi bukankah Yan Bei menyatakan kalau dia sudah pulang?"     

"Itu hanya informasi palsu yang aku sebarkan untuk mengaburkan penilaian mereka, semoga mengurangi jumlah orang yang mengejar AhChu saat mereka berpikir dia sudah pulang dengan selamat." Setelah meminum seteguk teh, dia melanjutkan, "Walaupun aku sudah memperingatkan semua tuan dan bangsawan agar tidak mengejarnya, aku masih harus melakukan permainan otak dengan mereka untuk memastikan hasil yang terbaik."     

Feng Mian mengangguk, dan dia merengut. "Ini berarti nona masih di luar sana berusaha untuk melarikan diri. Pangeran, jangan khawatir, pelayan ini akan mengirim orang untuk mencarinya. Asalkan dia masih di dalam Kekaisaran Xia, biarpun dia di darat ataupun air, pelayan ini punya cara untuk menemukannya."     

Yan Xun menggeleng perlahan. "Menurutku dia sudah memasuki Kekaisaran Tang."     

"Kekaisaran Tang?"     

"Iya. Kalau tebakanku benar, dia akan memasuki Kekaisaran Tang, dan menuju perbatasan selatan, sebelum kembali ke Yan Bei."     

"Apakah ini alasan anda datang ke Kekaisaran Tang?"     

Sambil mengangguk, Yan Xun menjawab, "Iya, itu salah satu alasannya."     

"Baiklah, pelayan ini akan memerintahkan Geng Cao untuk mencarinya di dalam Kekaisaran Tang. Asalkan dia pergi melalui air, saya pasti akan mendapat kabar tentang dia."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.