Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 160



Bab 160

0Pejabat itu sudah hampir menangis saat dia dengan menyedihkan menaiki kudanya lagi. Dia mencambuk kudanya, lalu bergegas kembali untuk mengabari Zhao Qi. Zhao Yang tersenyum dingin saat bersandar di kursinya,sambil melihat ke garis-garis yang digambarkan di atas peta. Pangeran muda itu menutup matanya saat dia perlahan menyebutkan, "Bei Shuo, Chi Du, Kota Lan, Wilayah Chun Yu, Yao Shui, Jalur Mei Lin …."     
0

Walaupun tidak ada yang tahu mengapa Zhao Yang tidak langsung menyerang, bagi Chu Qiao, tambahan waktu ini merupakan anugerah. Dia terus berkeliling dan mengatur pertahanan kota, sambil mempersiapkan warga sipil untuk mengungsi. Ia juga membuka pendaftaran bagi sukarelawan, dan menentukan penempatan bagi para anggota baru. Dia tidak ada waktu untuk beristirahat.     

Saat malam tiba di kota itu, suara ratapan di dalam kota mulai memudar. Saat berjalan di jalanan yang kosong, Chu Qiao tiba-tiba merasa dingin. Ge Qi mendekat dan memakaikan mantel padanya. Mantel tebal itu menahan angin yang berkecamuk, Chu Qiao mengangguk berterima kasih.     

Pintu ke toko-toko di sepanjang jalan itu terbuka lebar, kosong tak ada tanda-tanda kehidupan. Dengan bunyi berderak, sebuah gentong kayu tertiup jatuh oleh angin. Dengan bergemuruh, gentong itu berguling. Hanya ada kesunyian dan kekosongan, dengan rasa kesepian yang mencekam.     

"Nona, kita tidak akan menang, benar?" Chu Qiao terkejut oleh pertanyaan yang tiba-tiba ini, saat dia berbalik badan, dia melihat Ge Qi yang sedang menatap matanya sambil tersenyum tenang. "Kalau Nona memang percaya diri akan menang, anda tidak akan mengatur agar warga sipil mengungsi."     

Chu Qiao tidak menjawab dan hanya kembali berbalik badan. Dia adalah petugas berpangkat tinggi yang sudah menerima pelatihan militer modern berkualitas tinggi. Dia tahu persis apa artinya berperang. Keajaiban memang bisa terjadi, namun itu juga memerlukan keadaan yang sedikit banyak masih seimbang. Walaupun situasi tidak sepenuhnya seimbang, tetapi harus ada suatu kelebihan yang bisa mereka manfaatkan untuk menahan serangan lawan. Dengan pasukan yang tidak sampai sepuluh ribu orang, dia harus bertahan di kota dengan benteng pertahanan yang lemah melawan pasukan sebanyak dua ratus ribu orang prajurit terlatih. Ditambah lagi, musuh masih akan mendapat tambahan bala bantuan. Menghadapi pertempuran ini, tidak ada orang yang akan yakin menang. Tetapi tidak mungkin dia bisa menunjukkan perasaan ini. Dia adalah pimpinan orang-orang ini, harapan mereka. Kalau dia juga kehilangan keyakinan, bagaimana yang lain bisa terus berjuang?     

Chu Qiao diam-diam mendesah. Tiba-tiba, dia melihat sosok kecil di depan. Gadis itu mengernyit, sedangkan Ge Qi sudah melangkah maju dengan waspada sambil melindunginya. Dengan lantang, pria itu berteriak, "Siapa kamu?"     

Di dalam penerangan yang remang-remang, para penjaga maju dan menemukan seorang anak yang tampaknya baru berusia 12 hingga 13 tahun. Hanya memakai mantel tipis, dia memegang sebuah bungkusan kecil. Wajahnya sudah merah karena suhu yang begitu dingin, dan dia mengangkat kepalanya dengan tegas, menunjukkan sikap menentang yang keras kepala.     

Chu Qiao mengerutkan dahinya dan bertanya, "Dari keluarga mana kamu? Mengapa kamu tidak pergi bersama warga yang lain?"     

Anak itu tidak berbicara dan hanya menundukkan kepalanya. Melihat anak itu, Chu Qiao menebak mungkin dia melarikan diri dari gerbang barat. Tanpa menanyainya lebih lanjut, Chu Qiao berbalik dan pergi.     

"Oi! Kamu tidak akan memedulikan aku?" Melihat Chu Qiao tidak memedulikannya lagi, anak itu dengan penasaran mendekat dan bertanya, "Kamu tidak akan mengusir aku dari kota?"     

Chu Qiao menjawab dengan tenang, "Kamu mau hidup atau mati itu bukan urusanku. Aku sudah cukup sibuk, dan tidak ada waktu untuk mengurusmu."     

Anak itu langsung tertegun, seolah-olah dia baru saja dipermalukan, dengan lantang dia berseru, "Tahun ini aku berumur 15 tahun! Aku sudah cukup umur untuk menjadi seorang prajurit!"     

Chu Qiao melirik anak itu sekilas tanpa emosi. Anak itu mungkin sadar kalau kebohongannya terlalu jelas, dan dia menjelaskan lagi, "Mungkin tubuhku kecil, tetapi aku sangat kuat!"     

Chu Qiao masih tidak memedulikan dia, dan anak itu segera berlari mendekat, namun dihalangi oleh Ge Qi. Karena tidak ada pilihan, anak itu hanya bisa melompat-lompat di depan pria itu, dan anak itu bahkan menggulung lengan bajunya untuk menunjukkan kepada Chu Qiao lengannya yang berotot.     

"Mengapa kamu tidak pergi?" Chu Qiao tiba-tiba bertanya.     

Anak itu sedikit terkejut, dan dia berhenti berusaha memamerkan kekuatannya. Setelah ragu-ragu untuk sejenak, dia menjawab, "Adik perempuanku sakit, dia tidak bisa pergi."     

Hati Chu Qiao menciut. Dia sudah melihat terlalu banyak hal yang serupa selama bertahun-tahun. Dia merasa tidak peduli berapa pun orang yang harus dia bunuh, pada akhirnya mungkin akan sepadan. Hanya dengan menghancurkan kondisi sekarang baru peraturan baru bisa dijalankan. Saat sebuah negara ingin merdeka, ada harga yang harus dibayar. Mungkin, bertahun-tahun dari sekarang, dunia ini akan berubah karena hal yang dia lakukan hari ini. Semoga, anak-anak tidak perlu lagi kehilangan rumah, dan rakyat tidak perlu lagi mengkhawatirkan tentang keselamatan mereka hari demi hari. Kalau saja hal sederhana seperti ini bisa terjadi, Chu Qiao merasa itu sudah cukup.     

"Siapa namamu?"     

"Saya dipanggil Du Gouzi[1]."     

Chu Qiao merengut. Anak yang begitu menggemaskan, mengapa mereka memberinya nama seperti itu?     

"Nama itu tidak terdengar bagus. Biar aku memberimu nama baru."     

Anak itu berpikir sebentar sebelum menyetujuinya. "Baik, tetapi marga saya harus tetap Du."     

Chu Qiao berdiri, pandangannya terpaku di kejauhan, "Kalau begitu, kamu akan dipanggil Ping An[2]." Chu Qiao berharap, akan tiba hari di mana Dataran Tinggi Yan Bei mengalami masa-masa yang damai.     

Satu jam setelah kejadian kecil ini, di dalam sebuah alun-alun kecil di sisi barat kota, seluruh anggota Garnisun Utusan Barat Daya berkumpul. Di bawah naungan bulan yang terang, Chu Qiao, memakai seragam militer, berdiri di atas panggung kayu sementara. Dengan pandangan yang sedih, dia mengamati para prajurit yang sudah bertempur bersamanya melalui hidup dan mati. Dengan khidmat, dia berkata kepada para prajurit itu, "Tuan-tuan, saya sangat berterima kasih atas kepercayaan anda semua pada saya selama ini. Baik di dalam Ibu Kota Kekaisaran, Zhen Huang, atau di Dataran Hong Chuan, atau di luar gerbang Bei Shuo. Kita bertempur bersama, dan melalui rasa sakit yang sama. Saya berterima kasih kepada kalian, karena kalian tetap memercayai saya, dan mengikuti saya. Hari ini, kalian bahkan mengikuti saya ke dalam keadaan yang mematikan ini. Atas hal ini, saya sangat menyesal." Chu Qiao perlahan membungkuk, lalu berdiri tegak lagi. Dia melanjutkan, "Saya tidak ingin terus membohongi kalian, jadi sebelum pertempuran penentuan ini, saya akan memberi tahu kalian, kita tidak akan mendapatkan bantuan apa pun. Kota Chi Du tidak akan mendapat pertolongan apa pun. Kita akan menghadapi ini sendirian, dan tidak ada orang yang akan memberi kita dukungan apa pun."     

Kepanikan merebak di dalam para prajurit, namun segera mereda. Para prajurit itu menatap Chu Qiao dan menantikan penjelasan darinya.     

"Pasukan Xia membagi kekuatan mereka menjadi dua kelompok. Mereka memulai serangan utama mereka dari sisi Timur Bei Shuo, dengan pasukan utama mereka berjumlah sebesar 400.000 orang, dan itu belum termasuk pasukan cadangan dan personil logistik. Kelompok kedua adalah 200.000 prajurit yang akan segera kita hadapi. Mereka memanjat Pegunungan He Lan dan ingin melakukan serangan mendadak pada Kota Chi Du. Tujuan mereka adalah untuk menerobos melalui kota ini! Begitu kota ini diambil alih, jutaan prajurit dan rakyat Bei Shuo tidak memiliki tempat untuk melarikan diri. Mereka pasti akan dibantai oleh pasukan Xia! Dengan demikian, pasukan elite Yan Bei akan mengalami kerugian besar, dan seluruh wilayah timur Yang Mulia akan jatuh ke dalam tangan Kekaisaran Xia! Sebagai garis pertahanan kedua, Kota Lan tidak sanggup mengirimkan pasukan kepada kita. Mereka hanya memiliki 100.000 pasukan yang menjaga stasiun sinyal asap yang berada si sepanjang Gunung Luo Ri. Pasukan yang dipimpin yang mulia juga berada sangat jauh di Jalur Mei Lin. Mereka semua tidak mungkin menolong kita."     

Kobaran api menerangi wajah mungil namun penuh tekad gadis itu. Dengan tubuh yang berdiri tegap, dan mata yang membara penuh semangat, dia berseru, "Karena itu, ini akan menjadi pertempuran yang pahit. Musuh kalian berjumlah 20 kali lipat dari kalian, dan di masa depan, jumlah mereka akan semakin meningkat. Tetapi kita tidak bisa mundur. Begitu kita mundur, orang-orang Bei Shuo akan terkurung, dan mereka tidak bisa melarikan diri. Terlebih lagi, di belakang kita adalah rakyat Gunung Luo Ri. Tanpa kita yang melindungi mereka, pasukan dari Kekaisaran Xia akan menginjak-injak tubuh mereka tanpa ampun. Tidak peduli orang tua, wanita, anak-anak, semua orang pasti akan mati. Yan Bei akan mengalami bencana!"     

Mata Chu Qiao merah dan ekspresinya menjadi bersemangat. "Para prajurit dari Garnisun Utusan Barat Daya, sejak lama kalian selalu disebut pengkhianat. Pendahulu kalian mengkhianati Yan Bei dan mengkhianati sejarah mereka, dan selama delapan tahun ini, semua orang merendahkan kalian. Kalian sudah menerima begitu banyak ejekan dan makian. Walaupun kalian menolong Pangeran Yan Xun melarikan diri dari Kota Zhen Huang, walaupun kalian merupakan bagian penting dari pemberontakan Zhen Huang yang mengguncang dunia, walaupun kalian mengalahkan koalisi Barat Laut yang jumlahnya sepuluh kali lipat jumlah kalian, kalian tetap dicap sebagai pengkhianat. Tidak ada yang memercayai kalian, tidak ada yang bersedia menerima kalian. Tetapi hari ini, semua ini akan berubah. Sebuah kesempatan telah diberikan kepada kalian. Asalkan kalian melalui ini, kalian adalah Pahlawan Yan Bei! Pahlawan dari seluruh rakyat Yan!"     

Mata para pejuang mulai menyala dengan semangat. Di tengah angin yang kencang, salju terus turun. Di dalam gelapnya malam, sosok Chu Qiao berdiri tinggi dan tegap, seperti bendera pasukan, menunjukkan arah maju bagi para prajurit. Dengan suara penuh semangat, dia berseru, "Para pejuang, angkat senjata kalian dan ikuti aku! Kita akan melindungi Yan Bei, melindungi rakyat kita yang tidak berdaya. Dengan darah kita, kita akan mencuci penghinaan di masa lalu. Melindungi kehormatan kita, dan membuat nama Garnisun Utusan Barat Daya kembali berjaya! Beberapa di antara kita akan mati, dan beberapa di antara kita tidak akan bisa hidup sampai musim dingin tahun depan, namun rakyat kita akan berterima kasih atas tindakan kalian, Yan Bei akan mengingat perbuatan kalian. Nama kalian akan dicatat dalam catatan sejarah pencapaian militer Yan Bei, dan selamanya akan dihormati oleh keturunan kita! Para pejuang. Aku akan tetap bersama kalian, menerjang hidup dan mati, dan tidak meninggalkan siapa pun!"     

"Menerjang hidup dan mati! Tidak meninggalkan siapa pun!" para pejuang bersorak serempak. Sambil mengangkat tangan mereka, mata mereka juga merah, beberapa di antara mereka bahkan mulai menangis. Bertahun-tahun penghinaan meluap menjadi tenaga saat mereka berteriak "Lindungi Yan Bei!" Saat suara mereka menggema, angin yang berkecamuk membawa sorakan mereka melambung tinggi sampai langit!     

Sorakan mereka, didorong oleh tekad mereka, cukup keras sampai terdengar bahkan di padang di luar kota. Zhao Yang, yang sedang memakai jubah putih, mendengus saat mendengar tekad mereka itu. Waktunya sudah hampir tiba. Kalau dia terus menunda-nunda, mungkin Zhao Qi akan marah.     

Dia menatap tembok rendah yang mengelilingi kota tersebut, lalu mengibaskan kepingan salju yang mendarat di mantelnya. Di matanya, itu bahkan tidak pantas disebut sebuah kota! Dia hanya melihat Chi Du yang ditelan kegelapan, lalu dengan santai memberi perintah kepada para jenderalnya, "Pergi, robohkan tembok itu."     

"Siap!" para jenderal menerima perintahnya dan berjalan pergi. Setelah menerima perintah untuk menyerang, para prajurit menghunuskan senjata mereka dalam barisan yang rapi, dan maju dengan cepat.     

Bum! Bum! Bum! Tanah di bawah kaki mereka berguncang, saat para prajurit meraung, "Maju!" Panggilan nyaring dari terompet militer dibunyikan. Seakan-akan sedang menemani perang yang akan segera tiba, angin ikut melolong dengan semangat, membuat kepingan salju berputar-putar dengan cepat.     

Malam akhirnya tiba!     

"Feng Ting, atur 1.000 pengintai ke dalam lima kelompok dan lakukan serangan masing-masing. Manfaatkan tempat-tempat yang kalian sudah kenali untuk melakukan serangan gerilya terhadap musuh. Lakukan sebisamu untuk mengganggu pasokan tambahan untuk musuh, dan tahan pasukan yang membawa persediaan musuh di sisi lain Pegunungan He Lan untuk setidaknya dua hari."     

Seorang komandan muda mengangguk, "Saya mengerti!"     

"Mu Rong, kamu bawa 2.000 pasukan yang baru direkrut untuk menyergap di tebing Bai Zhang. Siapkan batu-batu dan batang kayu yang besar. Dua hari lagi, saat pasukan musuh melewati Feng Ting, Lao Mu akan mengabarimu langkah selanjutnya."     

Kedua pria itu menyahut bersamaan, "Siap!"     

Chu Qiao membuka peta, jarinya yang lentik menunjuk ke wilayah Tenggara, dan dengan tegas, dia memerintahkan, "Wu Dan Yu, kamu akan membawa 500 orang pemanah. Bersembunyilah di dalam hutan-hutan ini dan serang musuh dari belakang. Begitu musuh mulai menyerang, kalian harus mundur. Jangan pernah menghadapi mereka secara langsung, mengerti?"     

[1] Arti harfiah = 'anak anjing'     

[2] Arti harfiah = 'Damai, Aman, Selamat'     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.