Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 155



Bab 155

0Kuda perang itu berlari ke arah mereka berdua. Pria di atas kuda melompat turun dan bergegas ke depan, sambil memanggil, "Jenderal!"     
0

"Apa yang terjadi? Mengapa kamu baru kembali sekarang? Di mana yang lain? Apakah kamu sudah bertemu Nyonya Yu?"     

"Jenderal, kami bertemu bandit dalam perjalanan. Semua saudara kami sudah ditawan!"     

"Apa?" Chu Qiao dan Xue Zhi Yuan berteriak serempak. Setelah itu, Chu Qiao berseru dengan tidak percaya, "Siapa yang begitu sombong? Kalian membawa lebih dari 500 orang. Bagaimana kalian semua bisa dikalahkan?"     

"Jenderal, walaupun kami memiliki banyak orang, jumlah mereka lebih banyak. Mereka berjumlah lebih dari 7.000 orang."     

"Omong kosong!" Xue Zhi Yuan membentak. "Kalian semua ceroboh, tetapi kamu menyalahkan bandit. Hanya ada pasukan sekutu di dalam Yan Bei. Dari mana datangnya 7.000 orang bandit? Kamu hanya sedang menghindar dari tanggung jawabmu!"     

Prajurit itu merengut dan menjawab dengan tegas, "Jenderal Xue, walaupun kami tidak berbakat, kami sudah mengikuti Yang Mulia melalui berbagai pertempuran. Bahkan jika kami mati, kami tidak akan menyesal. Jika apa yang saya katakan hari ini bohong, saya akan mati mengenaskan!"     

Chu Qiao menarik napas dalam-dalam dan bertanya dengan suara rendah, "Bagaimana orang-orang kita sekarang? Apakah para bandit itu punya permintaan? Apakah mereka membunuh orang kita?"     

Prajurit itu tiba-tiba tampak bersemangat, dan menjawab, "Tidak, tidak ada orang kita yang mati. Mereka menyergap kita dengan korban yang sedikit. Mereka sangat ganas pada awalnya, mengancam kami untuk membantu mereka menyampaikan pesan. Setelah itu, saat mereka mendengar kami di bawah perintah anda, sikap mereka terhadap kami membaik."     

Chu Qiao tertegun. "Apa?"     

"Jenderal, mereka tidak tahu siapa kami. Mereka menawan kami agar bisa menyampaikan pesan kalau mereka ingin bertemu dengan anda."     

"Mereka ingin bertemu denganku?"     

"Betul."     

Chu Qiao mengernyit dan bertanya, "Siapa pemimpin mereka?"     

"Pria itu berusia sekitar 30 tahun. Dia pemberani dan gagah. Dia bukan bandit biasa dan justru terlihat seperti prajurit yang terlatih. Pasukan mereka teratur, dan mereka sangat ahli pertarungan satu lawan satu. Persenjataan mereka cukup lengkap, tetapi mereka tidak memakai seragam militer. Mereka menolak untuk mengungkapkan jati diri mereka, hanya berkata kalau mereka tidak berniat buruk. Asalkan anda melihat mereka, anda akan tahu siapa mereka."     

Chu Qiao mengerutkan dahinya dan berpikir cukup lama, lalu berkata, "Siapkan kuda. Kita akan pergi dan menemuinya."     

"Kamu gila!" Xue Zhi Yuan berkata, sambil menggenggam tangan gadis itu. Walaupun mereka berdua selalu berseteru, tetapi mereka masih berada di pihak yang sama. Pria itu berkata, "Apa kamu sudah bosan hidup, meninggalkan kota di saat seperti ini?"     

Chu Qiao melihatnya dan menjawab dengan tegas, "Anak buahku ada di tangan musuh."     

"Lalu kenapa? Memangnya kamu bisa menyelamatkan mereka semua sendirian?"     

"Jangan bilang kamu mau meminjamkan pasukan padaku? Aku tidak butuh banyak orang, 5.000 saja sudah cukup."     

Xue Zhi Yuan terdiam. Dia hanya seorang komandan barisan depan. Cao Meng Tong berniat menjaga kekuatan Pasukan Kedua. Dia bahkan tidak bisa mengerahkan 500 pasukan, apalagi 5.000.     

Chu Qiao mencibir dan menaiki kudanya, mengikuti di belakang prajurit tadi. "Hiyah!" Kuda perang itu mengangkat kakinya dan berlari ke luar dari kota.     

Xue Zhi Yuan mengangkat alisnya. Kebetulan, prajurit lain sedang menuju ke arahnya sambil menuntun seekor kuda. Dia menyambar kuda itu dan memacu mengejar Chu Qiao.     

Angin utara sangat kencang. Salju turun dengan lebat, membuat lapisan putih menyelimuti seluruh wilayah itu. Sudah tidak mungkin untuk menentukan arah lagi. Namun, di malam yang dingin ini, sebuah barisan panjang bergerak di tengah salju. Angin menerpa wajah mereka, membuat mereka tidak bisa membuka mata, tetapi semangat mereka tidak padam. Warga Yan Bei, saat menerima panggilan wajib militer dari Pasukan Kedua untuk membela tanah air mereka, langsung mempersenjatai diri dengan pisau, dan kuda terkuat mereka lalu menuju Kota Bei Shuo. Mereka berniat untuk bertarung demi Da Tong, yang sudah lama mereka idamkan.     

Ini adalah suku yang tangkas. Orang-orang yang tinggal di sini sudah ahli menunggang kuda sejak muda. Dengan sedikit tambahan pelatihan, mereka pasti bisa menjadi pasukan elite. Namun, melihat orang-orang yang penuh kepercayaan diri ini, bersedia melewati cuaca yang keras, dan sedang bernyanyi-nyanyi, Chu Qiao justru dipenuhi rasa sedih. Dia ingin menghentikan mereka, namun hanya menerima pandangan yang menghina. Saat beberapa dari mereka melihat ketiga orang ini bergegas ke arah barat, orang-orang itu meludahi mereka, dan memaki, "Pembelot!"     

"Jenderal, ayo pergi," prajurit yang ditinggalkan oleh Yan Xun itu berbalik dan berkata dengan buru-buru.     

Pada saat itu, Chu Qiao mengangkat alisnya dan menarik tali kekang kudanya. Prajurit itu berhenti setelah 20 langkah, dia berbalik dan bertanya, "Jenderal, ada masalah apa?"     

Chu Qiao mengerutkan alisnya dan menajamkan telinganya. Dia berbalik dan berkata kepada Xue Zhi Yuan, yang berada di sampingnya, "Apakah kamu dengar itu?"     

Boom! Boom! Boom! Suara yang menggelegar mendekat dari kejauhan, semakin lama semakin keras. Suara itu menggema di seluruh daratan, merayap naik di punggung mereka. Xue Zhi Yuan menaikkan alisnya dan melompat turun dari kudanya. Jenderal muda itu berlari ke atas sebuah lereng dan menatap ke kejauhan. Di saat itu, dia membeku, menatap ke arah barat, tidak berani bergerak. Beberapa orang rakyat sipil yang mendengar suara itu juga memanjat naik dan berdiri di atas padang bersalju tersebut.     

Hening, sunyi senyap. Seseorang berbalik dan melihat sekeliling, mengulurkan tangannya, menunjuk ke arah barat, dan bertanya, "Apakah itu pasukan? Apakah itu pasukan kita?"     

Suara keras kaki-kaki kuda menggema dari barat. Sebuah bayangan hitam, berbentuk seperti garis, muncul di kaki langit. Ribuan prajurit muncul, maju ke arah mereka dari Gunung Luo Ri!     

"Lari!" suara gadis itu menggema.     

Semua orang terkejut, dan berbalik melihat gadis yang duduk di atas kudanya, berpakaian baju perang. Dia memegang sebuah pedang, menunjuk ke arah barat dan berteriak, "Itu pasukan dari Xia! Lari! Cepat! Ke arah Bei Shuo!" Kerumunan itu mulai panik, tetapi seseorang dengan cepat bertanya, "Mengapa pasukan Xia bisa berada di dalam wilayah Yan Bei?"     

"Itu benar," seseorang menyahut. "Mereka semua berada di luar Jalur Bei Shuo!"     

Namun, itu sudah terlambat. Cara mereka menunggang kuda, teknik pedang mereka …. Mereka memang pasukan perbatasan Xia yang terlatih.     

Wajah Chu Qiao menjadi pucat. Telapak tangannya, yang dia gunakan untuk menggenggam pedangnya, mulai berkeringat. Siapa orang-orang ini? Bagaimana mereka bisa menembus Jalur Bei Shuo dan muncul dari dalam wilayah Yan Bei? Di sini tidak ada pasukan yang layak. Kalau mereka bertarung hingga ke bagian dalam Yan Bei, apa akibatnya?     

Di saat itu, berbagai pikiran melintas di benaknya. Chu Qiao mengangkat pedangnya dan berseru dengan lantang, "Aku adalah Chu Qiao, jenderal senior dari Departemen Strategi Militer Yan Bei. Semuanya, dengarkan perintahku!" Angin yang kencang menenggelamkan suaranya. Ribuan prajurit berlari ke arahnya dengan menakutkan!     

"Bagaimana mungkin ini terjadi?"     

Teriakan kesakitan tiba-tiba muncul dari kerumunan itu. Rakyat Yan Bei, yang telah menjawab panggilan negara mereka, tiba-tiba panik saat musuh menghampiri mereka.     

"Lari!"     

Sudah terlambat untuk lari. Mereka yang lari hanya akan terbunuh. Chu Qiao berbalik dan berteriak, "Jangan lari! Hentikan mereka!"     

Tidak ada orang yang memperhatikan ucapannya. Prajurit yang sedang mengawalnya itu bergegas maju, menarik tali kekang kudanya. "Jenderal, lari!"     

"Kabari markas utama Bei Shuo secepatnya!"     

"Jenderal! Sudah tidak ada waktu lagi!"     

Pekikan perang untuk membunuh musuh terdengar dari pasukan lawan. Sudah pasti ini adalah pekikan perang dari pasukan utama Xia. Suara kaki kuda yang berantakan akhirnya menyusul para rakyat sipil yang sedang melarikan diri. Pasukan itu menghunuskan pedang mereka dan menebas rakyat Yan Bei itu, darah terpercik ke mana-mana. Kepala manusia terlepas dari tubuh mereka dan melayang di udara, lalu menodai tanah!     

Kuda-kuda musuh sangat cepat, dan mereka juga ahli berpedang. Rakyat sipil Yan Bei tidak bisa dan tidak tahu bagaimana caranya melawan. Jeritan kesakitan mereka tenggelam di antara suara langkah kuda. Mereka terjatuh dari kuda masing-masing, lalu diinjak-injak oleh kuda para prajurit.     

Chu Qiao terperangah karena serangan mendadak itu. Menghadapi serangan yang begitu ganas, dia tidak berdaya untuk mengendalikan keadaan. Seorang pemuda melesat maju dengan kudanya. Seorang prajurit lawan mengejarnya, dan menebas lehernya sampai putus dan membuat darah memercik di mantel Chu Qiao. Gadis itu menusuk dada prajurit Xia tersebut, membuat darah kembali terpercik.     

"Xue Zhi Yuan! Kembali dan segera kabari markas utama!"     

Pasukan itu berjumlah sekitar 1.000 orang. Mereka semua memakai seragam milik tentara Xia. Mereka mengejar warga yang sedang melarikan diri, mengabaikan beberapa orang yang sanggup melawan. Xue Zhi Yuan dikepung oleh tiga orang prajurit Xia. Chu Qiao berlari maju dengan pedangnya, menolong pria keluar dari keadaan genting. Gadis itu berteriak padanya, "Lari!"     

"Seorang wanita melindungiku? Aku tidak bisa membiarkan itu!" Xue Zhi Yuan adalah seorang veteran yang berpengalaman. Dengan gesit, dia menebas kepala seorang prajurit Xia.     

Chu Qiao merengut dan melemparkan mantelnya ke tanah, lalu berteriak, "Dasar hina! Membunuh rakyat sipil! Kalian pantas untuk mati!" Setelah itu, dia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi dan berlari menuju pasukan Xia.     

"Jenderal!" Prajurit itu, melihat apa yang baru saja terjadi, segera menyusul Chu Qiao. Mereka berdua memacu ke arah pasukan berjumlah lebih dari 1.000 orang. Hal ini mungkin terlihat menggelikan, tetapi tidak ada yang tertawa. Para prajurit lawan menyadari keberadaan Chu Qiao. Saat melihat pakaiannya, seseorang berteriak, "Ada seorang pejabat di sini!" Saat itu juga, pasukan Xia mengepung gadis itu. Dibandingkan dengan rakyat biasa, seorang pejabat militer Yan Bei jauh lebih berarti.     

Xue Zhi Yuan tertegun. Melihat para prajurit yang mengepung dirinya mengalihkan perhatian mereka kepada Chu Qiao, dia merasakan darah hangat yang menggelegak naik di dadanya. Dia tahu kalau Chu Qiao sedang membuatkan celah agar dia bisa melarikan diri, bukan demi persahabatan mereka, namun demi keselamatan satu juta rakyat di dalam Kota Bei Shuo!     

Di dalam angin Utara yang kencang, matanya menjadi merah. Pria itu melepaskan sebuah jeritan kencang, lalu memacu kudanya kembali ke Kota Bei Shuo.     

Tetapi, dia lari terlalu cepat. Kalau saja dia menunggu satu detik lagi, dia akan menyadari hal yang berbeda. Takdir memang selalu begitu ajaib. Sebuah bayangan hitam yang lain, membentuk sebuah garis, muncul dari kaki langit yang sama. Bumi berguncang; angin melolong. Nafsu membunuh yang sangat kental menggantung di udara, membungkus setiap jengkal padang salju tersebut. Di bawah sinar bulan yang pucat, pasukan berbaju polos itu menyerbu ke dalam medan pertempuran!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.