Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 120



Bab 120

0Di tengah hujan badai, deru langkah kaki kuda menggema di perkemahan, mendekati tenda kecil itu.     
0

"Ada yang datang kemari," Zhuge Yue berkata dengan tegas lalu berbalik badan dan mempersiapkan pelariannya dengan membawa sedikit uang dan makanan. Setelah itu, dia berbalik dan bertanya kepada Chu Qiao, "Bagaimana keadaanmu? Apakah kamu bisa berjalan?"     

Chu Qiao mengangguk, "Iya, aku bisa."     

Mengeluarkan belatinya, Zhuge Yue memotong selimut. Tanpa memedulikan kalau anak itu masih tertidur, dia mengangkat anak itu dan mengikatkan anak itu di punggungnya sendiri.     

Terbangun namun masih mengantuk, anak itu menggosok matanya dan bertanya dengan penasaran, "Paman, kita mau ke mana?"     

"Nak, orang-orang yang mencarimu sudah di sini," tanpa basa-basi, Zhuge Yue memberi tahu anak itu dengan tenang.     

Di bawah terpaan angin dan guntur yang bertubi-tubi di luar sana, anak itu gemetar di punggung Zhuge Yue, namun dia berusaha sebisanya untuk menahan gemetarannya.     

"Nak, apakah kamu takut?"     

Walau pucat bagai kertas, anak itu menggertakkan giginya dan berkata dengan lantang, "Aku tidak takut!"     

Sambil menyeringai dingin, Zhuge Yue tertawa kecil. Di dalam suara tawanya, bisa terdengar rasa bangga dan percaya diri. Zhuge Yue menjawab Mo Er, "Anak pintar. Ingat ini, orang-orang di luar sana tidak cukup kuat untuk membuat kita takut."     

Di dalam kegelapan di luar tenda, obor-obor yang sudah direndam dalam minyak pinus mulai dinyalakan. Api dari obor itu bergoyang-goyang di tengah hujan dan angin namun tetap menyala dengan terang. Seseorang berteriak, "Serahkan anak itu, kami akan membiarkan kalian hidup."     

Di dalam kegelapan, pria itu berbalik badan. Matanya yang jernih menghiasi wajah tampannya dan memancarkan kebulatan tekadnya. Dengan tatapan yang tenang, dia bertanya, "Apakah kamu sanggup?"     

Benda sulit dipahami yang bernama waktu telah mengalir keluar di sela-sela jemari mereka. Chu Qiao masih mengingat dengan jelas suatu malam bertahun-tahun lalu itu, ketika pria itu duduk di atas kudanya, menanyakan pertanyaan yang sama pada dirinya: "Apakah kamu sanggup?"     

Sejak kejadian itu, jalan hidup mereka sangat berat, dipenuhi darah dan kematian. Mereka telah berdiri di sisi berseberangan dalam peperangan, dan sudah beradu pedang berkali-kali, bahkan sampai hampir saling membunuh beberapa kali. Walau demikian, darah merah yang mengalir tidak memengaruhi penilaian mereka. Pada akhirnya, mereka memilih untuk tidak mengayunkan pedang dan menghabisi lawannya. Dalam kebimbangan dan keraguan ini, terkadang mereka bahkan mempertanyakan kepercayaan mereka, keyakinan mereka sendiri. Tetapi setelah melalui semua itu, mereka tetap memutuskan untuk mengangkat senjata dan bertarung berdampingan di malam badai ini.     

Tanpa mempertanyakan masa lalu satu sama lain, tanpa saling mempertanyakan niat mereka di masa depan, tanpa mempertanyakan pandangan dan aliran politik masing-masing, mereka bertarung bersama.     

Hanya ada satu alasan untuk itu—mereka tidak boleh mati. Baik Chu Qiao maupun Zhuge Yue, keduanya tahu kalau tempat ini bukanlah tempat bagi mereka untuk mati.     

Sambil mencabut pedang pendek, Chu Qiao tersenyum kecil. "Kalau kamu mati di sini, aku akan menyalakan petasan untuk merayakan bahwa aku tidak perlu lagi membalas budimu."     

Wajah Zhuge Yue tersenyum, dan senyuman itu terukir mendalam di mata Chu Qiao. Mungkin ini pertama kalinya Chu Qiao melihat pria itu tersenyum seperti itu. Senyumannya begitu hangat, begitu tenang, tanpa rasa menghina, tanpa sindiran, tanpa kegetiran.     

"Aku rasa kamu tidak akan mendapatkan kesempatan seperti itu." Menyimpan senyumannya itu, tatapan Zhuge Yue tiba-tiba berubah menjadi rumit, seperti lubang yang sangat dalam, berusaha untuk menutupi sesuatu di bawahnya. Pandangan itu sangat dalam hingga Chu Qiao terpaksa mengalihkan pandangannya sesaat.     

Zhuge Yue merentangkan lengannya tiba-tiba, lalu memeluk Chu Qiao dengan lembut, dan berbisik kepada gadis itu, "Ikuti aku."     

Chu Qiao terisak karena berbagai perasaan yang kuat timbul di dalam hatinya. Dengan serius, dia mengangguk, dan menjawab, "Berhati-hatilah."     

Tiba-tiba, terdengar suara-suara yang mendesing. Zhuge Yue mengerutkan keningnya dan melompat ke atas. Anak itu, merasakan pergerakan Zhuge Yue yang tiba-tiba, segera menutupi kepalanya agar tidak menghantam tenda.     

Dengan suara keras, angin yang berkecamuk menerpa mereka berdua, rambut Chu Qiao menjadi berantakan, berkibar-kibar di langit malam bagaikan kerumunan kupu-kupu hitam.     

Saat anak itu membuka matanya, dia menyadari ternyata tenda mereka sudah dibongkar oleh orang-orang di luar. Berdiri di lapangan yang kosong, mereka menghadapi lebih dari tiga puluh pasukan berkuda yang sudah mengepung mereka. Semua prajurit itu memakai seragam cokelat yang dijahit sedemikian rupa agar tidak mengganggu pergerakan mereka. Tinggi dan besar, mereka tampak menakutkan.     

"Serahkan anak itu. Jangan melakukan perlawanan yang tidak berarti," pemimpin mereka berteriak. Sambil memegang tombak yang tajam, dia menatap Chu Qiao dengan dingin, seakan-akan gadis itu sudah dikalahkan. Namun, pandangannya dibalas dengan pantulan di pedang Chu Qiao saat gadis itu melompat ke dalam pertempuran. Dengan sigap pria itu bergerak ke samping untuk menghindari serangan itu. Namun kudanya, tidak setenang pria itu, kuda itu mengangkat kaki depannya karena terkejut. Pada saat itu, pedang Chu Qiao sudah menancap dalam di lehernya. Dengan pekikan serak, darah menyembur keluar, membuat hujan cairan merah yang hangat.     

Dengan begitu, pria itu terlempar dari kudanya, dan dia terjatuh di tanah. Sebelum dia sempat berdiri, kuda yang sekarat itu menginjak perutnya.     

Kembali terdengar pekikan sekarat di malam badai itu. Sebelum anak buahnya bisa menariknya ke tempat yang aman, kuda yang sekarat itu jatuh menimpa si pemimpin, memberikan hantaman terakhir yang menghabisinya!     

Suara tulang-tulang patah cukup keras hingga bisa terdengar di tengah bisingnya suara badai. Bisa dibayangkan keadaan pria yang kini berada di bawah kuda itu. Namun demikian, mereka tidak memiliki waktu untuk memikirkan hal itu, karena pria yang mereka kepung sedang berlari maju dengan buas, bagaikan macan tutul yang menerkam! Dengan sekelebat, suara dengungan besi yang bergetar di udara bisa terdengar jelas!     

Kebetulan, di saat yang bersamaan, sebuah petir yang sangat terang membelah langit malam, diikuti gemuruh di langit, sementara darah mewarnai rumput di padang itu menjadi merah tua.     

Angin yang berputar di sekeliling Zhuge Yue terlihat seperti mengikuti ayunan pedangnya, saat dia maju dan menyerang dengan aura menyeramkan yang kental.     

Chu Qiao sedang dalam keadaan lemas sampai-sampai dia kesulitan untuk berjalan, namun karena ini adalah situasi hidup-atau-mati, dia tidak ada pilihan selain mengumpulkan segenap kekuatannya untuk bertarung. Awalnya, Chu Qiao mengira orang-orang ini dari Xian Yang, dan dia bisa meminta bantuan dari anggota Da Tong, namun kini dia tidak bisa mengharapkan hal itu lagi karena Liu Xi telah meninggalkan Da Tong. Bahkan, hanya akan ada satu kemungkinan yang akan terjadi kalau identitasnya ketahuan. Satu-satunya jalan keluar bagi Chu Qiao adalah dengan menerobos keluar dari kepungan ini.     

Setelah beradu pedang, Zhuge Yue berhasil memukul mundur tiga orang musuh dengan satu ayunan pedangnya, namun kedua pihak sudah terluka. Dua orang musuh mereka terluka dan satu orang meninggal, sementara dada Zhuge Yue tersayat oleh lawannya dan mengeluarkan banyak darah.     

"Paman! Kamu berdarah!" Anak itu berteriak.     

Saat mendengar itu, Chu Qiao meninggalkan lawannya dan melompat ke arah Zhuge Yue. Dalam perjalanannya, dia menendang dada salah satu musuh. Prajurit itu kehilangan keseimbangannya dan terjatuh ke lantai dengan suara berdentum yang keras.     

"Bagaimana keadaanmu?" Chu Qiao menopang Zhuge Yue dan bertanya dengan gelisah.     

Musuh mereka bisa melihat kalau Zhuge Yue adalah ancaman yang lebih besar, dan memusatkan serangan mereka padanya. Bisa terlihat kalau Zhuge Yue sudah terluka di dada, lengan, dan betisnya.     

Setelah meludahkan keluar ludah yang bercampur darah, Zhuge Yue menggelengkan kepalanya dengan lelah dan wajahnya menjadi serius. Bibirnya yang semula berwarna merah tua kini terlihat semakin jahat. Sambil menjilat bibirnya yang berdarah, dia menjawab dengan murah, "Aku baik-baik saja."     

Di saat ini, suara pedang yang membelah udara terdengar dari belakang mereka. Memutar tubuhnya dengan cepat, Zhuge Yue berbalik dan menangkis pedang itu.     

Saat sebuah petir menyambar, langit berubah menjadi tirai putih yang menyilaukan. Chu Qiao memutar tubuh mungilnya di bawah lengan Zhuge Yue, dan dengan satu serangan, dia menusuk jantung penyerang itu. Untuk memastikan orang itu tidak bangun lagi, gadis itu memutar pedangnya ke atas dan mengentakkannya dengan keras!     

Di bawah langit yang dipenuhi sambaran petir, para prajurit itu terhenti. Siapa yang menyangka kalau dua orang ini begitu sulit dihadapi? Hanya dalam beberapa saat, pihak mereka sudah jatuh korban lebih dari sepuluh orang. Untungnya! Pada saat ini, bala bantuan tampaknya sudah tiba.     

Dari luar tanah perkemahan, bayangan berbaris-baris prajurit bisa terlihat. Mereka pasti diutus untuk mengadang Chu Qiao dan Zhuge Yue agar tidak bisa melarikan diri.     

"Xing Er, kita sudah tidak bisa kabur."     

Sambil mengangkat alisnya sedikit, Chu Qiao justru tersenyum. Dia menjawab dengan tenang, "Jadi? Apakah kita akan menyerahkan diri?"     

"HAHAHA!" Zhuge Yue tertawa terbahak-bahak. Para prajurit di sekitar mereka yang sedang menunggu kesempatan untuk menyerang menjadi ketakutan karena Zhuge Yue yang tiba-tiba tertawa, dan mereka semua menjadi panik!     

"Bagaimana menurutmu?" Jawab Zhuge Yue setelah dia puas tertawa.     

Setelah itu, mereka berdua menoleh ke arah tenda utama yang tersembunyi dalam kegelapan. Di dalam sana adalah tenda keluarga Liu. Tentunya, dalang di balik pembantaian ini, Liu Xi, ada di dalam sana!     

Mereka berdua memutuskan untuk menghabisi pimpinan lawan mereka sebagai harapan terakhir untuk meloloskan diri!     

Anak di punggung Zhuge Yue sudah tidak lagi takut seperti tadi, dia seperti baru teringat tentang pembantaian berdarah pada malam sebelumnya di mana kedua orang tuannya meninggal di depan matanya. Semua kerabatnya yang selalu tersenyum padanya menjadi mayat dingin yang tak bernyawa. Paman Meng menerobos kepungan bersama dengannya, namun darah panas mengalir keluar dari lukanya yang begitu banyak. Anak itu menggertakkan giginya, dan matanya memerah. Menjulurkan jarinya yang gemuk dan putih, dia menunjuk para prajurit di depannya, dan suaranya dipenuhi kebencian.     

"Paman! Orang-orang itulah yang membunuh orang tua dan kerabat Mo Er! Mereka!"     

Meraih ke dalam dadanya, Zhuge Yue mengeluarkan kembang api yang rumit. Dengan satu sentakan cepat, sebuah kilat terang terbang ke angkasa dan pecah menjadi bunga keemasan.     

Para prajurit yang mengepung mereka terkejut, dan semangat mereka semakin menurun karena mengira lawannya sedang memanggil bala bantuan.     

Zhuge Yue berbalik pada Chu Qiao dan dengan santai memberitahunya, "Walaupun kita mati di sini hari ini, akan ada orang yang membalaskan dendam kita."     

Chu Qiao menggeleng dengan berani sambil tersenyum. "Kita tidak akan mati di sini hari ini."     

Sedikit terperangah, Zhuge Yue mulai tertawa lagi. Dengan lantang, dia berkata, "Tentu saja, mari kita terobos kepungan ini bersama-sama!"     

"Xing Er, ambil kuda itu!"     

Mereka berdua mulai menyerang, dan dengan gerakan lincah, dengan mudah mereka merebut dua ekor kuda! Saat kuda mereka mulai memacu pergi, pedang Zhuge Yue masih menancap di leher seorang musuh sementara satu orang lagi menggunakan kesempatan ini untuk menyerang anak di punggung Zhuge Yue! Sambil mendengus, Zhuge Yue memaki, "Dasar hina!" dan dia mengayunkan sarung pedangnya ke kepala penyerang itu!     

Terdengar suara retakan yang keras dari tengkorak pria itu, Zhuge Yue memekik kencang lalu menendang prajurit lain, dan dia berteriak, "Xing Er, ikuti aku!" Dengan tendangan keras ke bokong kudanya, kuda itu melesat maju bagaikan binatang buas yang haus darah.     

Kepungan yang susah payah dibentuk oleh para prajurit itu ditembus dengan mudah bagaikan merobek selembar kertas saat Zhuge Yue menghunus pedangnya dari atas punggung kuda. Meninggalkan jejak kematian, Zhuge Yue membawa langkah kaki peperangan ke mana pun dia pergi!     

"Lindungi kemah utama!"     

Dengan teriakan histeris, para prajurit berlari cepat menuju pusat kemah.     

"Lindungi tuan muda!"     

"Mereka mengincar tuan muda! Bunuh mereka! Jatuhkan kuda-kuda mereka!"     

"Para pemanah! Bersiap-siaplah, cepat!"     

Keadaan sangat kacau, perintah diberikan dari segala penjuru. Seakan-akan kemah itu sedang disergap oleh pasukan besar.     

Di bawah hujan air dan darah yang lebat, Chu Qiao mengikuti di belakang Zhuge Yue dengan rapat, melindungi anak di punggung pria itu. Dia menghunuskan senjatanya dengan lincah, dan tidak ada satu luka pun pada dirinya karena Zhuge Yue menarik sebagian besar perhatian lawan mereka. Saat pertarungan semakin memuncak, malam yang panjang itu belum menunjukkan tanda-tanda fajar akan tiba.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.