Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 188



Bab 188

0"Siapa kamu?" Merasa dipermalukan, He Xiao berteriak.     
0

Wanita itu bahkan tidak melirik He Xiao, dan hanya tersenyum kepada wanita lain yang sedang mendekatinya, sambil bertanya, "Apakah kamu Chu Qiao?"     

Chu Qiao mengangguk. Dia melihat kalau pengacau itu adalah seorang wanita dengan mata yang indah dan kulit yang halus. Matanya hangat dan ekspresinya lembut. Dalam sekilas, orang bisa salah melihat kulitnya yang putih bersih dan menganggapnya salju, dan mengira matanya yang hitam pekat sebagai langit malam. Di wajah wanita tersebut, ada setitik ketampanan saat dia mengamati Chu Qiao dengan lancang. Tetapi, apa yang menarik perhatian Chu Qiao bukanlah penampilan wanita itu, melainkan mantel yang sedang dia pakai. Kalau dia tidak salah ingat, mantel itu dipakai oleh Zhuge Yue sehari sebelumnya. Melihat itu, Chu Qiao mengerutkan alisnya.     

"Tuanku meminta aku untuk menyerahkan ini kepada kamu." Itu adalah Pedang Can Hong. Chu Qiao mengambilnya dan berterima kasih kepada wanita tersebut. "Terima kasih. Boleh saya tahu nama anda?"     

"Marga saya Meng. Saya yakin kita akan segera bertemu lagi. Selamat tinggal." Setelah berkata demikian, wanita itu menarik tali kekang kudanya, dan kuda itu dengan gesit berbalik badan dan memacu pergi, meninggalkan Komandan He Xiao yang mengamuk terpaku di tempat.     

"Nona, siapa wanita itu?"     

Orang-orang yang mengawal Chu Qiao semuanya adalah pasukan elite dari Garnisun Utusan Barat Daya, dan semuanya adalah prajurit yang dia percaya. Chu Qiao tidak menyembunyikan apa pun, dan menjawabnya dengan tenang, "Aku yakin dia adalah Jenderal Meng Feng, yang sudah terkenal di pertempuran akhir-akhir ini."     

"Meng Feng? Cucu dari Meng Tian?"     

Chu Qiao tidak berbicara, dan hanya mencabut Pedang Can Hong dari sarungnya. Dia hampir bisa melihat pantulan matanya di pedang yang sudah dipoles itu. Sudah dua tahun sejak terakhir kali Chu Qiao melihat pedang ini, dan dia sudah terbiasa dengan genggaman Pedang Penghancur Bulan selama dua tahun terakhir.     

Ge Qi bertanya perlahan, "Dia cucu dari Meng Tian? Tapi dia tidak mirip. Sejujurnya, aku rasa dia mirip Nyonya Bai Sheng."     

"Jangan sampai dia dengar itu!" He Xiao menjelaskan dengan cepat, "Dia diadopsi oleh Jenderal Meng Tian, dan telah dididik sebagai pria sejak muda. Dia bahkan belajar di Aula Shang Wu bersama putra-putra lain dari keluarga Meng. Setelah Zhuge Yue naik pangkat menjadi Kepala Komandan, wanita itu ditugaskan sebagai bawahannya. Selama setengah tahun terakhir, dia sangat aktif di baris depan. Mengapa tiba-tiba dia muncul di sini? Nona, apakah kita perlu mengejarnya untuk mencari tahu lebih lanjut? Mungkin ada konspirasi di sini."     

Chu Qiao tidak menjawab, dan hanya terus mengamati pedang tersebut. Hanya setelah He Xiao memanggilnya beberapa kali, baru gadis itu akhirnya menjawab. Dengan tenang Chu Qiao memerintahkan, "Sebaiknya semua orang berpura-pura tidak ada yang terjadi hari ini." Setelah mendengar itu, semua orang mengerti maksudnya, dan mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka.     

Pada saat ini, Meng Feng sudah menyusul Zhuge Yue dan yang lainnya yang sedang menyamar. Setelah diam-diam melepaskan mantelnya, dia menyerahkannya kepada pelayan Zhuge Yue. Setelah berganti menjadi pakaiannya yang biasa, dia berjalan menghampiri Zhuge Yue dengan santai, dan memberi tahu pria itu, "Barang itu sudah dikirimkan."     

Zhuge Yue bersikap seolah dia tidak mendengar apa pun, dan hanya berjalan pergi. Meng Feng tersenyum saat dia melihat sosok pria itu. Dalam benaknya, wanita itu mulai menganalisis pikiran pria tersebut. Biasanya, ada dua kondisi di mana seseorang berjalan pergi tanpa menunggu lawan bicaranya selesai berbicara. Yang pertama yaitu ketika dia sama sekali tidak tertarik; yang kedua yaitu ketika dia takut pikirannya bisa ditebak oleh orang lain. Melihat teman sekelasnya dari Aula Shang Wu, wanita itu mulai bersiul dengan santai sambil merasa lucu. Apa yang sedang dipikirkan oleh Kepala Komandan Zhuge, bisa ditebak oleh semua orang!     

"Perjalanan ini sungguh bermakna," wanita itu berpikir pada dirinya sendiri.     

Setelah tiga hari, Chu Qiao akhirnya mencapai perkemahan Yan Bei yang didirikan di sisi Sungai Xue Kui. Saat mereka selesai menurunkan ransum, matahari sudah terbenam. Setelah makan malam, Chu Qiao berbincang dengan rekan-rekannya, dan kembali ke dalam tendanya.     

Setelah satu tahun, Ping An telah tumbuh jauh lebih tinggi, dan sudah menjadi anak yang besar. Sambil tersenyum, dia mulai memasak air untuk Chu Qiao, dan terus menceritakan pengalamannya sendiri. Anak itu sangat ramah.     

Yan Xun sedang tidak berada di dalam pasukan. Saat ini, ada sebuah benteng yang dibangun di tepi Sungai Xue Kui. Bernama Jalur Long Yin, yang hanya dipisahkan oleh sebuah sungai dari Jalur Yan Ming. Sebagian besar pasukan Yan Bei berkumpul di Jalur Long Yin, dan Yan Xun sudah memindahkan sebagian besar kemahnya ke dalam benteng tersebut. Hanya sesekali dia mengunjungi perkemahan di sekitar sana.     

Setelah menempuh perjalanan di padang salju selama berhari-hari, sudah cukup lama sejak gadis itu mandi. Berbaring di dalam bak mandi, Chu Qiao merasa dirinya bisa tertidur. Sayangnya, masih ada laporan yang harus diselesaikan, sehingga dia hanya bisa mandi sebentar lalu menyeret tubuhnya yang lelah ke depan meja dan mulai membaca.     

Malam semakin larut, dan bahkan udaranya tercium seperti tentara. Dengan api yang menyinari wajah Chu Qiao, lekukan di wajahnya yang halus terpancar sebagai bayangan di sisi tenda. Dari luar, bisa terlihat bentuk yang jelas dan cantik. Sudah lebih dari satu tahun sejak terakhir kali dia melihat Yan Xun. Selama setahun terakhir, selain komunikasi yang formal, mereka hampir tidak berbicara dengan satu sama lain. Bahkan surat yang mereka kirimkan juga tertulis dengan nada formal.     

Beberapa waktu yang lalu, seorang wanita tua tiba-tiba datang ke Pegunungan Hui Hui dan mencari Chu Qiao. Saat melihat gadis itu, wanita tua tersebut memberinya banyak benda pemberian dari Yan Xun, dan terus menyanyikan pujian tentang Chu Qiao. Hanya setelah berbincang dengan wanita tua itu cukup lama baru Chu Qiao akhirnya mengerti kalau wanita tua itu datang sebagai comblang untuk dirinya dan Yan Xun. Sampai membutuhkan orang lain untuk mencomblangi mereka sungguh perkembangan yang konyol. Setelah tinggal bersama seumur hidup dan saling bergantung satu sama lain, mereka perlu pihak ketiga untuk menjadi comblang. Hubungan mereka telah mencapai titik di mana mereka membutuhkan seorang comblang.     

Wanita tua itu datang dengan alasan untuk mengurus perjodohan, tetapi tugasnya sebenarnya hanya untuk mengabari gadis itu. Mas kawin yang mengalir bagai sungai memenuhi ruangan Chu Qiao, dan tidak ada tempat untuk menaruh mereka lagi, Chu Qiao akhirnya harus mengisi lorong dan halaman. Semuanya adalah barang langka, mulai dari mutiara yang sebesar kepalan anak kecil, hingga batu karang yang setinggi orang dewasa. Dari pakaian sutra yang begitu tipis dan ringan sampai bisa terbang dengan sedikit tiupan, hingga sepatu yang diukir dari giok berkualitas tinggi. Ada juga anting batu delima, porselen berwarna pelangi, dan bahkan barang-barang mewah dari Barat, dll. Seolah-olah semua barang langka di seluruh dunia telah dibawa ke hadapan gadis itu. Ditambah lagi, Yan Xun telah mengumumkan kalau dia akan membangun istana di atas Gunung Luo Ri yang akan disebut Istana Na Da sebagai kediaman gadis itu. Pada saat itu, Chu Qiao baru tahu kalau dalam dialek utara, 'Na Da' berarti 'cinta sejati'.     

Dengan semua kemewahan yang bisa dibayangkan diletakkan di hadapannya, Chu Qiao seharusnya merasa tersentuh, atau bahkan menitikkan air mata kebahagiaan dan rasa terima kasih. Tetapi, gadis itu tidak merasa bahagia sedikit pun. Dia duduk di atas kursi rotan. Ujung jarinya pucat dan dingin. Kalau ini terjadi satu tahun yang lalu, mungkin dia akan melompat kegirangan. Dia terus merasa kalau semua hadiah ini hanya usaha dari Yan Xun untuk berbaikan dengannya.     

Yan Xun telah berubah begitu banyak sampai Chu Qiao sudah tidak bisa mengenali pria itu lagi. Berulang kali gadis itu mempertanyakan makna dari hal-hal yang sudah dilakukan oleh dirinya sendiri. Bahkan jika Yan Xun menang, yang terjadi hanyalah pergantian dari keluarga Zhao menjadi keluarga Yan, yang merupakan perubahan dinasti yang biasa seperti negara lainnya. Apa pun yang Chu Qiao idamkan kini sedang menuju ke jalur yang tidak dia inginkan. Namun dia tetap berbohong kepada para warga yang baik hati, meyakinkan mereka untuk bergabung dengan tentara, menyemangati mereka untuk membangun kembali rumah mereka, menginspirasikan mereka untuk bertempur dengan berani. Para warga sipil ini memberikan seluruh yang mereka miliki, dan banyak yang sampai mengorbankan nyawa mereka, bertempur di medan perang sambil percaya sepenuh hati kalau mereka akan meninggalkan dunia yang lebih baik bagi anak-anak mereka. Tetapi pada akhirnya, mereka akan mati sia-sia. Warga yang naif ini tidak sadar kalau mereka sedang bertempur di perang yang tidak ada sangkut pautnya dengan mereka. Setiap kali Chu Qiao mulai memikirkan hal ini, gadis itu merasa dirinya seorang yang berengsek. Dia sudah sepenuhnya menjadi seorang pembohong.     

Sambil bersandar di mejanya, gadis itu meletakkan dahinya di atas halaman-halaman itu. Dia merasa agak lelah. Cahaya lilin berkedip di dalam kegelapan, sesekali menyala terang untuk sesaat lalu kembali seperti semula. Semuanya begitu tenang, dan gadis itu hampir terlelap.     

Yan Xun sudah berdiri di depan tenda gadis itu cukup lama. Begitu tahu kalau Chu Qiao akan segera tiba, pria itu menunggang kudanya, dan hanya dengan 20 orang pengawal, dia kembali ke perkemahan ini. Dalam keadaan sekarang ini, tindakan ini sangat tidak masuk akal karena ada begitu banyak orang yang menginginkan dia mati—Kekaisaran Xia, orang-orang Quan Rong, dan bahkan sebagian orang Yan Bei yang hanya berpura-pura setia kepadanya. Tetapi, keinginannya untuk bertemu dengan gadis itu terlalu kuat, begitu kuat hingga dia mengabaikan semua hal lain. Tetapi ketika berdiri di depan tenda gadis itu, Yan Xun tidak berani masuk.     

Raja dari Yan Bei yang telah mengguncang dunia. Pria yang berani membawa pasukan elitenya masuk jauh ke dalam wilayah Kekaisaran Xia ketika Yan Bei sendiri sedang terancam akan ditaklukkan, berubah menjadi seorang pengecut yang bahkan tidak berani memasuki sebuah tenda kecil.     

Menurut Nenek Yin, AhChu menangis bahagia saat mendengar berita tentang pernikahan mereka, dan berlutut di lantai meneriakkan kata-kata terima kasih. Pria itu tahu kalau Nenek Yin hanya berusaha membuat dirinya senang. Mana mungkin AhChu menangis di hadapan orang lain? Mana mungkin AhChu berlutut di lantai untuk berterima kasih? Yan Xun hampir bisa membayangkan seperti apa sikap AhChu ketika gadis itu mendengar semua ini. Pasti AhChu duduk di sana, terdiam tanpa ekspresi, sementara wanita tua itu terus berbicara. Dan setelah wanita tua itu selesai berbicara sendirian, gadis itu hanya akan berkata, "Baiklah."     

Kemungkinan besar itu yang terjadi.     

Dalam bayangan Yan Xun, ketika Chu Qiao mendengarkan wanita tua itu mengoceh, di samping gadis itu pasti ada dokumen-dokumen yang terbuka, dan secangkir teh yang sudah menjadi dingin. Gadis itu pasti sedang memakai baju katun yang santai dan rambutnya yang panjang menggantung bebas di samping. Gadis itu pasti sama sekali tidak terpengaruh, seakan-akan semua ini bukan urusannya. Walaupun ini adalah pernikahan mereka, ini adalah pernikahan yang sudah sejak lama mereka bayangkan, bahkan ketika masih di Zhen Huang.     

Yan Xun tidak tahu apa yang salah. Mungkin dia tahu, tetapi pria itu tidak mau mengakuinya. Dia mengira kalau dirinya masih percaya kepada AhChu. Dia tahu bahwa walaupun semua orang di dunia mengkhianati dirinya, AhChu tidak akan melakukan itu. Tetapi justru karena itu, dia tidak ingin gadis itu tetap berada di dalam tentara, dan tidak ingin gadis itu terlalu dekat dengan Garnisun Utusan Barat Daya. Dunia ini terus berubah. Bahkan jika seseorang tidak berniat, selalu akan ada orang lain atau kejadian yang memaksa seseorang menempuh jalur tertentu. Yan Xun takut kalau akan tiba hari di mana dia akan berdiri di sisi yang berlawanan dengan gadis itu. Kalau mereka masing-masing memiliki kelompok yang mendukung mereka, pada akhirnya mereka akan terpaksa bertarung dengan satu sama lain.     

AhChu adalah seorang ahli strategi yang luar biasa, namun gadis itu bukan seorang politisi yang handal. Dia tidak akan tahu sisi gelap dari politik. Apa yang diinginkan oleh Yan Xun akan mengakibatkan sungai-sungai darah dan gunung-gunung mayat. Pria itu tidak menyesali semua itu, karena segalanya dilakukan dengan sukarela. Tidak ada yang memaksanya untuk melakukan itu, bahkan sebenarnya, pria itu menikmati proses membunuh. Kebencian dan dendam yang telah menumpuk selama bertahun-tahun telah menggerogoti hatinya, dan penghinaan yang dia hadapi selama bertahun-tahun menghantuinya dalam mimpi. Tetapi, pria itu berharap saat dia melakukan semua ini, gadis itu tidak berada di sana dan menyaksikan sisi buruknya. Yan Xun berharap Chu Qiao tidak akan menghakimi dirinya dengan tatapan mata gadis tersebut, dan pada akhirnya membenci pria itu. Mungkin saat ini gadis itu merasa marah, tetapi waktu akan menyembuhkan semua luka. Yan Xun bertekad menggunakan seluruh hidupnya untuk menebus kesalahannya pada gadis itu, untuk menjelaskan kepada gadis itu.     

Yan Xun tersenyum dengan percaya diri. Ketika dia sudah menggenggam seluruh dunia, gadis itu akan mengerti kalau apa yang dia lakukan hari ini itu benar.     

Bayangan rapuh yang terpancar di tenda itu begitu jelas sehingga pria itu bisa membedakan bagian mana mata gadis itu, bagian mana tangan gadis itu. Dengan cahaya bulan keperakan yang menerangi sosok pria itu, mantel hitamnya terlihat begitu muram. Sosok pria itu terlihat begitu serius dengan latar belakang berwarna putih yang tandus, ditemani nyanyian lagu rakyat Yan Bei yang dinyanyikan oleh beberapa prajurit di kejauhan.     

Perlahan, Yan Xun mengulurkan tangannya. Diterangi oleh cahaya bulan, sebuah bayangan kelabu muncul di atas tenda. Tangan Yan Xun direntangkan, dan bayangan pria itu semakin mendekat. Akhirnya, bayangan kelabu itu menyentuh bayangan yang hitam. Bayangan kelabu itu menyentuh hidungnya, wajahnya, dan dahinya. Bayangan itu menunjukkan lekukan sosok gadis itu, dan tangan kekasihnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.