Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 132



Bab 132

0Chu Qiao tidak bertanya kepada Li Ce mengapa, walaupun dia sangat ahli dalam bela diri, dia tidak menunjukkan kemampuannya selama pertempuran di dalam hutan. Chu Qiao juga tidak bertanya tentang mengapa walaupun dia bisa bermain seruling dengan begitu baik, dia meminta pria tua itu untuk membantunya dan menyembunyikan bakatnya saat dia berusaha menarik perhatian para gadis tersebut. Chu Qiao juga tidak bertanya kepadanya mengapa pria tersebut tidak mengunjungi dirinya selama beberapa hari terakhir, malah menikmati kesenangan duniawi di kediamannya sendiri.     
0

Semua orang memiliki rahasia mereka masing-masing yang tidak ingin mereka bicarakan, terutama para aristokrat dan keluarga kekaisaran. Di bawah topeng yang jaya dan megah, mereka semua memiliki rahasia dan beban yang mereka tanggung sendiri. Alasan-alasan itu mungkin terlalu berat dan rumit, jadi dia tidak berusaha untuk menyingkap mereka. Bahkan jika dia bertanya pun, mungkin dia tidak akan mengerti.     

Bersama dengan angin malam, dan bulan terang yang bersinar di atas langit, keduanya berjalan dengan diam. Malam ini akan menjadi malam yang gelisah. Malam itu, Chu Qiao bermimpi lagi. Dia melihat sekali lagi, di malam bersalju itu, lorong di Istana Sheng Jin terlihat begitu panjang, begitu sunyi, sementara musik dari istana bisa terdengar, tampak begitu penuh kehidupan dan melodi. Seakan-akan memberi tahu semua orang tentang kemakmuran kekaisaran tersebut, musik itu memenuhi seluruh istana.     

Pria di dalam mimpinya tersebut berdiri di hadapannya, darah segar berwarna merah mengalir keluar dari jari yang buntung. Tetapi, pria itu dengan canggung menenangkan dia dan berkata, "Jangan khawatir, ini tidak sakit sama sekali." Senyuman pria itu bagaikan bunga yang sedang mekar, membungkus hati gadis itu dalam pelukan hangat, memberinya rasa nyaman yang sudah lama dia lupakan.     

Saat Chu Qiao terbangun, bantalnya telah basah oleh air matanya. Bercak tipis air mata terlihat berwarna jauh lebih gelap daripada bagian lain dari bantal itu, membuat bantal merah tua tersebut tampak seperti bernoda darah.     

Duduk tak bergerak, pikiran Chu Qiao berputar dengan cepat. Dia menyadari kalau dia sudah tidak bisa terus menunggu sampai terjadi sesuatu.     

Bahkan saat para pelayan berusaha memayungi bunga teratai dari hujan, dengan hujan deras sekali lagi, dan karena suhu turun semakin jauh bersama tibanya musim gugur, semua bunga teratai akhirnya layu, meninggalkan dedaunan dan ranting-ranting yang sudah menghitam dan berantakan. Bahkan air danau pun terlihat tercemar.     

Di sisi lain, bunga chrysanthemum yang keemasan sudah mekar penuh walau terlalu cepat. Dengan hujan yang terus mengguyur dan suhu yang tiba-tiba turun, banyak yang sudah rontok, mewarnai tanah dengan warna kuning yang berantakan.     

Saat sarapan, Chu Qiao mendengar kalau wanita baru yang menarik perhatian Li Ce telah melanggar peraturan, dan sudah dilemparkan ke dalam penjara. Walaupun Li Ce tidak menentukan hukuman apa pun, dilihat dari bagaimana wanita ini bersikap sombong setelah mulai diperhatikan Li Ce dan telah menyinggung banyak wanita lainnya, sudah pasti sekarang wanita-wanita lainnya itu akan bertindak. Di dalam cuaca dingin ini, dan dalam ruangan yang pastinya tidak ada kehangatan, hampir bisa dipastikan ini adalah akhir bagi wanita itu.     

Para pelayan hanya membahas ini secara singkat, dan tidak terlalu memedulikan kejadian tersebut. Sepertinya kejadian seperti ini sudah lumrah di dalam istana ini. Namun, Chu Qiao merasa sedih, karena sekali lagi dia diingatkan bahwa dia sebenarnya tidak mengenal Li Ce dengan baik. Apa yang biasa Chu Qiao lihat, hanyalah bagaimana pria itu selalu mengabaikan segala hal, dan walaupun Chu Qiao tahu kalau pria tersebut tidak sesederhana itu, tetapi gadis itu tetap menurunkan kewaspadaannya. Tidak peduli apa pun yang dikatakan orang-orang, pria ini masih tetap calon pewaris dari sebuah kekaisaran.     

Setelah memakan sarapan, Chu Qiao ingin mengirim seseorang untuk meminta bertemu dengan Li Ce. Namun sebelum Qiu Sui sempat pergi, Zi Chan berlari masuk ke dalam ruangan. Masih terengah-engah, dia membawakan kabar yang mengejutkan, "Tuan Putri Xia telah tiba!"     

Terperanjat, Chu Qiao kehilangan kata-kata. Sementara itu Qiu Sui sudah mulai meneriakkan pertanyaan-pertanyaan, "Bukankah seharusnya dia datang menjelang pernikahan? Pernikahannya masih satu bulan lagi."     

"Betul!" Zi Chan menjawab dengan setuju. "Namun tampaknya, dia datang tanpa pasukan. Mengendarai kudanya sendirian, sang tuan putri sudah ada di Istana Qin An bertemu dengan sang Kaisar dan sang Pangeran."     

"Tuan Putri Kesembilan ini sungguh berani. Aku dengar dia baru berusia 13 tahun ini. Mengapa dia bisa begitu berani?"     

"Ini bukan Tuan Putri Kesembilan, yang datang adalah Tuan Putri Kedelapan, putri dari Permaisuri Muhe. Menurut mereka, Tuan Putri Kesembilan baru wafat karena penyakit, dan Tuan Putri Kedelapan dikirim sebagai penggantinya."     

Mendengar itu, seakan-akan sesuatu pecah di dalam hati Chu Qiao, dan dia mulai gemetaran tak terkendali. Gadis yang lemah dan tak berdaya di masa lalu, sekarang sudah berubah menjadi begitu berani dan tangguh? Rasa sakit dan musibah memang pupuk yang terbaik untuk pertumbuhan dan perubahan.     

Gadis yang bersuara lembut dan kekanak-kanakan dari masa lalu telah tumbuh menjadi wanita yang begitu cantik. Ekspresinya yang tegas dan anggun tampak memancarkan kecemerlangan yang menyilaukan saat dilihat.     

Namun, siapa yang mengingat, bertahun-tahun lalu, dia masih seorang gadis yang lugu dan polos, yang senyumannya begitu bersih dan tak ternoda. Dengan gaun putih bersih, dan memegang ekor kelinci, dia tersenyum malu-malu dan berkata, "Kakak Xun, terima kasih. Chun Er sangat senang."     

Dalam waktu singkat, hanya ada masa lalu yang memudar. Beberapa hal pada akhirnya hanya akan menjadi sejarah, beberapa rasa suka pada akhirnya hanya akan terkubur di bawah tulang belulang, beberapa darah pada akhirnya akan tetap ditumpahkan, dan beberapa perasaan pada akhirnya akan diabadikan pada saat kematian.     

Selama dua hari penuh, Li Ce tidak mengunjungi haremnya. Karena kedatangan Zhao Chun Er yang lebih awal, pernikahan segera dipersiapkan dan jadwalnya dimajukan.     

Seperti yang diduga oleh Chu Qiao, para pengawal dan utusan dari Kekaisaran Xia tiba tak lama kemudian, lebih telat satu hari daripada Zhao Chun Er. Walaupun Kekaisaran Xia tiba-tiba berubah pikiran dan malah mengirimkan Zhao Chun Er, garis keturunan tuan putri ini membantunya menghindari segala masalah. Pada akhirnya, bagi Kekaisaran Tang, yang sangat mementingkan darah biru, Zhao Chun Er mendapat banyak perhatian karena dia adalah satu-satunya putri yang dilahirkan oleh Permaisuri Muhe.     

Para pejabat terkejut oleh kedatangan tuan putri tersebut. Para pejabat administrasi yang biasanya pengecut mulai menyanyikan pujian tentang betapa pentingnya persekutuan melalui pernikahan ini, tampaknya mereka sudah melupakan dalang yang menghancurkan kekuatan Kekaisaran Tang dan merebut 18 provinsi di Hong Chuan dari kekuasaan Tang, memaksa para keluarga Kekaisaran Tang untuk melarikan diri, dan kehilangan seluruh wilayah Barat Laut.     

Tetapi ada satu hal yang tidak diketahui orang lain. Chu Qiao mengerutkan alisnya, dan jemarinya yang bagaikan giok menggenggam erat tirai itu. Dengan hiasan emas di antara kedua alisnya, kerutan ini menambahkan sedikit kecantikan. Setelah dinodai oleh para prajurit itu, Chun Er sudah bukan perawan lagi. Sebagai seorang Tuan Putri Xia, mungkin dia tidak akan diperiksa keperawanannya, tetapi begitu dia tidur dengan Li Ce, dengan pengalaman pria itu, pasti Li Ce akan langsung tahu.     

Tentu saja, bahkan jika Li Ce menyadarinya, dia tidak mungkin meminta pertanggungjawaban dari Kekaisaran Xia. Bagaimanapun, asalkan sang Tuan Putri Xia tidur di atas ranjang Li Ce, bahkan jika pria itu keluar dan menyatakan kalau wanita itu sudah tidak perawan, tidak akan ada yang memercayai pangeran yang begitu sembrono. Sejak awal, Li Ce sangat menentang pernikahan ini, jadi usaha apa pun yang dia lakukan untuk mengungkap kebenaran akan dianggap sebagai usaha untuk merusak pernikahan ini. Dengan kepandaiannya, Li Ce tidak akan mempermalukan dirinya dengan menyatakan hal tersebut juga.     

Mungkin dengan begitu, Zhao Chun Er akan menikah dengan sukses. Tetapi sebagai seorang tuan putri yang sudah tidak suci, masa depannya sudah sangat jelas. Mengingat kepribadian wanita itu, apakah dia bisa melalui penghinaan seperti itu?     

Chu Qiao mengingat ini di lubuk hatinya, namun bagaimanapun, kekhawatiran ini adalah sesuatu yang tidak akan pernah bisa dia ungkapkan.     

Kegiatan di dalam Kekaisaran Tang mulai menjadi berantakan. Sebaliknya, Chu Qiao mulai berhati-hati, dan dia memutuskan untuk menunda kepergiannya dari istana. Dengan demikian, Chu Qiao tinggal selama dua hari lagi di dalam Istana Tang. Dengan pulihnya kesehatan tubuhnya, ketajaman pikirannya juga sudah kembali memuncak.     

Li Ce menemukan banyak obat-obatan yang baik untuknya, dan luka-luka luar Chu Qiao sudah sembuh sepenuhnya. Bahkan luka lama juga sebagian besar telah pulih. Dengan perawatan berhari-hari ini, warna kulitnya juga sudah terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya dan tidak lagi terlihat rapuh dan lemah.     

Pada malam itu, Chu Qiao, memakai gaun yang lembut, bersandar di jendela. Angin malam meniup lembut ujung-ujung pakaiannya. Dari lorong, terdengar suara langkah kaki. Dari suaranya hanya ada satu orang. Sesuai dugaan, Li Ce muncul tak lama kemudian. Dengan memakai baju berwarna hijau. Wajahnya merona kemerahan, dan tubuhnya bau alkohol. Berdiri di pintu, dia hanya melihat ke arah Chu Qiao dan tidak masuk ke dalam.     

Menatap pria itu, Chu Qiao melihat kalau langkah kaki pria tersebut kikuk dan berat, dan dia hampir terjatuh. Dengan cepat, gadis itu bergegas mendekat, berniat menyokong pria itu. Tetapi pada saat dia menjulurkan tangannya untuk menolong, Li Ce tiba-tiba menariknya dan setelah itu, mereka berdua terduduk di ambang pintu. Pria itu menundukkan kepalanya, dan menyandarkan dahinya di bahu Chu Qiao, sambil bergumam kelelahan, "Qiao Qiao, aku sangat lelah."     

Chu Qiao kehabisan kata-kata. Dengan tangannya yang masih menjulur di udara, dia tidak tahu harus bagaimana.     

Angin malam membawa aroma bunga. Saat diperhatikan lebih dekat, bisa terlihat di baju Li Ce ada sulaman benang emas di antara sutra dengan kerumitan tinggi yang hanya bisa dilakukan oleh seorang ahli. Chu Qiao mendesah. Dia berbisik, "Li Ce, apa yang terjadi?"     

Li Ce menggeleng dan tidak menjawab.     

Chu Qiao mencoba lagi dan bertanya, "Apakah karena pernikahan itu? Apakah kamu tidak menyukai Chun Er?"     

Li Ce masih tidak menjawab. Chu Qiao mendesah tak berdaya dan membiarkan pria itu menyandarkan kepalanya selama yang dia mau tanpa mengajaknya berbincang lagi.     

Bulan baru bersinar samar melalui jendela dan mewarnai lantai dengan keperakan. Cahaya lilin berwarna lembayung, dan berkedip-kedip; penerangannya tidak merata. Tetesan lilin yang meleleh menetes turun dari tempat lilin perak, perlahan mengalir turun. Suara serangga menunjukkan jelas betapa terpencilnya tempat ini. Bagaimana pun, istana ini telah dikosongkan selama bertahun-tahun.     

"Qiao Qiao, kamu mengirim orang untuk mencari aku?" Li Ce tiba-tiba bertanya. Suaranya dalam, namun tidak terdengar lelah seperti yang dia tampilkan baru saja. Duduk tegak, matanya gelap, seakan-akan pria lemah yang tadi adalah orang yang berbeda. Chu Qiao tahu sisi lembutnya telah hilang, dan kini dia kembali menjadi Pangeran Tang yang sempurna itu.     

"Betul," Chu Qiao menganggukkan kepalanya, "Aku mau pergi."     

"Baiklah. Aku akan segera menyiapkan orang untuk mengantarmu ke Yan Bei." Li Ce bahkan tidak terlihat ragu.     

"Tidak, aku belum mau kembali ke Yan Bei sekarang. Masih ada hal yang ingin aku lakukan di sini."     

Li Ce merengut saat mendengar itu. Dia menatap Chu Qiao. Dalam pandangannya mengandung pertanyaan-pertanyaan dan pemikiran.     

Chu Qiao menambahkan sebelum pria itu bertanya, "Kamu tidak perlu menebak-nebak. Aku sedang menunggu seseorang. Mengenai siapa orang ini, kamu tidak perlu bertanya."     

Tersenyum licik, Li Ce menggodanya, "Apakah kamu akan selingkuh dari Yan Xun? Zhuge Yue akan segera tiba. Kamu mau mencari dia?"     

Chu Qiao memutar bola matanya dengan kesal. "Silakan terus menebak."     

"Kamu tetap harus berhati-hati." Bersandar di pintu, Li Ce mengingatkan, "Selama di dalam wilayah kekuasaanku, aku masih bisa melindungi kamu. Tetapi begitu kamu melangkah keluar, aku tidak bisa berbuat banyak. Kekaisaran Xia telah mendengar tentang keberadaan kamu di sini. Seberapa besar kebencian mereka terhadap kamu, seharusnya kamu lebih mengerti daripada aku."     

Chu Qiao mengangguk, dan tiba-tiba teringat lengan Zhao Song yang buntung. Wajahnya semakin muram, dan dia menjawab dengan ringan, "Aku mengerti."     

Menatap gadis itu dari sudut matanya, Li Ce menyadari kalau gadis itu sudah tidak ingin berbicara lagi. Tiba-tiba, dia berdiri, dan menarik tangan Chu Qiao, lalu berseru dengan keras, "Ayo, aku mau menunjukkan sebuah tempat!"     

Di tengah kabut malam, cahaya redup dari istana tampak seperti api unggun di kejauhan. Dengan hanya memakai bajunya, Li Ce menarik Chu Qiao di belakangnya dan berlari dengan langkah lebar. Tertiup angin malam, rambut mereka berkibar bagaikan sutra berkualitas tinggi.     

Mereka berdua tiba di sebuah halaman yang tidak pernah dilihat Chu Qiao sebelumnya. Melangkah di atas rumput berembun, dan melalui beberapa pintu kecil, sebuah danau yang hijau jernih muncul di hadapan mereka. Danau itu dipenuhi teratai, sepenuhnya tertutup oleh karpet bunga. Bunga yang bersih ini, di bawah cahaya bulan yang keperakan, terlihat seperti patung salju. Dengan aroma mereka yang tipis, ini terlihat seperti pemandangan dari dalam mimpi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.