Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 104



Bab 104

0Pria itu tersenyum namun tetap diam. Dia membiarkannya melakukan itu.     
0

Chu Qiao merendahkan suaranya dan berkata dengan suara lembut, "Tuan, ini adalah titik akupunktur Qian Yun. Ini adalah titik untuk menghilangkan rasa lelah." Selesai berbicara, dia mengepalkan tinjunya dan meninju dada pria itu.     

Seperti yang diduga, pria itu mengerang, melengkungkan punggungnya dan berhenti bermalas-malasan.     

Chu Qiao berpura-pura panik dan bersujud, menundukkan kepalanya. Dengan buru-buru dia bertanya, "Apakah saya memakai terlalu banyak tenaga?"     

Pria itu mengerang beberapa kali lagi, dan terengah-engah. Setelah sejenak, dia berkata dengan serak, "Bukan urusanmu." Dia duduk kehabisan napas di sisi kolam, bergumam pada dirinya sendiri, "Gadis sialan, pukulannya keras sekali."     

"Maksud anda saya, Tuan?"     

"Bukan kamu."     

Tentu saja Chu Qiao tahu siapa yang dimaksud pria itu. Titik itu adalah titik yang dia hantam saat pertarungan mereka tadi. Cara pria itu mengucapkan kata-kata tadi terdengar aneh, seakan-akan pria ini mengenal dia sebelumnya. Chu Qiao mengernyit perlahan dan menyipitkan matanya.     

"Apakah kamu dibeli dari Kota Xian Yang beberapa hari yang lalu oleh Tuan Tian?" pria itu bertanya dengan riang, berusaha memulai obrolan. Tampaknya wanita yang pingsan itu juga dibeli dari Kota Xian Yang. Mereka memang memiliki kesamaan. Chu Qiao, masih memalsukan suaranya, menjawab, "Betul, Tuan."     

"Mmm." Pria itu bertanya lagi, "dari toko yang mana?"     

Dari semua pedagang budak di Kota Xian Yang, Chu Qiao hanya tahu satu orang. "Bos Mu dari pasar barat."     

"Pasar barat?" Pria di dalam kolam itu penasaran. Dia berbalik dan bertanya dengan suara rendah, "Apakah kamu sempat melihat gadis yang setinggi kamu, tetapi ahli bela diri?"     

Chu Qiao merengut dan menjawab, "Ahli bela diri? Kalau demikian, apakah dia akan diperbudak?"     

"Dia sedang terluka parah."     

Chu Qiao terkejut. Dia merengut dan bertanya lagi, "Ada banyak orang seperti itu. Apakah anda tahu nama orang itu, Tuan?"     

"Namanya adalah …." pria itu berhenti dan berpikir sejenak, lalu menjawab, "Tidak apa. Dia juga mungkin menggunakan nama palsu."     

"Kalau begitu saya tidak tahu apa-apa," jawab Chu Qiao, berpura-pura santai dengan menambahkan tawa kecil di akhirnya. Dengan berhati-hati, dia bertanya, "Apakah anda sedang mencari seseorang, Tuan? Dengan status anda, anda tidak akan berteman dengan seorang budak. Apakah budak ini bawahan keluarga anda?"     

Pria itu menghela napas, dia berbalik badan dan tidak menjawab apapun. Air panas memasuki kolam dari belakang patung-patung wanita cantik, menderu saat memasuki kolam. Setelah cukup lama, Chu Qiao mendengar pria itu berbisik, "Aku sedang menangkapnya."     

Chu Qiao tersentak. Dia sudah menduga pasukan Xia akan menyusulnya. Mereka memang ahli, berhasil menemukannya sampai di sini. Mereka sudah mengepungnya di Kota Wu Peng dan sebelumnya menemukan toko Bos Mu. Kalau dia tidak berbaur sebagai budak di kapal keluarga Zhan, dia pasti sudah mendapat masalah besar. Kalau dia tahu, seharusnya dia diam saja di kapal itu, daripada dikejar-kejar pasukan Xia.     

Saat dia sedang melamun, pria di depannya itu tiba-tiba berdiri. Chu Qiao terkejut, dan kehilangan keseimbangan. Dengan bunyi berdebur, dia terjatuh ke dalam kolam dengan kepalanya di bawah, menghantam lantai kolam dengan keras. Kalau bukan karena air yang dalam, dia mungkin sudah terbunuh pada saat benturan.     

Chu Qiao merasa pusing. Tiba-tiba, masih merasa pening, dia ditarik ke permukaan oleh seseorang.     

"Uhuk … uhuk … uhuk …."     

Arus air di samping semakin kencang. Air berdebur keluar dengan deras, membentuk semakin banyak uap putih di udara, yang menyebar ke seluruh ruangan. Chu Qiao dibantu berdiri oleh pria itu dan bersandar pada lengannya, terbatuk-batuk tak terkendali. Dia seperti orang pada umumnya setelah tersedak air, wajah merah dan tenggorokan terasa terbakar. Singkat kata, sangat menderita.     

Pria itu merasakan wanita dalam pelukannya ini gemetar, hampir saja batuk sampai paru-parunya keluar. Wanita ini tinggi namun kurus. Hanya sedikit daging di lengannya, namun ini terasa enak pada saat disentuh. Kulitnya cukup elastis, terlihat cerah dan hangat. Di tengah kabut putih, gadis muda ini basah kuyup. Pakaiannya menempel ke kulitnya, menonjolkan lekukan tubuhnya. Kakinya yang panjang dan kencang menyentuh tubuh pria itu. Terlihat jelas bahkan kulit para putri bangsawan tidak sebanding dengannya.     

Secara tidak sadar, pria itu tiba-tiba bersikap hangat. Dia mengulurkan tangannya lembut dan menepuk punggung gadis itu untuk meredakan batuknya. Namun, saat tangannya mendarat di punggung gadis itu, pakaian tipis gadis itu terlepas. Tangan ria itu mendarat di kulit punggung gadis itu yang halus dan nyaman disentuh.     

Tubuh Chu Qiao menjadi kaku. Untuk sesaat, dia lupa kalau dia sedang terbatuk-batuk.     

Tatapan jahat melintas di mata pria itu. Dia meraih lengan Chu Qiao, menurunkan kepalanya, dan menempelkan bibirnya di bibir Chu Qiao dengan paksa. Di saat itu, Chu Qiao terkejut dan marah. Lengan kuat pria itu memeluknya. Sebelum Chu Qiao sempat merapatkan bibirnya, mereka telah dibuka dengan paksa oleh lidah pria itu yang lincah. Suasana liar melingkupi ruangan itu. Pria itu memeluknya dengan satu tangan, dan tangannya yang lain menahan kepala Chu Qiao dari belakang. Tindakannya sangat memaksa, membuat Chu Qiao tidak bisa melepaskan diri.     

Gelombang kepanikan dan rasa takut membuat pikiran Chu Qiao menjadi kosong. Namun, dengan cepat, dia tersentak dari lamunannya dan menendang pria itu dengan keras. Celakanya, dia masih di dalam kolam. Karena tertahan air, dia tidak berhasil menendang pria itu, justru terjatuh ke belakang.     

Pria itu tertawa jahat lagi dan menjatuhkan diri ke dalam air sambil tetap memeluk Chu Qiao. Dengan suara keras, tetesan air tersebar di udara! Air yang hangat menyembur ke dalam telinga mereka dari semua arah. Rambut mereka yang hitam tersebar di dalam air, menghalangi pandangan mereka. Pria itu menekankan tubuhnya ke tubuh Chu Qiao. Mereka berdua tenggelam ke dasar kolam, sedalam satu meter. Kelopak bunga di dalam air menyebar. Saat mereka mendekati dasar kolam, pria itu menggunakan satu tangan untuk menahan belakang kepala Chu Qiao, dan tangannya yang lain memeluk pinggangnya. Dia mencium bibir Chu Qiao dengan bergairah sekali lagi.     

Teknik yang dia gunakan untuk mencium dipenuhi gairah. Lidahnya bergerak liar di dalam mulut Chu Qiao, seakan-akan sedang berusaha menyedot kecantikan dan kekuatannya. Chu Qiao mengernyit. Dia sudah tidak peduli tentang menutupi identitasnya lagi. Chu Qiao mengulurkan tinjunya untuk melawan, namun semua tenaganya tertahan oleh air. Pria itu menarik tinjunya dan menahan lengannya di punggung Chu Qiao, lalu melingkarkan kakinya di sekeliling kaki Chu Qiao. Dengan tangannya yang lain, dia mulai meraba pinggang Chu Qiao yang ramping, perutnya yang rata, dan payudaranya yang menonjol.     

"Mmm …." Chu Qiao mengerang dan mulai melawan dengan ganas. Dia membuka mulutnya dan menggigit bibir pria itu dengan keras. Dia merasakan aroma darah di dalam mulutnya. Perlawanannya tidak membuat pria itu mundur, justru membuatnya semakin bergairah. Pria itu mengulurkan tangannya dan merobek pakaian Chu Qiao, menampilkan kulitnya yang putih.     

Chu Qiao membelalakkan matanya, mengerang dengan marah. Tanpa menunggu lebih lama, tangan hangat pria itu menempatkan dirinya di dada Chu Qiao tanpa diundang. Chu Qiao, didorong oleh keputusasaannya, melawan dengan teknik kuncian untuk melepaskan diri dari cengkeraman pria itu, dan menyikut pria itu dengan keras di dadanya. Dengan satu lompatan, dia keluar dari permukaan air.     

"Whew!" Setelah di bawah air untuk begitu lama, wajah Chu Qiao menjadi merah, dan dia terengah-engah kehabisan napas. Setelah sejenak, kepala pria itu muncul dari bawah air.     

"Kemari!" suara yang rendah dan serak bergema. "Jangan main-main seperti ini denganku!"     

"Mmm, baik." Chu Qiao tersenyum jahat dan menyipitkan matanya, bagaikan pemangsa yang menemukan mangsanya. Dia sudah bertekad untuk membunuh pria itu.     

Sayangnya, kabut terlalu tebal sehingga pria itu tidak bisa melihat wajahnya. Saat Chu Qiao mendekati pria itu, dia mengira Chu Qiao sudah menurut padanya. Namun, di saat itu, Chu Qiao melompat dengan buas, setengah meter di atas permukaan air, dan menendang pria itu dengan kaki kanannya!     

Byur! Tetesan air tersembur tinggi ke udara sekali lagi. Pria itu, di tengah lamunannya, telah menerima hantaman di dada. Karena hantaman itu, dia terpental ke belakang. Dalam sekejap, singa betina yang mengamuk itu menerkam pria itu, jatuh ke dalam air bersamanya dan mulai menghujani wajah tampan pria itu dengan tinju-tinju tanpa ampun.     

Semua ini terjadi hanya dalam hitungan detik. Walaupun keahlian bela diri pria itu tidak kalah dari Chu Qiao, tetapi dia tidak berdaya karena serangan itu sangat meledak-ledak. Suara tinjunya menggema di dalam ruangan itu. Pria itu menerima beberapa pukulan di wajahnya. Kalau bukan karena dia berada di bawah air, hidungnya pasti sudah patah.     

Pria itu terkejut. Tak berdaya, dia melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan statusnya. Sebelum dia sempat melawan, dia mendorong Chu Qiao ke samping dan merangkak dengan memalukan ke tepi kolam.     

"Mau kabur?" Chu Qiao meludahkan air dari dalam mulutnya, lalu melompat ke arah pria itu lagi! Kecepatan, pukulan yang tidak biasa dan kemarahan yang tak terkekang bergabung jadi satu. Pria itu sama sekali tidak ada kesempatan untuk melawan. Dia ditundukkan lagi oleh wanita yang ganas itu. Setelah serangan tanpa ampun, pria itu berhasil mencapai tepi kolam, berusaha untuk lari keluar dari ruangan uap. Chu Qiao menerkam dia lagi, meraih pinggangnya. Mereka berdua jatuh ke tanah dengan berdebum.     

Karena mereka sudah tidak di dalam air, pergerakan pria itu sudah tidak lagi terhalang oleh air. Dia mulai melawan dan tidak lagi mundur. Di dalam kabut tebal, dua bayangan menari-nari, melancarkan serangan mereka dengan indah. Pukulan mereka saling mengimbangi dengan tenaga yang tak tertandingi.     

Penyamaran Chu Qiao sudah terbongkar. Kalau pria ini berhasil kabur, dirinya dalam bahaya. Tentu saja, dia bertarung dengan putus asa demi keselamatannya.     

Pria itu sudah tidak lagi naif dan menganggapnya budak biasa. Dia melawan tanpa memberi ampun!     

Tidak ada senjata, tidak ada pembunuhan diam-diam, tidak ada taktik kotor. Yang ditampilkan adalah ilmu bela diri yang sejati dan asli, dan pertarungan yang menunjukkan yang kuat yang bertahan!     

Dengan dewa kematian menatap mereka berdua langsung, gerakan mereka menjadi berbarengan, saling mencengkeram leher satu sama lain. Begitu salah satu dari mereka menggerakkan tangannya, leher lawan akan langsung patah.     

Anehnya, mereka berdua berhenti di sana. Masing-masing mengangkat tangan satunya lagi, mengisyaratkan untuk gencatan senjata. Mati bersama? Itu konyol bagi mereka berdua. Setelah itu, mereka melepaskan pegangan mereka di leher lawannya, dan perlahan bergerak mundur.     

Di saat ini, semburan air mengalir keluar lagi dari belakang patung-patung. Di saat genting, air panas tertumpah ke dalam kolam. Mengikuti pergerakan air, mereka berdua berlari ke depan mendekati lawannya, lalu mencengkeram leher satu sama lain lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.