Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 156



Bab 156

0"Dari pasukan mana kalian? Laporkan identitas kalian dan nama jenderal kalian!" Sebuah suara lantang menembus angin yang dingin, menggema di telinga semua orang. Di dalam pembantaian itu, Chu Qiao menebas seorang prajurit Xia lalu ia mendongak. Suara itu terdengar tidak asing.     
0

Kelompok yang sedang mendekat itu berjumlah setidaknya 5.000 orang, dan cukup melihat formasi mereka, bisa terlihat kalau mereka sangat terlatih. Para prajurit Xia tidak memiliki pilihan dan menghentikan pembantaian rakyat sipil itu lalu menjawab. Seorang petugas berteriak menyahut, "Kami adalah Garnisun Xia di dalam Yan Bei Area 18, Detasemen ke-21. Siapa kalian?"     

Mereka adalah Garnisun Xia di dalam Yan Bei? Dalam sekejap, Chu Qiao sudah mengerti semuanya. Kemerdekaan Yan Bei adalah sesuatu yang baru saja dideklarasikan. Hanya dalam satu setengah bulan, garnisun-garnisun sudah dimusnahkan dari dalam wilayah Yan Bei. Tetapi, karena kemerdekaan ini masih baru, dan mengingat Kekaisaran Xia sudah mengumpulkan pasukan untuk menaklukkan Yan Bei, mereka tidak punya waktu untuk mencari dan menghancurkan semua pasukan yang tersisa di dalam perbatasan. Akibatnya, masih ada kelompok-kelompok kecil pasukan Xia yang tersisa di dalam perbatasan.     

Orang-orang ini mungkin Pasukan Xia yang sudah diusir saat pemberontakan namun belum diburu. Saat mereka mendapat kabar tentang serangan dari Xia, mereka bergabung dan berniat untuk membantu pasukan yang menyerbu. Tetapi mereka bertemu dengan rakyat sipil yang sedang menjawab panggilan wajib militer dalam perjalanan. Untuk mencegah agar pasukan Yan Bei tidak dikabari tentang keberadaan mereka, mereka memulai pembantaian. Sekarang asal muasal orang-orang ini sudah diketahui, bagaimana dengan kelompok yang baru mendekat itu?     

Mendengar pasukan Xia tersebut melaporkan asal mereka, pasukan yang sedang mendekat itu menjadi hening. Dengan angin yang berkecamuk di antara mereka, salju yang sudah di atas tanah kembali terangkat ke udara, menciptakan ilusi seolah-olah salju mulai turun lagi.     

"Serang!" Panggilan untuk menyerbu yang lantang dan jelas ditiupkan oleh terompet pasukan itu. Panggilan terompet ini sama persis dengan yang dipakai di dalam militer Xia. Suara ini sama persis dengan yang digunakan oleh pasukan Xia itu tadi. Tetapi, sambil menghunuskan pedang mereka yang berkilauan, pasukan tak dikenal itu hanya menunjukkan permusuhan. Pasukan Kekaisaran Xia menjadi panik. Komandan mereka bergegas maju dan berteriak, "Kami adalah pasukan kekaisaran yang ditempatkan di dalam Yan Bei! Siapa kalian? Apakah kalian pasukan kekaisaran juga? Tolong hentikan serangan kalian! Tolong berhenti!"     

Dengan suara mendesing, sebuah panah melesat, menembus dada pria itu. Dengan jejak merah dari darah yang terbang di udara, pria tersebut jatuh ke tanah.     

"Bertahan! Bertahan!" Pasukan Xia itu tersadar dan segera mengubah formasi mereka untuk bertahan dari serbuan yang mendekat. Tetapi itu sudah terlambat. Dengan jarak sedekat itu, keganasan dari serbuan itu, dan juga perbedaan kekuatan yang begitu jauh, pasukan Xia tersebut menjadi tidak berkutik. Pembalasan datang dengan cepat dan keras, pembantaian tadi pun kembali berlanjut, hanya saja korbannya sudah berubah. Suara pedang beradu menggema di seluruh medan pertempuran. Walaupun para penyerang itu berpakaian tidak seragam dan bermacam-macam, keahlian berpedang mereka luar biasa. Dengan perlengkapan yang baik, terlihat jelas kalau mereka berpengalaman, dan juga terlatih, setiap ayunan pedang mereka diarahkan ke titik vital lawan mereka.     

Dalam hujan tebasan, pasukan Xia roboh seperti daun karena serangan dahsyat itu. Hanya dalam hitungan menit, mereka sudah terpecah menjadi kelompok-kelompok kecil tanpa aturan atau pun formasi.     

Angin menjadi semakin kencang dan menyapu kulit semua orang bagaikan pedang. Di bawah selubung kegelapan, salju tampaknya mulai turun lagi, sementara pasukan yang menyerang itu membabat sisa-sisa pasukan Xia. Suara pertarungan bisa terdengar di mana-mana. Di padang salju yang bahkan tidak sampai 75 kilometer dari Kota Bei Shuo, pertempuran yang begitu hebat sedang berlangsung.     

"Lapor!" seorang prajurit melapor ke dalam. Di dalam tenda kecil yang dibangun terburu-buru, seorang jenderal sedang berjalan mondar mandir, sepertinya dia sedang menunggu seseorang.     

Pembawa pesan itu berjalan masuk dan mengabari dengan lantang, "Lapor. Ada musuh yang menyerah dan ingin bertemu dengan anda."     

Pria itu masih muda dan terlihat cukup tampan. Matanya panjang, dan bibirnya tipis. Dengan satu lirikan, bisa terlihat kalau pria ini pemberani dan tidak akan ragu-ragu, bahkan dalam bahaya sekali pun. Tetapi, pria itu terlihat agak kesal. Dia merengut. "Seorang tawanan Xia? Ada urusan apa dia? Apakah prajurit Yan Bei itu sudah kembali?"     

"Belum, Tuan. Mengenai tawanan itu, dia menolak untuk mengatakan apa pun selain meminta untuk bertemu dengan anda, Tuan."     

Komandan itu dengan santai melambaikan tangannya. "Bawa dia masuk."     

Saat Chu Qiao memasuki tenda itu, dia melihat si Jenderal sedang berbicara dengan beberapa orang prajurit Yan Bei yang tadi dia tangkap. "Bagaimana keadaan sang Nona? Apakah dia sehat?"     

"Dia cukup sehat, tetapi lain halnya dengan keberuntungannya. Secara tidak sengaja, saat ini dia menjadi seorang tawanan."     

Mendengar itu, sosok besar pria itu gemetar, dan dia menoleh ke belakang dengan cepat. Pria yang hampir berusia 30 tahun itu kehilangan kata-kata saat dia berlari mendekat, mulutnya menganga lebar, tidak bisa mengucapkan kalimat apa pun.     

"He Xiao, kamu memanggil aku kemari hanya untuk berdiri seperti ini saja?"     

"Nona! Kenapa bisa anda?" Wajah He Xiao penuh dengan kotoran dan debu, tetapi dia tidak bisa menutupi kebahagiaannya.     

Sambil membuka kerudungnya, Chu Qiao tersenyum. "Aku juga punya pertanyaan untukmu. Apa yang terjadi padamu? Mengapa kamu berhenti menjadi prajurit, dan membawa anak buahmu menjadi bandit? Kalau aku tidak melihat ini, aku sendiri tidak akan percaya."     

"Nona, kalau anda tidak ada, bagaimana kami bisa kembali dengan tenang?" He Xiao mendesah. Chu Qiao tahu kalau masalah mengenai Yan Xun yang meninggalkan Garnisun Utusan Barat Daya di Kota Zhen Huang masih menghantui pria ini. Gadis itu tidak mempermasalahkannya. Sambil menepuk punggung pria itu, Chu Qiao menenangkannya, "Sekarang, aku sudah kembali. Apakah kamu merasa lebih baik?"     

"Iya, memang. Kalau tidak kami tidak akan memilih cara yang begitu tidak langsung untuk mencari anda. Kami tidak berani mendekati Kota Bei Shuo karena kami takut akan menimbulkan kesalahpahaman. Saya hanya bisa menggunakan cara ini untuk menemui anda, Nona. Tolong maafkan kami," He Xiao menjelaskan dengan hormat.     

Chu Qiao tertawa. "He Xiao, sejak kapan kamu begitu formal dengan saya? Kita teman seperjuangan yang berjuang di dalam parit yang sama. Kamu kembali kemari di saat ini adalah sesuatu yang sangat aku syukuri."     

He Xiao tertawa terbahak-bahak. "Kalau begitu, Nona, anda juga tidak perlu berterima kasih kepada kami."     

Chu Qiao mengulurkan tangannya dan membenturkan kepalan tangannya dengan kepalan tangan He Xiao, dan mereka berdua tersenyum dalam reuni yang menggembirakan ini.     

Saat tengah malam, di bawah pimpinan Chu Qiao, pasukan yang seluruhnya terdiri dari kavaleri ringan berangkat dari padang salju ke arah Kota Bei Shuo, ke dalam wilayah yang akan segera berubah menjadi medan perang. Kembali pada sekitar pukul sembilan malam tadi, gerbang kota Bei Shuo tiba-tiba membunyikan genderang perang, dan seluruh ruang pertemuan menjadi sunyi. Para pemimpin pasukan semuanya terdiam. Pengintai baru saja melaporkan kalau pasukan Xia telah tiba dan akan segera memulai serangan pada Bei Shuo. Seorang pria paruh baya yang baru saja diangkat dari petani mengaku kalau dia melihat pasukan musuh dengan lebih dari 20 bendera, bersama dengan infanteri berat yang tak terhitung jumlahnya. Obor mereka membentang sampai lebih dari lima belas kilometer, dan pasukan terdepan mereka sudah di depan gerbang kota, dengan bala bantuan di belakangnya hanya berjarak lima belas kilometer di Dataran Huo Lei. Kalau Chu Qiao ada di sana, dia akan segera melihat ketidakcocokan dalam laporan ini. Kalau Xue Zhi Yuan ada di sini, dia akan dengan segera mempertanyakan kejanggalan dalam informasi ini. Tetapi sayangnya, mereka berdua tidak hadir. Cao Meng Tong menggosok dagunya dan melirik Xia An dari sudut matanya, lalu bertanya, "Jenderal Xia, bagaimana menurut anda?"     

Dengan mata setengah terpejam, Xia An terlihat seolah-olah dia menderita demensia[1]. Dia bergumam, "Jenderal, anda begitu bijaksana dan cerdas. Keinginan anda adalah keinginan saya. Saya bersedia berkumpul di belakang anda dan mengikuti perintah anda."     

Mata Cao Meng Tong berkedut dan dia mengumpat perlahan, "Dasar rubah tua yang licik" lalu mendengus. Akhirnya mereka tiba di sini. Bagus!     

Cao Meng Tong sudah tidak muda lagi. Dengan kemampuan dan latar belakang keluarganya, dia bisa memanjat sampai posisi seorang jenderal ini bukan sebuah kebetulan. Orang-orang yang kenal dengannya akan tahu kalau dalam sepuluh tahun terakhir, dia adalah satu-satunya jenderal yang tidak pernah kalah di Dataran Tinggi Yan Bei, dan dalam pelayanannya selama lebih dari seratus pertempuran, dia tidak pernah mencicipi kekalahan. Dari hal ini saja, Wu Daoya bukan siapa-siapa jika dibandingkan dengannya. Tetapi tidak terkalahkan adalah hal yang berbeda dengan menang. Sebaliknya, kemenangan mereka sangat sedikit dan jarang. Menurut Nyonya Yu, Pasukan Kedua adalah yang terbaik dalam pemindahan strategis yang masuk akal. Karena seumur hidup mereka berpegang dengan konsep ini, tentu saja konyol bagi mereka untuk menghadapi lawan secara langsung. Marsekal Cao yang hebat ingin menjaga inti dari pasukan Yan Bei.     

Kalau ini masih di masa lalu, dan Cao Meng Tong ditugaskan menjaga kota Bei Shuo dari serangan Xia yang berjumlah satu juta orang lebih, Cao Meng Tong pasti sudah memulai pelariannya sejak lama. Tetapi sekarang dia bisa lebih santai. Pada akhirnya, tidak ada orang yang ingin memiliki reputasi sebagai ahli kabur seumur hidup. Di masa lalu, pasukan Yan Bei adalah kumpulan pengemis, karena mereka tidak memiliki kekuatan atau pun sumber daya. Tetapi sekarang, dibiayai oleh Yan Xun, pasukan sudah diberi senjata berkualitas terbaik dan baju pelindung yang kuat, bersama dengan kuda-kuda yang banyak dan hampir satu juta prajurit. Ditambah lagi, wanita yang selalu mengikuti di belakang Yan Xun telah memasang begitu banyak alat yang berfungsi untuk pertahanan benteng. Walaupun dirinya belum tahu cara menggunakan sebagian besar dari alat-alat tersebut, tetapi dari beberapa yang sudah dia pelajari itu sudah cukup kuat. Di bawah pengarahan dari wanita itu, benteng ini telah diperkuat, dan sekelilingnya penuh dengan es. Kini benteng ini sungguh tidak terkalahkan.     

Serangan dari pasukan Xia ini akan membuat mereka menjadi sasaran terbuka di medan perang. Setelah datang menempuh ribuan kilometer, Jenderal Cao hanya perlu menunggu dan memanen prestasi yang mencengangkan. Dengan satu juta pasukan, pertahanan yang sudah diperkuat, senjata-senjata berkualitas, dan persediaan makanan yang memadai, apa lagi hasil yang mungkin terjadi dari perang ini selain kemenangan? Darah Cao Meng Tong mulai mendidih. Dengan kemenangan ini, reputasinya di Yan Bei akan sangat mengguncang dunia. Orang-orang tua yang berisik dari Da Tong itu akan membungkuk kepadanya, dan bocah kecil Yan Xun itu tidak akan berani berkomentar tentang dirinya lagi. Saat pemerintah Yan Bei semakin diperkuat oleh perang ini, Kekaisaran Xia akan kehabisan tenaga. Pada akhir perang, bahkan menyerbu ke dalam Kekaisaran Xia dan mengepung Kota Zhen Huang juga bukan hanya sebuah mimpi. Bayangan tentang mengulang kejadian 300 tahun lalu ketika keluarga Pei Luo menduduki Hong Chuan dan menggambar ulang peta untuk menciptakan kekaisaran mereka sendiri, muncul di benaknya. Bagi dia, seorang warga sipil yang akhirnya melangkah sampai puncak jalur kemenangan dan kekuasaan, itu adalah masa depan yang menakjubkan. Pertempuran Bei Shuo ini akan menjadi langkah pertama kebangkitannya!     

Cao Meng Tong sangat bersemangat dengan pemikiran-pemikiran itu, dan matanya menjadi merah dan nadinya berkedut-kedut di pelipisnya. Akhirnya, dia berdiri, dan menghadap ke lusinan jenderal Yan Bei, dia berkata dengan khidmat, "Kekaisaran Xia telah memerintah dengan egois dan kejam. Pertempuran Bei Shuo ini akan menjadi perang suci demi mempertahankan Yan Bei. Keselamatan Yan Bei bergantung pada satu pertempuran ini. Pertempuran ini tidak bisa dihindari. Saya memohon anda semua yang berada di sini untuk memberikan bantuan anda!"     

"Kami akan bertarung demi kemerdekaan!" Sorakan itu berkumandang serempak di dalam ruang pertemuan. Ketika para penjaga di pintu menoleh untuk melihat apa yang sedang terjadi, mereka hanya bisa melihat kepalan-kepalan tinju yang diacungkan di udara! Pertempuran Bei Shuo, mulai membuka tirainya pada saat ini!     

Pertanda yang menunjukkan kalau perang sedang mendekat, dengan cepat menyebar di seluruh Kota Bei Shuo. Suara-suara genderang perang menggaung di seluruh perkemahan. Pada saat ini, wakil jenderal dari pasukan barisan depan Pasukan Kedua, Xue Zhi Yuan menyerbu masuk ke dalam gerbang kota dan mengabarkan tentang ribuan pasukan Xia yang sedang bersembunyi di luar gerbang kota. Dengan demikian, gerbang barat yang awalnya terbuka langsung ditutup, melarang siapa pun untuk lewat. Xue Zhi Yuan terluka parah dan langsung pingsan setelah menjelaskan keadaan secara singkat. Tetapi setelah kedatangannya, sekelompok besar warga sipil yang melarikan diri dari pembantaian itu tiba. Walaupun mereka terus berkata kalau mereka datang untuk menjawab panggilan wajib militer, gerbang yang berat itu tidak terbuka bagi mereka.     

[1] Kemerosotan semua kegiatan pikiran karena kerusakan atau penyakit pada otak     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.