Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 167



Bab 167

0Enam jam kemudian, Zhao Yang yang sempat tertahan oleh api di Chi Du, mengepung kota Bei Shuo bersama 500.000 pasukan, yang terdiri dari Pasukan Barat Laut dan sisa-sisa Pasukan Barat Daya!     
0

Di dalam ruang pertemuan, Chu Qiao sudah mengambil alih posisi Cao Meng Tong. Gadis itu berpakaian serba hitam, duduk tegak di kursi milik jenderal tua tersebut sambil menatap ke orang-orang di hadapannya. Wajah-wajah yang dia kenal telah menghilang. Lebih dari sepuluh orang komandan, yang merasa kalau situasi tidak mendukung bagi mereka, telah melarikan diri dengan membawa pasukan pribadi mereka. Para komandan Pasukan Kedua tidak terlihat di mana pun, sementara pimpinan Pasukan Ketiga sudah menyerah kepada Xia, bersama pasukannya sejumlah 50.000 orang. Jenderal dari Bei Shuo, Xia An, melihat kalau mereka akan kalah, melarikan diri ke bagian dalam dataran Yan Bei bersama pasukan pertahanan Bei Shuo, mengaku kalau mereka sedang mengejar para desertir.     

Orang-orang yang duduk di dalam ruang pertemuan ini adalah para komandan berpangkat menengah ke bawah. Di kursi yang diperuntukkan kepada pimpinan dari bagian ketujuh dari peleton kedelapan dari Pasukan Kedua, duduk seorang koki gemuk. Pimpinan mereka telah kabur dari medan perang bersama 5.000 orang. Dia menolak untuk pergi, dan berusaha membujuk rekan-rekannya yang lain untuk mempertahankan Bei Shuo bersamanya. Namun, dia justru dipukuli sampai hampir mati. Saat ini, semua rekannya yang lain telah meninggal, hanya menyisakan dia sendiri. Ketika Chu Qiao memanggil semua perwakilan dari setiap bagian militer agar menghadiri pertemuan ini, sudah tidak ada orang lain dari bagian itu selain koki ini. Maka, bahkan tanpa melepaskan celemeknya, dia bergegas untuk menghadiri pertemuan ini.     

Di masa penuh gejolak ini, di mana keberadaan negara terancam, orang-orang yang paling setia bukanlah para pejabat berpangkat tinggi yang menikmati hidup mewah. Mereka sibuk berusaha untuk kabur dan menyerah, berusaha mengkhianati teman sebangsanya demi mencari aman sendiri. Pada saat seperti ini, orang-orang kecil yang dianggap tidak penting justru yang maju dan mengemban tanggung jawab untuk melindungi negara mereka. Kejadian di dunia ini memang seringkali terasa seperti sedang mengejek mereka.     

"Jenderal, apa yang harus kita lakukan?" Yin Liang Yu adalah seorang pelajar yang sebelumnya bertugas di Departemen Persediaan Militer. Tugasnya adalah mencatat pergerakan ransum. Ketika atasannya kabur, orang itu melemparkan tugasnya kepada Yin Liang Yu, berkata kalau ia sudah dipromosikan untuk menerima jabatan ini. Sebelum Yin Liang Yu sempat menolak, pria itu sudah menghilang. Setelah itu, Yin Liang Yu sudah dipromosikan lebih dari 20 tingkatan pangkat dalam dua hari, sampai menjadi wakil komandan Pasukan Kedua dan sosok dengan wewenang kedua tertinggi di dalam Kota Bei Shuo.     

Chu Qiao berbalik dan berkata dengan tenang, "Kalian semua boleh mengutarakan pendapat kalian."     

Kerumunan itu tetap diam, hanya saling menatap dengan berhati-hati. Mereka adalah orang-orang tak dikenal yang sebelumnya hanya bertarung di garis depan. Bagaimana mungkin mereka punya ide? Setelah sejenak, seorang prajurit wajib militer yang terlihat polos berdiri. Dia memakai pakaian biasa yang sudah bernoda darah, sementara yang lainnya bahkan tidak yakin kalau pakaian itu memang miliknya.     

Menyadari kalau tatapan semua orang tertuju padanya, pria itu menjadi malu. Dia sempat ragu cukup lama sebelum mengumpulkan keberaniannya untuk berbisik, "Saya adalah prajurit dari Desa Xi Tao. Tetua di desa saya telah terluka, maka mereka mengirimkan saya kemari. Mereka ingin saya bertanya apakah Jenderal akan kabur? Apakah anda akan meninggalkan kami?"     

"Itu benar!" seseorang menyahut. "Jenderal, apakah anda akan seperti Jenderal Xia An? Dia mengaku mengejar para desertir, tetapi dia sendiri tidak pernah kembali."     

Chu Qiao menjawab dengan tenang, "Tenang saja. Bahkan jika kita akan mundur, saya akan menjadi orang terakhir yang melangkah keluar dari gerbang kota Bei Shuo."     

"Baguslah!" Semua orang menghela napas lega.     

Seorang pria dengan wajah berewok tiba-tiba berseru, "Saya tidak paham taktik apa-apa. Apa pun yang Jenderal ingin saya lakukan, akan saya lakukan."     

"Betul!"     

"Iya, kami akan menuruti perintah Jenderal!"     

Chu Qiao berpikir cukup lama lalu akhirnya dia berdiri dan berkata, "Kalau begitu, segera kembali dan kumpulkan para prajurit. Sebelum fajar, kita akan bertempur sampai mati dengan Pasukan Xia!"     

Semua orang di dalam ruangan menurut, tampaknya mereka lebih siap mengikuti perintah daripada menyampaikan pendapat mereka. Dalam sejenak, ruang pertemuan sudah sunyi kembali. Yin Liang Yu duduk di kursinya seperti ingin menanyakan sesuatu.     

"Jenderal Yin, silakan ungkapan apa yang ada di pikiran anda."     

Yin Liang Yu berpikir cukup lama sebelum berkata, "Jenderal, saya tidak tahu banyak mengenai peperangan militer. Namun, tiga hari lalu, ketika Jenderal Yu Ze Qi dari Pasukan Ketiga melarikan diri, dia membakar sebagian besar gudang ransum. Saat ini, hanya ada kurang dari 40.000 pasukan yang terlatih di dalam kota. Bahkan dengan 30.000 orang yang anda bawa, semuanya tidak sampai 70.000 orang. Sebagian besar dari mereka adalah prajurit wajib militer. Pasukan Xia sangat kuat. Apakah kita bisa mengalahkan mereka jika kita berhadapan dengan mereka secara langsung?"     

Chu Qiao merengut. Saat dia mau menjawab, Yin Liang Yu segera menjelaskan, "Saya tidak berniat untuk kabur. Saya … saya hanya sedikit khawatir."     

Chu Qiao tersenyum dan menjawab, "Jenderal Yin, saya tahu anda tidak berniat untuk kabur, tetapi anda tidak perlu begitu pesimis. Kalau saya bersedia tinggal di sini, maka saya memiliki keyakinan untuk memenangkan pertempuran ini."     

Yin Liang Yu berdiri dan berkata dengan semangat, "Apakah Jenderal memiliki cara jitu untuk menang?"     

"Saya tidak bisa menjamin kemenangan, tetapi saya memiliki satu berita yang mungkin kamu ingin dengar."     

"Berita apa?"     

"Pasukan Pertama yang dipimpin oleh Yang Mulia, bersama dengan pasukan dari Luo Ri yang dipimpin oleh Nyonya Yu, sedang kembali untuk membantu kita. Asalkan kita bisa bertahan sepuluh hari, mereka akan tiba."     

Yin Liang Yu tidak bisa menahan kegembiraannya dan bertanya, "Benarkah itu? Benarkah itu, Jenderal?"     

"Iya," Chu Qiao tersenyum. "Pergi dan sebarkan berita baik ini kepada semua orang!"     

Yin Liang Yu bergegas keluar dari pintu dengan semangat. Melihat bayangan pria itu menghilang di kejauhan, senyuman di wajah Chu Qiao menghilang; wajahnya yang serius kembali lagi. Tidak ada yang tahu kalau Yan Xun telah mengumpulkan Pasukan Pertama dan Pasukan Luo Ri untuk menyerang ke daratan Xia. Pertama, Chu Qiao masih waspada dengan pengkhianat di dalam pasukan. Begitu kata-kata ini mencapai Zhao Yang, walaupun krisis di Bei Shuo bisa dihindari, tetapi jalur Yan Xun akan terhalang, membuatnya jatuh ke dalam keadaan yang genting. Ini adalah kekhawatiran utama gadis itu.     

Kedua, begitu berita ini bocor, semua orang akan tahu kalau Yan Xun telah mengkhianati Yan Bei. Kalau semangat para prajurit terpengaruh, tidak ada gunanya lagi mereka terus bertarung. Sebelumnya Chu Qiao mempertahankan Chi Du untuk melindungi daratan bagian dalam Yan Bei. Kalau pasukan Bei Shuo dikalahkan, masih ada jalur untuk melarikan diri. Namun, saat ini, pasukan di daratan bagian dalam itu tidak ada, dan tidak seorang pun bertahan di sepanjang Gunung Luo Ri. Tidak ada gunanya mereka melarikan diri ke dalam, karena itu hanya akan memancing musuh ke dalam daratan, dan membuat mereka menyadari kalau di sana tidak ada pasukan. Dengan kata lain, seluruh kekuatan militer Yan Bei terkumpul di Kota Bei Shuo saat ini. Kalau Bei Shuo jatuh, Yan Bei akan ikut jatuh. Maka, dia menyerahkan Chi Du dan bergegas ke Bei Shuo.     

Sedangkan Yan Xun, apakah dia akan kembali? Apakah dia akan melepaskan kesempatan untuk menaklukkan seluruh kekaisaran dan membalaskan dendamnya?     

Salju berkecamuk di luar sana. Chu Qiao duduk di kursinya dan cahaya lilin memantul di dahinya yang berkilau. Sebuah keyakinan tiba-tiba muncul dari dalam hatinya, membakar terang dari dalam seperti api.     

"Iya, dia pasti akan kembali."     

Saat fajar merekah, pasukan Xia mendekat dari kaki langit dalam barisan yang rapi dan tidak berujung. Banyak mayat, bersama dengan senjata yang mereka bawa, tergeletak di medan perang sebagai hasil dari pertempuran sebelumnya. Walaupun semalam salju turun dengan lebat, tanah di depan Kota Bei Shuo masih berwarna merah terang. Bunga-bunga, tidak takut dengan cuaca yang keras, terus bermekaran. Cahaya matahari memantul di atas medan perang, menonjolkan penampilannya yang kemerahan.     

Perang terus berlanjut dengan cepat. Zhao Yang, setelah mengalami kekalahan di hari-hari sebelumnya, mulai kehilangan kesabarannya. Dia tidak lagi mengatur pasukannya dengan baik atau membuat strategi. Pasukannya yang berjumlah 500.000 orang menyerbu maju dengan semangat.     

500.000 prajurit itu mulai mengatur diri mereka sendiri di medan perang, melepaskan pekikan perang mereka. Para prajurit yang berdiri di atas tembok Bei Shuo gemetar ketakutan, mereka bisa merasakan tanah di bawah mereka bergetar.     

Para prajurit Bei Shuo menjadi pucat karena ketakutan. Dibandingkan dengan Pasukan Barat Daya milik Zhao Qi yang hanya mengandalkan jumlah mereka, Pasukan Barat Laut milik Zhao Yang ini lebih berpengalaman dan beringas. Mereka tidak bisa membayangkan bagaimana Chu Qiao, bersama kurang dari 10.000 prajurit dari Garnisun Utusan Barat Daya, bisa menahan mereka begitu lama. Tetapi, mereka tidak memiliki waktu untuk memikirkan ini lagi. Pasukan Xia bergegas menuju ke kota, seperti gelombang air banjir.     

"Bunuh para musuh!" pasukan Xia berteriak, seperti gunung berapi yang baru saja meletus.     

"Ikuti aba-aba saya!" He Xiao berdiri di atas tembok kota. Pemuda itu telah tumbuh menjadi matang dengan banyaknya pertempuran yang dia ikuti. Dengan memegang pedangnya di tangan, dia memberi perintah dengan suara rendah, "Bersiap-siap!"     

"Seksi 1, bersiap menyerang!"     

"Seksi 2, bersiap menyerang!"     

"Seksi 3, bersiap menyerang!"     

"Seksi 4, bersiap menyerang!"     

….     

"Seksi 17, bersiap menyerang!"     

Teriakan itu terdengar berulang-ulang. Saat ini, Garnisun Utusan Barat Daya hanya tersisa kurang dari 3.000 orang. 7.000 orang lainnya direkrut dari pasukan wajib militer dari Chi Du untuk memperkuat pasukan tersebut. Setelah kematian Cao Meng Tong, prajurit elite dari Pasukan Kedua menjadi prajurit pribadi Chu Qiao. Secara keseluruhan ada 30.000 orang yang menjadi pasukan inti dalam pertempuran ini. Pada saat ini, di hadapan mereka ada busur silang besar yang tingginya mencapai setengah tinggi manusia. Chu Qiao yang merancang senjata ini dan menugaskan Departemen Persediaan Militer untuk membuat senjata-senjata tersebut. Tetapi, saat dia pergi, tidak ada orang yang tahu bagaimana merakit dan menggunakan senjata itu. Akhirnya, 3.000 senjata ini masih terjaga dalam kondisi yang baik.     

Busur silang itu didorong ke dalam kotak-kotak mereka. Senjata ini telah melampaui waktu dan dirancang dengan konsep teknologi modern. Mereka mampu menembakkan 28 anak panah sekaligus sebanyak 3 kali, dan sudah dikalibrasi dengan indra empat dimensi. Dalam satu hembusan napas, busur silang ini sanggup menembakkan 84 anak panah ke empat arah dengan kekuatan yang menakjubkan. Mereka sebanding dengan senapan mesin ringan.     

Suara busur silang yang berisik terus terdengar. Saat musuh mendekat, pasukan kavaleri mereka melewati pasukan infanteri dan berlari ke depan. Komandan mereka berteriak, "Bunuh para barbar dari utara ini!" Para prajuritnya berlari maju, terus berteriak ingin membunuh lawan mereka.     

He Xiao tidak terpengaruh. Setelah sesaat, dengan tegas dia berkata, "Serang!"     

Dengan bunyi mendesing! Langit berubah menjadi hitam pekat seakan-akan selembar kain hitam yang besar telah menutupi angkasa. Panah-panah melesat keluar dari 3.000 busur silang tersebut. Tidak ada makhluk hidup yang bisa bertahan dari serangan itu. Tidak ada tempat untuk melarikan diri atau mundur. Kejadian di Kota Chi Du terulang lagi saat pasukan besar kavaleri itu roboh di bawah hujan panah. Setelah hujan panah itu berhenti, tidak ada yang masih hidup di dalam jarak tembaknya yang sejauh 400 langkah.     

Pada saat itu juga, mata semua orang membelalak. Rahang pasukan Xia menganga; tak seorang pun berani maju, terutama para prajurit dari Pasukan Barat Daya yang tidak pernah melihat hal seperti ini. Zhao Yang sangat marah, dia hampir berlari maju dengan pedangnya. Dia sengaja bergegas ke sini semalaman dan mengatur pasukannya dengan buru-buru untuk segera memulai serangan, karena takut Chu Qiao bisa membuat senjata yang menakutkan seperti ini sebelum perang dimulai. Dia tidak pernah menyangka dirinya ketinggalan satu langkah. Dia tidak tahu kalau senjata ini sejak awal sudah ada di dalam Kota Bei Shuo. Tentu saja, bukan hanya dia, banyak orang yang juga berpikiran sama. Lagi pula, kalau senjata-senjata ini ada di sini sejak awal, mengapa Cao Meng Tong menderita kekalahan yang begitu telak?     

"Serang! Mereka yang mundur akan mati!" Teriakan mulai terdengar dari pihak Xia lagi. Para prajurit dengan baju pelindung dan perisai mengambil posisi di barisan depan, melanjutkan pengepungan terhadap kota tersebut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.