Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 100



Bab 100

0"Benarkah?" Liang Shao Qing merangkak ke depan dan menatap keluar. "Mengapa aku tidak bisa melihat itu?"     
0

"Kalau kamu bisa lihat, anak umur tiga tahun juga bisa." Chu Qiao memutar matanya dengan tidak sabar. Dia berpikir sejenak lalu mengerutkan keningnya. Dia menambahkan, "Tetapi ini sangat aneh. Kalau keluarga Zhan tidak berkuasa, para pejabat ini tidak perlu menyambut mereka. Mengapa para pejabat senior dari provinsi-provinsi itu datang ke sini?"     

"Mungkin mereka tertahan karena urusan lain."     

Chu Qiao tidak memedulikan ucapannya. Bergumam sendiri, ia berkata, "Mereka tidak berani hadir di sini dan mereka berhati-hati agar tidak terlihat terlalu akrab. Ini berarti keluarga Zhan memiliki kekuasaan tertentu, namun karena suatu alasan yang tak diketahui, mereka tidak berani terlalu melewati batas. Ini artinya …."     

"Oh, aku sudah mengerti," Chu Qiao duduk dan berkata pada Liang Shao Qing. "Keluarga Zhan tinggal di Tang Jing. Mereka pasti memiliki musuh yang berkuasa di sini. Para pejabat ini tidak berani menyinggung kedua pihak, maka mereka harus melakukan ini. Keluarga Zhan seharusnya keluarga bangsawan dari Kekaisaran Tang. Namun, mereka diusir karena alasan yang tak diketahui dan membelot ke Kekaisaran Xia. Mereka masih diakui sebagai keluarga bangsawan di Kekaisaran Tang. Ini menjelaskan kenapa mereka tidak dikenal di Kekaisaran Xia, namun disambut dengan baik di Kekaisaran Tang. Perjalanan mereka kali ini bukan hanya untuk mengucapkan selamat kepada Pangeran Tang, namun juga untuk kembali ke kampung halaman mereka. Inilah mengapa mereka membawa begitu banyak pelayan dan budak bersama mereka. Ini juga alasan keluarga dari suami semua saudarinya juga di sini. Dan juga, walaupun keluarga Zhan tampak makmur, namun sebenarnya ini hanya cangkang kosong. Itulah mengapa mereka membeli semua budak ini dengan harga murah di pasar."     

"Xiao Qiao, karena kamu sudah begitu bertenaga, bagaimana kalau kamu keluar dan menikmati matahari." Liang Shao Qing berdiri di lantai, merapikan pakaiannya. Dia sedang memakai pakaian untuk budak, namun ia memperlakukannya seakan itu adalah pakaian bangsawan yang terbuat dari sutra berharga. "Kamu terlalu memikirkan latar belakang keluarga orang lain. Orang yang tidak sadar mungkin mengira kamu memiliki niat terselubung."     

"Niat apa yang kumiliki? Aku ingin memecahkan kepalamu dan melihat apakah isinya rumput atau air!" Chu Qiao merengut dan berdiri. Lukanya masih sakit, namun keadaannya sudah jauh membaik dibandingkan beberapa hari lalu.     

"Apa kamu baik-baik aja? Apakah sangat sakit?"     

Chu Qiao menjawab dengan tidak sabar, "Kamu mau aku tusuk supaya bisa rasakan sendiri?"     

"Tidak perlu." Liang Shao Qing tertawa kecil. "Itu sakit sekali, aku tidak akan sanggup menahannya."     

Dek kapal sedang berangin. Saat Chu Qiao melangkah keluar dari pintu kabin, dia merasa segar kembali. Pada saat ini, lonceng untuk makan siang berdentang. Beberapa hari terakhir, Chu Qiao selalu makan di dalam kabin. Kini setelah dia bisa berjalan lagi, ia mengikuti Liang Shao Qing ke ruangan makan untuk makan bersama para budak lain.     

Ruang makan itu bukan benar-benar di dalam ruangan. Di belakang deck, para pelayan membentuk barisan yang teratur, mengambil makanan mereka. Chu Qiao bersandar di sisi kapal dan duduk, melihat Liang Shao Qing di dalam barisan di belakang sekelompok budak lainnya. Walau dahulu dia hidup dengan mewah, dia terlihat sangat bisa menyesuaikan diri. Orang di depannya berbalik dan menyapanya dengan senyuman. Chu Qiao tersenyum, merasa pemandangan ini sangat menarik. Dia sudah bertahun-tahun tidak sesantai ini. Dia bersandar ke belakang dan mendongak, melihat beberapa ekor burung putih berputar di langit. Kicauan mereka terdengar merdu di telinga.     

Pada saat itu, Chu Qiao merasa kepalanya sangat dingin. Karena terkejut, dia berdiri dan melihat beberapa pria kekar berdiri di depannya. Salah satu dari pria itu memegang mangkuk, menatapnya dengan galak. Dialah yang baru saja menumpahkan semangkuk air di kepala Chu Qiao.     

"Apa yang kamu lakukan?"     

"Tidak ada?" pria itu menjawab santai. "Aku cuma mau duduk dan makan di sini. Minggir."     

"Xiao Qiao! Ada apa?" Saat Chu Qiao baru mau menjawab, Liang Shao Qing berlari kembali dan bertanya, "Apa yang terjadi?" Sebelum pelajar itu sampai di samping Chu Qiao, salah satu pria lain menjulurkan kakinya untuk menghadang jalan Liang Shao Qing. Liang Shao Qing, yang sedang memegang tiga mangkuk makanan dengan dua tangan, kehilangan keseimbangan dan jatuh ke lantai sambil berteriak kesakitan!     

Chu Qiao bergegas untuk membantu pelajar yang terkapar di lantai. "Apa yang kamu lakukan?" dia marah.     

"Bocah ini pemarah sekali! Ada apa? Kakakmu tidak tahu cara berjalan dengan baik, tetapi malah menyalahkan orang lain?"     

"Betul. Dengan penampilan mereka yang tidak terawat, mereka pasti gigolo." Kelompok pria itu tertawa terbahak-bahak. Salah satu dari mereka menambahkan, "Dengan penampilan kasar begitu, mereka pasti sangat rapuh. Mahir dalam literatur? Persetan dengan itu. Mereka pikir mereka ini pelajar unggulan."     

Chu Qiao menyipit, seperti seekor musang. Liang Shao Qing membersihkan dirinya dengan marah. Namun, kemarahan di wajahnya sirna saat dia melihat ekspresi Chu Qiao. Dengan terburu-buru, dia berkata, "Xiao Qiao, aku baik-baik saja. Jangan marah."     

"Bocah bodoh! Belajarlah dari kakakmu dan sadar posisimu. Jangan mengira kamu berstatus tinggi walaupun kamu tinggal di kabin yang lebih baik." Kelompok pria itu memberinya kalimat perpisahan lalu pergi, masih sambil mengumpat.     

Chu Qiao membantu Liang Shao Qing berdiri. Dia tampak berantakan. Mangkuk yang pecah memotong tangannya dan darah mengalir keluar dari luka itu. Liang Shao Qing menggertakkan giginya kesakitan, namun tidak mengatakan apapun karena takut membuat Chu Qiao marah.     

"Itu adalah Chen Shuang. Dia yang mengurus kereta kuda, dan dia bawahan Nona Besar. Dia bahkan berani membantah Paman Qing. Kalian harus berhati-hati karena kamu sudah menyinggungnya," kata seorang pelayan yang menghampiri mereka.     

"Ada Nona Besar di keluarga ini?"     

Liang Shao Qing menjawab dengan anggukan, "Iya. Kudengar dia cantik. Tetapi orangnya dingin. Dia memiliki saudari kembar, namun sudah tiada."     

Chu Qiao tersenyum, menampilkan bibirnya yang merah dan gigi yang putih. Pelayan itu tertegun melihatnya. Chu Qiao membantu Liang Shao Qing berdiri dan berkata dengan suara rendah, "Ikut aku pulang."     

Liang Shao Qing bermuka masam, lalu berkata dengan hati-hati, "Xiao Qiao, aku belum makan."     

Chu Qiao menatap matanya dan membawa pelajar itu kembali ke kabin mereka. Dia mengeluarkan obat yang diberikan dokter padanya beberapa hari lalu, dan duduk di atas kasur sambil mengobati Liang Shao Qing.     

Liang Shao Qing, mencari topik untuk memulai percakapan, bertanya, "Xiao Qiao, apakah kamu lapar?"     

Chu Qiao merengut dan berkata, "Biar bagaimanapun kamu adalah putra dari Liang Zhong Tang. Kamu adalah tuan muda dari keluarga Liang. Mengapa kamu begitu lapang dada, makanan apapun kamu terima?"     

"Apa yang bisa kulakukan kalau tidak makan?" Liang Shao Qing menjawab dengan muka muram. "Aku tahu makanannya tidak enak, tetapi aku akan lapar kalau tidak makan."     

Dengan suara berdentum, Chu Qiao melemparkan gulungan perban yang dia pegang di tangan. Lalu ia berdiri dan berjalan keluar dari kabin. Liang Shao Qing terkejut, mengira dia ingin membalas kelompok pria tadi. Dia berlari ke depannya, menghadang jalannya. "Xiao Qiao, naga yang kuat tidak sanggup mengalahkan ular di sarangnya. Tidak perlu menyinggung mereka karena masalah sepele. Kita tidak akan berlama-lama di sini. Begitu kita di Tang Jing, kita bisa mengunjungi teman-teman ayahku, dan kita bisa …."     

"Aku mau pergi mengambil makanan untukmu," Chu Qiao berkata tak berdaya. "Bukankah kamu bilang lapar?"     

"Ah?" Liang Shao Qing membelalakkan matanya, dan menatap gadis itu dengan kikuk. Setelah sejenak, dia mengangguk dan menjawab, "Oh. Kalau begitu, silakan, silakan pergi."     

Langit sudah gelap. Chu Qiao berjalan dari kabinnya ke dek kapal. Saat mencapai dek, dia melihat semuanya sudah dibereskan. Tidak ada jejak sisa makanan. Saat dia sedang khawatir, pelayan yang tadi mengajak mereka berbicara menghampirinya. Dia menyerahkan dua mangkuk besar berisi makanan pada Chu Qiao, tersenyum dan berkata, "Aku tahu kalian berdua belum makan. Sengaja aku sisakan ini untuk kalian."     

Kedua mangkuk penuh dengan nasi putih, ditambah dengan sayuran dan beberapa potongan kecil ikan asin. Hati Chu Qiao terasa hangat. Dengan tulus, dia menjawab, "Terima kasih, Kakak Besar."     

"Jangan sungkan. Kita akan hidup bersama di masa depan, sudah sewajarnya kita saling menjaga. Aku lihat kalian berdua tidak tampak seperti budak. Apa yang terjadi? Apakah keluarga kalian mengalami kesulitan?"     

Chu Qiao mengangguk dan menjawab, "Tidak ada yang luput dari matamu, Kakak."     

"Jangan khawatir," pria itu menepuk dadanya dan berkata, "Aku tidak bisa membantu untuk hal lain, tetapi kalau kalian lapar, datang dan cari aku kapan saja. Aku bekerja di dapur."     

"Kalau begitu, terima kasih, Kakak." Setelah itu Chu Qiao dan pria itu berpisah, Chu Qiao berjalan kembali ke kabin.     

Saat dia mendekati sebuah sudut di dek, sebuah suara yang tak asing terdengar dari sisi lain dek itu. Chu Qiao berhenti dan berjalan maju sepanjang tembok di dek.     

"Apa yang baru saja kamu nyanyikan?" Sebuah suara yang jernih dan nyaring terdengar dari belakangnya. Chu Qiao menoleh ke arah suara tadi, dan melihat seorang pria yang duduk di kursi roda dari kayu, menatapnya dengan diam.     

Chu Qiao tertegun. Dia bertanya, "Siapa kamu?"     

Pria itu merasa lucu dan tersenyum. "Kamu siapa?" Dengan menggerakkan tangannya, kursi roda dari kayu itu maju sepanjang dek.     

"Saya Xiao Qiao, pelayan baru."     

"Xiao Qiao?" pria itu berbisik. Setelah cukup lama, dia tersenyum dan berkata, "Itu mudah diingat." Senyumnya sangat menenangkan, bagaikan angin musim semi di bulan ketiga. "Saya Zhan Zi Yu."     

Chu Qiao terkejut, tidak menyangka tuan dari keluarga ini cacat. Dia mundur terburu-buru dan membungkuk, "Ternyata Tuan Pertama. Saya minta maaf karena sudah lancang."     

Zhan Zi Yu mengangguk perlahan. Dia berputar, dan melihat ke arah sungai.     

Chu Qiao berdiri di tempatnya semula, tampak sedikit canggung. Dia tidak yakin apakah harus diam di sana atau pergi. Saat dia sedang mempertimbangkan, Zhan Zi Yu memotong pemikirannya. "Lagunya bagus. Apa judulnya?"     

Chu Qiao tiba-tiba menyadari kalau dia secara tidak sadar bersenandung. Dia tersipu dan berkata, "Ini sebuah lagu dari kampung halaman saya. Saya hanya menyanyi asal-asalan."     

"Kampung halaman?" Zhan Zi Yu berbisik. "Di mana kampung halamanmu?"     

"Kampung halaman saya sangat jauh. Saya mungkin tidak akan bisa pulang lagi seumur hidup ini."     

"Oh." Zhan Zi Yu tersenyum tipis, tidak bertanya lebih lanjut.     

"Tuan Muda Pertama, di luar sini sangat berangin. Perlukah saya mendorong anda masuk ke dalam?"     

Zhan Zi Yu menengadah dan tertawa. "Aku berusaha begitu keras untuk kemari. Aku baru tiba, dan kamu mau mendorong aku kembali ke dalam?"     

Cahaya dari ujung belakang kapal menyinari kepala Zhan Zi Yu. Chu Qiao menyadari di saat ini kalau rambut pria itu terlihat putih di bawah pantulan cahaya itu. Dia tidak tahu harus menjawab apa, dan memilih untuk berdiri diam di samping.     

"Apakah kamu tahu cara menunggang kuda?" Setelah sejenak, Zhan Zi Yu tiba-tiba berbalik dan menanyakan ini. Chu Qiao bingung. Dia mengangguk dan berkata, "Bisa, saya cukup mahir berkuda."     

Zhan Zi Yu tertawa dan berkata. "Aku punya seekor kuda bagus saat masih muda. Itu adalah hadiah dari istriku."     

Chu Qiao menjawab, "Itu pasti kuda yang sangat bagus."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.