Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 105



Bab 105

0"Dasar hina!" keduanya bergumam bersamaan. Mereka memutar bola mata berbarengan, lalu mengendurkan cengkeraman di leher lawannya lagi. Di saat ini, pria itu menendang sebuah ember kayu di samping kolam, berbalik badan untuk kabur dari ruangan uap, tidak memedulikan Chu Qiao.     
0

Wanita ini ahli pertarungan jarak dekat. Tidak perlu bertarung dengannya. Asalkan pria itu bisa keluar dari ruangan uap, suara pertarungan akan terdengar dari luar. Dia pasti akan menang setelah itu!     

Respons Chu Qiao luar biasa cepat. Dengan lompatan yang diperhitungkan, dia melompat ke udara untuk mengejar pria itu! Pandangan mereka serempak! Langkah mereka serempak! Tindakan mereka, jalur pelarian mereka, semuanya serempak!     

Dengan bunyi berdebum, pintu ke ruangan uap ditendang terbuka dengan paksa. Pria itu berhasil melakukan ini walaupun dia menerima tendangan dari Chu Qiao.     

Chu Qiao dikejar waktu. Dia tahu kalau suara ini pastinya mengejutkan penjaga di luar. Dalam tiga detik, para penjaga akan membuka pintu dan menembakkan panah padanya, tidak menyisakan ruang untuk kabur. Satu-satunya harapan baginya adalah untuk menundukkan pria ini dalam tiga detik. Lalu melompat ke atas kasur bersama pria itu dan berpura-pura mesra!     

Chu Qiao tidak punya waktu untuk memikirkan celah di dalam rencananya. Dia melompat maju dan melepaskan pakaiannya, hanya menyisakan sebuah celana pendek yang tipis. Dia menggunakan tembok sebagai papan tolakan, melompat maju dan melempar dirinya pada pria itu. Dengan dua kali salto, dia mendaratkan sebuah hantaman di punggung pria itu, membuat mereka berdua terjatuh ke atas kasur! Di saat ini suara langkah kaki di luar menjadi lebih keras. Sangat jelas kalau Chu Qiao harus menundukkan pria ini, menggunakannya sebagai sandera.     

Chu Qiao merasa dirinya sudah gila.     

Dengan gerakan lincah pergelangan tangan mereka, keduanya bertukaran dua puluh lebih pukulan lagi. Akhirnya, saat langkah kaki mendekati pintu, Chu Qiao berhasil melakukan yang dia inginkan. Dia berhasil menangkap pria itu, mencengkeram tenggorokannya. Namun, lehernya sendiri juga di dalam cengkeraman pria itu!     

Situasi ini sangat mirip dengan sebelumnya. Mati bersama? Mati bersama saja!     

Suara ketukan kencang terdengar dari luar pintu, diikuti suara teriakan para penjaga di luar. Ruangan itu remang-remang. Pada saat ini, mereka berdua akhirnya sempat melihat wajah satu sama lain setelah bergumul sepanjang malam. Saat melihat wajah satu sama lain, mereka serempak membuka mulut lebar-lebar, dan saling memelototi!     

Dengan berdebum, pintu kamar didobrak terbuka. Para penjaga di luar berhamburan masuk ke kamar. Pimpinan penjaga itu bertanya, "Tuan Keempat! Tuan Keempat! Apa yang terjadi?"     

Semua orang menatap dengan ngeri pada kedua orang di atas kasur. Ruangan itu sangat berantakan. Ada air di mana-mana, karpet sudah berantakan. Selimut terlempar ke lantai, pakaian mereka di mana-mana. Di atas kasur yang megah, seorang pria dan seorang wanita berada dalam posisi mesra, saling berpelukan. Mereka sedang saling menatap, lalu melihat ke arah pintu.     

"Siapa yang mengizinkan kalian masuk?"     

Di saat itu, Yue Qi dan yang lainnya merasa seperti diterpa oleh angin topan. Betul, pria itu adalah Zhuge Yue. Wajah semua orang pucat. Beberapa orang langsung jatuh bersujud karena ketakutan. Dalam waktu kurang dari tiga detik, pintu sudah tertutup kembali.     

Setelah cukup lama, kedua orang di dalam kamar itu saling menatap dan berseru, "Kamu?"     

Kesunyian menyelimuti kamar itu. Pelita menerangi ruangan itu tanpa suara, sesekali memercikkan api. Cahaya bulan yang pucat mengalir masuk melalui jendela. Kota Wu Peng, di waktu malam seperti sekarang, sangat berangin dan menyejukkan.     

Orang-orang yang ahli bela diri memiliki pendengaran yang tajam, terutama di malam yang hening. Suara orang-orang di luar perlahan terdengar ke dalam kamar. Itu suara para penjaga yang diam-diam bergosip tentang tuan mereka.     

"Tuan biasanya terlihat serius. Saya tidak menyangka dia menikmati permainan seperti ini."     

"Tentu saja. Suara mereka keras sekali, pakaian mereka di mana-mana. Seru sekali!"     

"Wanita itu beruntung sekali, bisa memenangkan kasih sayang dari tuan kita."     

"Wanita itu memiliki tubuh yang bagus, dua kaki yang panjang dan putih …."     

"Kamu gila! Itu wanita milik Tuan! Dia akan mencungkil matamu keluar!"     

"Ah, Kakak Zhang benar. Kita harus melupakan semua itu, dan anggap saja kita buta."     

"Saya sudah melayani di kediaman bertahun-tahun. Jangan pikir karena temperamen Tuan sudah membaik, dia akan melepaskanmu! Dulu, dia sangat kasar dan ditakuti di seluruh kediaman! Percaya kata-kataku, pasti benar! Namun, budak wanita itu memang memiliki tubuh yang bagus. Tapi … kenapa rasanya aku kenal ya?"     

"Kamu memang kenal dengan semua wanita cantik."     

Para penjaga itu terkikik perlahan dan berjalan menjauh dari kamar itu.     

Di dalam kamar, keduanya tetap terkunci dalam posisi yang sama, saling mencengkeram leher lawannya, kaki mereka saling terjalin. Saat mata mereka bertemu, sederet perasaan rumit melintas di pikiran mereka.     

Angin bertiup ke dalam kamar dari jendela. Tirai satin merah berkibar di udara di antara mereka, mengaburkan penampilan mereka. Waktu berjalan perlahan. Suara genderang yang menandakan waktu bergema di dalam ruangan besar itu.     

Pandangan di mata mereka melunak. Dari rasa terkejut di awal, diikuti rasa malu-malu, lalu frustrasi dan permusuhan, akhirnya muncul perasaan tenang. Mereka melepaskan cengkeraman di leher lawannya untuk terakhir kali, lalu mundur.     

Chu Qiao mengambil sebuah selimut sutra, menutupi dadanya yang terbuka. Dia menatap pria di seberangnya, tanpa berkedip. Di saat ini, dia menekan semua perasaannya, hanya menyisakan sedikit rasa waspada.     

Pria yang semula marah itu juga sudah menenangkan diri. Tatapannya dingin, alisnya mengerut tetapi tidak ada niat bermusuhan. Dia kembali memasang tampangnya yang biasa, terlihat malas namun dingin. Setelah sejenak, pria itu turun dari kasur tanpa peduli. Dia berjalan dengan terbuka ke tengah ruangan dan memakai kembali jubah yang tadi dia lepaskan, menampilkan dadanya yang terjemur coklat. Tak disangka, dia menampilkan sikap yang baik lagi. Dia mencari-cari di tengah kekacauan di lantai, dan mengambil jubah Chu Qiao, yang sudah basah kuyup. Lalu berjalan ke sisi gadis itu, mengulurkan pakaiannya yang basah dengan satu tangan. Dia mengulurkan tangannya yang lain, dan berkata, "Berikan padaku."     

"Apa?" Chu Qiao mengernyit. "Berikan apa?"     

Zhuge Yue meliriknya, mengisyaratkan pada Chu Qiao agar jangan berpura-pura bodoh.     

"Sejak Yan Xun kabur ke sarang lamanya bersama para pengemis dari Serikat Da Tong, apakah mereka begitu kekurangan uang? Sampai mereka mengirimmu untuk mencuri?"     

"Apa katamu?" Chu Qiao marah. "Jaga ucapanmu!"     

Zhuge Yue melihatnya dengan datar, lalu dengan menghina. "Kamu sudah mau mati, tapi masih begitu sombong."     

Chu Qiao duduk di kasur dan tetap diam, dengan wajah yang dingin. Dia sudah kalah telak malam ini. Dia merasa sangat frustrasi, mengutuk nasibnya yang sedang sangat terpuruk belakangan ini.     

Saat dia melihat wajah Zhuge Yue, dia merasakan perasaan lega yang sulit dijelaskan, betapapun dia tidak ingin mengakui hal ini. Mungkin, tertangkap olehnya lebih baik dibandingkan kemungkinan-kemungkinan lainnya! Setidaknya, dia tidak akan langsung dibunuh. Dia tahu kalau ibu kota tidak menginginkan dirinya, hanya kepalanya saja.     

"Berikan padaku," Zhuge Yue berkata dengan keras kepala.     

"Berikan apa?"     

"Berhenti berpura-pura!" pria itu mendengus, sambil menatap dingin pada gadis itu. "Tadi, saat di serambi. Itu kamu. Kamu mencuri sesuatu dariku, apa perlu aku mengatakannya?"     

Chu Qiao akhirnya mengerti. Namun, dia menjawab dengan keras kepala, "Siapa yang peduli dengan barang milikmu. Aku hanya mengambilnya darimu dan membuangnya. Kalau kamu mau, kirim saja orang dari kediaman ini untuk mencari di danau."     

Zhuge Yue mengangkat alisnya perlahan. Ada kesedihan di matanya. Chu Qiao menatapnya dengan keras kepala tanpa sedikitpun rasa takut.     

Dengan sekelebat, Zhuge Yue melemparkan pakaian basah itu ke wajah Chu Qiao, lalu berbalik dan berjalan ke arah pintu. Saat dia membuka pintu, seorang pelayan berlari ke arahnya. Zhuge Yue memberinya beberapa perintah singkat untuk memeriksa danau dan mencari liontin giok. Pelayan itu, saat mendengar kata-katanya, tampak kebingungan. Danau itu tidak besar dan bisa dikelilingi dengan kapal dalam satu jam. Tetapi, kedalamannya lebih dari 12 meter. Itu bagai mencari jarum dalam jerami ….     

Salah satu dari pelayan itu mendongak dan menjawab, "Tuan, itu …."     

Sebelum pelayan itu selesai berbicara, Zhuge Yue menamparnya dengan keras, membuatnya menundukkan kepalanya lagi.     

"Siapa yang mengizinkan kamu mendongak?"     

Pelayan itu mengangguk ketakutan, tidak berani mengangkat kepalanya lagi.     

Chu Qiao terkejut. Pintu masuk kamar itu menghadap langsung ke kasur, dan saat itu dia masih belum berpakaian.     

Zhuge Yue berbalik dan melihat ke Chu Qiao. Dia sudah memakai bajunya yang basah. Namun, karena itu terbuat dari bahan yang tipis, sehingga terlihat transparan, membuatnya terlihat semakin menggoda.     

Zhuge Yue melihat ke arah Chu Qiao dan mengerutkan alisnya. Melihat ekspresi pria itu yang aneh, Chu Qiao menjadi sedikit canggung. Pria itu berjalan ke deretan lemari pakaian dan membuka salah satunya. Tiba-tiba, wajah Chu Qiao berubah. Sebelum dia sempat berkata apa-apa, seorang wanita yang terikat jatuh ke lantai dengan bunyi berdentum, mendarat di kaki Zhuge Yue.     

Zhuge Yue merespons dengan cepat. Dia salah mengira wanita yang bersembunyi di dalam lemari itu sebagai pembunuh. Tanpa ampun, sebelum tubuh wanita itu menyentuh lantai, Zhuge Yue menendangnya, membuatnya terbang keluar dari ruangan itu bagaikan bola.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.