Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 163



Bab 163

0Gerbang utara bukanlah medan perang. Personil yang menjaga gerbang utara adalah penjaga asli dari kota itu. Song Qi Feng bertanya, "Apakah kalian tidak memeriksa izin itu dulu?"     
0

"Jenderal Song, kalian adalah izin hidup. Untuk apa lagi saya memeriksa itu?"     

"Haha, terima kasih banyak, Saudara."     

Harapan terakhir di hati Chu Qiao pun padam. Kuda perang itu memacu di dalam cuaca dingin. Chu Qiao merasa dingin di dalam hatinya. Tanpa dirinya, apa yang akan terjadi kepada Kota Chi Du? Apakah prajurit Garnisun Utusan Barat Daya akan merasa mereka ditinggalkan lagi? Sedangkan para warga yang sudah begitu memercayainya …. Ke mana mereka akan pergi?     

Langit mulai terang, menandakan malam sudah berakhir. Sudah fajar keesokan harinya. Chu Qiao dibantu untuk turun dari kereta itu oleh seseorang dan dibawa ke dalam tenda. Setelah ikatannya dibuka, dia melepaskan kain hitam yang digunakan untuk menutup matanya. Dia terkejut melihat Nyonya Yu berdiri di depannya, wajahnya terlihat lembut. Nyonya Yu menyerahkan handuk hangat kepada Chu Qiao dan berkata dengan tenang, "Seka dulu wajahmu. Sudah menyusahkan kamu, bepergian sepanjang malam."     

"Nyonya Yu?"     

Nyonya Yu memakai jubah putih dari katun. Wajahnya kurus; kelopak matanya sedikit cekung. Ada beberapa kerutan di sudut matanya. "Ini saya."     

Pandangan di mata Chu Qiao berubah dari rasa terkejut menjadi tidak percaya. Sambil mengernyit, dia bertanya dengan suara rendah, "Mengapa?"     

"Tempat ini tidak aman. Bei Shuo tidak akan bertahan lama. Tanpamu, Kota Chi Du mungkin tidak bisa bertahan melewati hari ini. Ikuti aku pergi dari sini dahulu. Aku akan menjelaskan padamu dalam perjalanan."     

"Beri tahu aku dahulu. Mengapa?" Pandangan di mata Chu Qiao sangat dingin. Dia menatap sosok penting dalam kemiliteran Yan Bei itu dengan dingin, mengucapkan kata demi kata, "Anda sudah tahu keadaan di Yan Bei selama ini? Anda tahu betapa tidak terkendalinya sikap orang-orang itu?"     

Nyonya Yu mengangguk dan menjawab dengan tenang, "Iya, saya tahu."     

"Pasukan Xia terbagi menjadi dua arah, menduduki Pegunungan He Lan dan menyerang Kota Chi Du. Apakah anda tahu?"     

"Saya tahu," Nyonya Yu menjawab dengan tenang.     

"Cao Meng Tong menarik warga sipil ke dalam tentara di Bei Shuo, menggunakan mereka sebagai tameng. Dia mengorbankan orang-orang tidak bersalah itu."     

"Saya tahu."     

"Warga Chi Du meninggalkan rumah mereka dan pergi ke kota Lan. Banyak di antara mereka yang mati beku dan kelaparan dalam perjalanan."     

"Saya tahu."     

"Begitu pasukan Xia menembus Chi Du, mereka bisa mengepung Bei Shuo dari kedua arah. Satu juta warga Bei Shuo akan meninggal. Seluruh wilayah timur dari Yan Bei akan jatuh ke dalam tangan pasukan Xia. Begitu mereka memasuki bagian dalam dataran Yan Bei, semua warga yang tinggal di sisi timur Gunung Luo Ri akan dibantai!"     

"Saya tahu." Sejak awal, Nyonya Yu tetap tenang. Dia terus mendengarkan seakan-akan mereka hanya sedang berbincang mengenai kejadian sehari-hari.     

Dada Chu Qiao kembang kempis. Dia mengepalkan tinjunya, sambil mengernyit, dan bertanya dengan suara rendah, "Mengapa? Kalau anda tahu semua ini, mengapa anda tidak menghentikannya? Mengapa anda membiarkan keadaan yang awalnya menguntungkan memburuk sampai seperti ini?"     

Nyonya Yu melihat Chu Qiao dengan pandangan yang hangat dan bijak. Dengan tenang, dia menjawab, "AhChu, sampai di titik ini, apakah kamu masih tidak mengerti apa yang sedang terjadi?"     

Chu Qiao membeku; sebuah pikiran yang menakutkan terbentuk di dalam benaknya bagaikan pedang tajam yang menusuk otaknya.     

Nyonya Yu tersenyum datar. "Tidak ada prajurit di dalam kota Lan. Pasukan di Gunung Luo Ri sudah ditarik juga. Tidak hanya Kota Lan, namun di seluruh dataran Yan Bei bagian dalam. Tidak ada prajurit. Dataran utama seperti arena pacu saat ini. Kalau ada seorang prajurit Xia yang memasuki tempat itu, bisa dibilang mereka sudah menang. Saya tidak berdaya menghentikan Jenderal Cao, dan saya juga tidak diberi kewenangan untuk itu. Satu-satunya alasan saya masih menunggu di sini adalah untuk membawamu pergi dari tempat ini. Selain itu, saya tidak menerima perintah lainnya."     

Chu Qiao merasa seperti dia baru saja dihempaskan ke tanah bersalju. Dia kehilangan keseimbangan, hampir terjatuh ke tanah. Hatinya terasa sesak, seakan-akan sudah dibekukan oleh es. Setiap gerakan terasa sakit. Dia menarik napas dalam-dalam tetapi rasanya seperti dadanya tersumbat. Dia membuka mulutnya dan mengerutkan dahinya. Semua hal mulai terhubung di dalam benaknya, menjadi satu rantai kejadian yang menakutkan.     

"Yan Xun …."     

"Yang Mulia juga tidak berada di Jalur Mei Lin."     

Hanya dengan satu kalimat itu, semua kepercayaan Chu Qiao sudah dipadamkan. Semua pikirannya seperti panah tajam yang menembus kulitnya, menyebabkan rasa sakit yang sangat perih. Namun, dia tidak bisa mengucapkan satu kata pun. Tubuhnya tersentak ke belakang. Dia bersandar kepada sebuah tiang. Dadanya kembang kempis saat dia menarik napas panjang. Dia ingin mengucapkan sesuatu tetapi tidak bisa.     

Nyonya Yu melanjutkan dengan tenang, "Yang Mulia memerintahkan saya untuk membawa anda pergi. Saya menunggu di Kota Lan untuk waktu yang lama namun tidak melihat anda. Maka, saya tahu kalau anda menemui masalah dalam perjalanan. Dan juga, pasukan Bei Shuo tidak tahu aturan. Saya terpaksa membawa anda kemari dengan paksaan. Tolong maafkan saya."     

"Kalian sudah gila." terdengar sebuah suara rendah, yang kehabisan napas. Chu Qiao membungkukkan punggungnya dan melihat ke atas, matanya merah. Dia menatap Nyonya Yu dengan dingin, lalu menggeleng dan berteriak, "Ini terlalu gila!"     

"Walaupun gila, tetapi berhasil. Pasukan Yang Mulia sudah menerobos Provinsi Chang Ting. Kita sudah menaklukkan lebih dari 30 provinsi di barat laut, sekaligus melenyapkan seluruh keluarga Batuha. Saat ini, pasukan utama Xia berkumpul di Yan Bei. Pasukan perbatasan mereka ditempatkan di perbatasan yang memisahkan Tang dan Song. Pasukan di dataran utama mereka sudah terkuras. Song bekerja sama dengan kita dengan cara melakukan beberapa pelatihan militer besar-besaran di perbatasan Xia, untuk mengalihkan perhatian mereka. Pada saat ini, kita hanya perlu memancing pasukan utama Xia ke dalam Yan Bei, memotong jalur komunikasi mereka dengan membunuh pengintai mereka dan memanfaatkan salju untuk keuntungan kita. Pasukan kita sedang berkecepatan penuh. Dalam waktu setengah bulan, kita akan mengepung Kota Zhen Huang! Bahkan jika pasukan mereka di utara bisa merespons, kita sudah menguasai sebagian besar dari Xia. Bahkan jika mereka melawan kembali, mereka akan tertahan di luar Jalur Yan Ming!" Nyonya Yu berjalan maju, membantu Chu Qiao merapikan rambutnya. Dengan tenang, dia melanjutkan lagi, "AhChu, Yang Mulia tahu kalau anda tidak akan pernah setuju dengan rencana ini, maka dia menyembunyikannya dari anda. Namun, ini tidak berarti beliau tidak memercayai anda. Kita sanggup menahan satu serbuan dari Xia, tetapi lain halnya dengan dua serbuan. Letak geografis Yan Bei tidak menguntungkan, yang sangat memengaruhi perkembangan kita. Tidak peduli seberapa keras kita berusaha, kita tidak bisa dibandingkan dengan dataran utama Xia terutama di bagian dalam. Terlebih lagi, kita memiliki kelemahan berupa orang-orang Quan Rong, yang mengancam kedaulatan kita. Maka, melancarkan serangan balasan mendadak dan bertukar tempat di mana kita akan mendirikan kekaisaran kita adalah satu-satunya cara untuk membalikkan keadaan dan menjadi tak terkalahkan. Anda adalah orang yang paling dekat dengannya. Seharusnya anda bisa mengerti dia."     

"Karena perubahan strategi ini, kalian ingin menggunakan jutaan warga di Yan Bei sebagai umpan?" Chu Qiao menjawab dengan suara yang lelah. Dia mendongak, matanya merah. Hari-hari penuh kerja keras dan harapan menghilang di udara. Dia sudah mencurigai alasan Yan Xun menyerang Jalur Mei Lin sebenarnya untuk mengurangi kekuatan dari Pasukan Kedua, demi menguatkan posisinya di dalam Yan Bei. Tetapi, dia tidak menyadari kalau ambisi Yan Xun bukan terletak di Yan Bei. Pria itu sudah memasang perangkap besar di Kota Bei Shuo, menggunakan jutaan warga sebagai umpan untuk memancing pasukan Xia. Lalu, dia mulai menjalankan strateginya, yang dinilai tidak etis oleh seluruh dunia, membawa Pasukan Pertama dan pasukan elite dari Gunung Luo Ri untuk menyerang jantung dari Kekaisaran Xia. Mengandalkan kekuatan militernya dan memotong jalur komunikasi Xia, dia akan memaksa masuk ke dataran Xia dengan kecepatan yang mengerikan, lalu mendudukinya.     

Chu Qiao tertawa pahit. Ini adalah gaya perang yang sangat kuat, tidak terkekang, dan belum pernah dijelajahi. Ini adalah rencana yang sangat gila. Ini sama saja dengan misalnya Amerika Serikat di dunia modern menyerbu Irak, sementara warga Irak meninggalkan tanah mereka dan menyerbu ke Amerika Serikat, lalu mendudukinya. Saat Amerika Serikat menyatakan kemenangan mereka atas Irak, mereka baru menyadari kalau tanah milik mereka sudah dilenyapkan. Kesempatan ini memang, hanya sekali seumur hidup.     

Pantas saja Yan Xun memaksa memecahkan pasukannya untuk menyerang Jalur Mei Lin sebelum perang dimulai. Pantas saja Yan Xun tidak mau membawa Chu Qiao bersamanya. Pantas saja Yan Xun memilih orang dungu seperti Cao Meng Tong untuk menjaga Bei Shuo, memberinya izin untuk mengatur pasukannya semaunya. Yan Xun ingin membuatnya tampak seolah-olah Yan Bei sedang bersiap untuk melawan sekuat tenaga, untuk mengalihkan perhatian Xia ke sana. Pantas saja semua permintaan tolong Chu Qiao tidak digubris, dan pengawal-pengawalnya adalah orang-orang kepercayaan Yan Xun, dan Kota Lan tidak menentang sikap Bei Shuo yang semena-mena! Yan Xun sangat cerdik dan bisa membuat begitu banyak rencana yang menakutkan dan dirahasiakan. Bahkan Chu Qiao, yang telah dididik dengan cara perang zaman modern, masih tidak bisa memikirkan hal ini. Yan Xun memang sangat pandai.     

"Nyonya Yu, apakah anda ingat apa yang anda katakan pada saya pada saat kita pertama kali bertemu?"     

Nyonya Yu tertegun; wajahnya pucat. Namun, dia masih bisa menjawab dengan perlahan, "Saya mengatakan bahwa saya berharap suatu hari nanti, Yan Bei tidak akan ada anak yatim piatu seperti anda lagi."     

"Itu benar." Chu Qiao tertawa getir. "Kalian sudah melakukannya dengan baik. Begitu kalian memenangkan perang ini, Yan Bei tidak akan ada anak yatim piatu seperti saya lagi. Semua orang di Yan Bei sudah mati."     

Tatapan di mata Nyonya Yu menciut. Setelah cukup lama, dia menjawab dengan suara rendah, "Kalau seseorang mendambakan kemerdekaan, ada harga yang harus dibayar."     

Chu Qiao melihat wanita itu dengan jijik. "Bagus sekali. Semua orang di Yan Bei akan mati, sementara kalian menikmati kemewahan tanpa akhir, menaiki tahta kepemimpinan tertinggi. Ini adalah harga yang harus dibayarkan oleh warga Yan Bei demi kemerdekaan!"     

"AhChu!" Nyonya Yu memegang lengan Chu Qiao, lalu melanjutkan kata-katanya dengan terburu-buru. "Jangan begitu ekstrem. Ini adalah strategi yang benar! Ini sebuah hal bagus, sebuah prestasi besar! Tidakkah anda lihat? Gerbang Xia akan terbuka. Istana Sheng Jin akan terguncang oleh kekuatan dari pasukan Yan Bei!"     

"Jangan sentuh saya!" Chu Qiao membalas dengan tatapan sedih di matanya. "Saya tahu kalau ini strategi yang benar, tetapi kalian menelantarkan orang-orang kalian! Orang-orang yang sudah mendukung kalian melalui berbagai hal, melewati masa-masa sulit kalian! Kalian mengecewakan mereka! Kalian menipu jutaan dari mereka dan mendorong mereka ke lubang yang dalam! Kalian melakukan ini demi kemewahan, demi perebutan kekuasaan kalian sendiri, sementara kalian mengorbankan nyawa jutaan orang! Nyonya Yu!" Mata Chu Qiao merah. Air mata mulai mengalir turun di wajahnya. Dia menggigit bibir bawahnya dengan erat dan melanjutkan, "Mengapa? Mengapa kalian semua tega? Apakah anda sudah melupakan apa yang pernah anda katakan? Saat ini, tidak peduli seberapa sulitnya itu, tidak peduli masalah apa yang saya temui, saya terus berharap kalau kalian akan datang untuk menyelamatkanku. Bahkan pengkhianat seperti Garnisun Utusan Barat Daya bisa pulang kembali dan melindungi para rakyat! Mengapa kalian memilih untuk meninggalkan mereka? Apakah anda tahu? Orang-orang di Kota Chi Du mengidolakan Tuan Wu dan anda. Mereka menyembah kalian berdua di meja altar mereka, membakar tiga dupa di pagi, siang dan malam. Hal ini karena mereka berdoa agar kalian berdua bisa panjang umur. Mereka menganggap kalian sebagai pelindung Yan Bei. Asalkan kalian berdua masih hidup, masih ada harapan bagi Yan Bei. Mereka meninggalkan rumah mereka dan melarikan diri ke arah Kota Lan. Mereka tidak sempat membawa ransum makanan mereka, tetapi masih ingat untuk membawa papan nama kalian dari altar mereka. Lihat saja sendiri, begitu banyak dupa yang terbakar untuk anda di sepanjang perjalanan. Bagaimana anda akan menghadapi mereka?"     

Nyonya Yu menarik napas dalam-dalam dan mengerutkan dahinya. Dengan susah payah, dia menjawab, "Saya melakukan ini demi Da Tong, untuk mewujudkan impian semua orang."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.