Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 117



Bab 117

0Di pagi keesokan harinya, cahaya matahari yang cerah mengusir malam. Warga Kota Xian Yang keluar dari rumah mereka dan mendapati kalau keadaan tidak berubah. Situasi masih sama seperti biasa—jalanan ramai dengan berbagai kegiatan. Putra ketiga keluarga Zhang berkeliling untuk menagih uang keamanan dari berbagai rumah, putra keempat keluarga Li di seberang jalan berkeliling dengan ditemani tujuh hingga delapan orang selir, dan masih terlihat antrean panjang di toko roti milik keluarga Wu. Keadaan tidak berubah, dan orang-orang menyadari bahwa apapun yang terjadi semalam bukan urusan mereka. Mereka tetap perlu menjalani hidup seperti biasa.     
0

Tetapi, orang-orang yang lebih tajam penglihatannya, menemukan beberapa kejanggalan. Beberapa toko makanan di depan keluarga Liu sudah diambil alih oleh penjaga toko yang baru. Selain beberapa orang pelayan yang masih kecil, pimpinan masing-masing toko sudah menghilang.     

Gudang milik Bos Jia, yang menyimpan persediaan garamnya, tampaknya terbakar semalam. Walaupun api sudah dipadamkan tepat waktu, tetapi simpanan garam itu menjadi berbau asap.     

Tempat penukaran uang, yang dijalankan oleh keluarga Ouyang, telat buka dua jam karena kepala toko tidak hadir. Dikabarkan kalau dia sedang sakit ….     

Menjelang siang hari, Tuan Feng menerima surat dari anak buahnya. Dia melihat surat itu sebentar lalu berjalan ke ruang belajar dan menuliskan beberapa kalimat. Setelah menyegel surat itu, dia menyerahkannya kepada bawahannya yang paling dia percayai. Tuan Feng yang muda itu, dengan ekspresi serius yang jarang dia perlihatkan, berkata, "Serahkan ini kepada Tuan. Jangan sampai ada kesalahan."     

Angin timur meniup seluruh kota itu. Bunga-bunga bermekaran, meninggalkan pemandangan yang berwarna-warni. Ini adalah musim yang bagus. Pada saat ini, asap tebal mulai naik dari lembah yang sunyi. Setelah pembantaian besar-besaran, kekuatan rombongan itu berkurang jauh, kini hanya tersisa kurang dari 700 orang. Sisanya sudah kehilangan nyawa di malam sebelumnya.     

Zhuge Yue membawa semangkuk bubur putih di tangannya dan berjalan ke samping Chu Qiao. Wajahnya tampak bermasalah, namun dia sudah tenang. Tenda itu kecil, sehingga dia tidak bisa berdiri tegak. Dia berjongkok dan membantu Chu Qiao duduk, lalu berkata dengan suara rendah, "Makanlah."     

Wajah Chu Qiao sangat pucat. Dia semakin melemah setiap hari. Namun, dia masih bisa bertanya, "Bagaimana keadaan di luar sana?"     

"Apa lagi?" Zhuge Yue menjawab dengan kesal. "Orang-orang yang harus mati sudah mati. Orang-orang yang tidak seharusnya mati juga sudah mati. Keluarga Liu telah merebut kekayaan keluarga-keluarga lain dengan mudah."     

Chu Qiao sedikit merengut dan berkata perlahan, "Ini berarti Liu Xi itu telah merebut kekayaan para pedagang lainnya? Apakah dia tidak takut dengan balasannya?"     

Zhuge Yue menggeleng dan menjawab, "Para pimpinan pedagang lain mungkin sudah tewas juga."     

"Maksudmu …."     

"Iya," Zhuge Yue menjawab dengan anggukan. "Kalau aku, aku akan melakukannya sekaligus. Walaupun kekayaan keluarga Ouyang, Jia, dan Wang tidak bisa dibandingkan dengan keluarga Liu, tetapi jika mereka bersatu, akan cukup menjadi masalah bagi keluarga Liu. Karena Liu Xi memutuskan untuk merebut semua kekayaan ini dan membunuh orang-orang dari keluarga-keluarga ini, Kota Xian Yang juga pasti tidak tenang semalam."     

Chu Qiao merengut. "Apakah Liu Ming Jun akan mendukung tindakan Liu Xi? Dengan begini, posisi mereka di Kota Xian Yang akan benar-benar hancur."     

"Kamu masih mengira dalangnya adalah Liu Ming Jun?" Zhuge Yue tertawa. "Xing Er, kamu pandai, cekatan, dan cepat tanggap. Hanya saja kamu tidak tahu cara membaca pikiran orang lain. Liu Xi sudah memberontak. Kalau aku tidak salah, orang pertama yang mati semalam adalah Liu Ming Jun."     

"Liu Xi telah memberontak?" Chu Qiao tertegun, berusaha mengingat pemuda yang dia lihat ketika di Kota Xian Yang. Pemuda itu memperlihatkan sederet gigi yang putih saat dia tersenyum. Keahliannya berkuda sangat indah. Pada saat itu, ketika Liu Ming Jun memperkenalkan keponakannya itu pada Chu Qiao, pria itu tertawa lepas dan menepuk bahu pemuda itu, dengan bangga berkata bahwa dia sudah menganggap pemuda itu seperti putranya sendiri ….     

"Mengapa Liu Xi memberontak? Mungkin, dia tidak puas dengan menjadi orang kaya. Dia memiliki ambisi politik. Namun, sistem politik di Xia sangat eksklusif, hanya melibatkan para keluarga bangsawan. Dia tidak memiliki posisi di dalam istana, maka akan sulit baginya untuk memanjat tangga kekuasaan bahkan jika dia berusaha selama sepuluh tahun. Maka dari itu, dia mempertaruhkan semuanya dan mengumpulkan kekayaan dari para pedagang Xian Yang sebagai batu loncatan agar dia bisa masuk ke kalangan atas di kekaisaran Tang. Dengan kekayaan sebesar itu, tidak ada yang akan meremehkan Liu Xi dalam perjalanannya ke Tang."     

Saat Zhuge Yue memberikan analisisnya, Chu Qiao tidak setuju dengan pria itu karena dia tahu identitas sebenarnya dari orang-orang yang sudah tewas. Di saat ini, dia lebih mengkhawatirkan jika Liu Xi berpihak pada Kekaisaran Xia, dan berencana menghabisi pangkalan Serikat Da Tong di Xian Yang dengan menelan seluruh kekayaan mereka. Sedangkan mengapa mereka menuju ke wilayah Tang, Chu Qiao tidak bisa memikirkan alasannya.     

Zhuge Yue adalah pria yang sangat pandai. Pada saat ini, para pengintai dari Tang membawakan berita yang sama persis kepada para pejabat, dan mereka mengambil kesimpulan yang sama. Dengan menumbangkan keluarga lainnya, Liu Xi menuju ke wilayah Tang dengan niat tersembunyi. Namun, tak seorangpun tahu kalau Liu Xi, yang dibenci semua orang, telah dimasukkan ke dalam karung goni dan dilemparkan ke dalam sungai.     

Setelah kejadian ini, sebagian orang terburu-buru mundur. Sebagian lainnya acuh tak acuh, sebagian tidak peduli dengan kejadian ini, dan sebagian berusaha mengendalikan situasi. Orang-orang yang acuh tak acuh, mengira ini hanya perampokan biasa dan pertikaian antara keluarga-keluarga itu. Orang-orang yang lebih pandai, seperti Zhuge Yue dan Li Ce, yang mampu menggali lebih dalam dan menemukan alasan-alasan di balik kejadian ini. Hanya orang-orang yang memegang kendali yang bisa mengupas lapis demi lapis dan jaringan di balik semua itu untuk mengungkap misteri ini, dan menunggu sampai kebenaran terungkap suatu hari nanti.     

Di dalam tenda besar, seorang pria dengan jubah putih duduk di alas yang diberi penghangat. Di luar tenda itu, para pengawalnya berjaga.     

Seorang pemuda, berusia sekitar 20 tahun, dan memakai baju perang, berlari ke dalam tenda dan berlutut di lantai, lalu berkata, "Yang Mulia."     

Yan Xun yang memakai jubah putih dan duduk di alas berpenghangat itu. Keringat mengalir turun di dahinya dan dia masih pucat. Dia duduk di sana dan tidak berkedip, hanya menjawab kehadiran pemuda itu dengan suara bergumam.     

"Semua harta sudah disita. Kepala semua keluarga lain, beserta para pelayan mereka, telah dilenyapkan. Saya sudah mengirim orang untuk menguburkan mayat mereka di gunung di belakang kita."     

Yan Xun tetap diam, seakan-akan dia sudah tertidur. Pemuda itu menjilat bibirnya dan menambahkan, "Hanya saja … hanya saja pangeran kecil dari keluarga Ouyang belum ditemukan."     

Yan Xun merengut tetapi tidak berkedip. "Kalau begitu cari dia."     

"Iya, baik!" Pelayan muda itu menjawab dengan buru-buru, "Anak itu baru berusia empat tahun. Ada pohon di mana-mana. Saya rasa dia belum lari jauh."     

"Tunggu sebentar." Sebuah suara rendah menggema. Pemuda itu terkejut dan menurut.     

Yan Xun akhirnya membuka matanya. Dengan pandangan yang bijak, dia bertanya dengan tenang, "Apakah kamu tahu mengapa Kekaisaran Xia menjadi seperti ini sekarang?"     

Pelayan muda itu terkejut. Dia membuka mulutnya dua kali, namun tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya.     

"Itu karena waktu mereka membunuh keluargaku, mereka tidak membunuhku. Apa kamu mengerti sekarang?"     

Pelayan muda itu kebingungan. "Saya mengerti sekarang, saya mengerti."     

"Baiklah, lanjutkan." Yan Xun melambaikan tangannya untuk menyuruh pelayan itu pergi.     

Pelayan muda itu berdiri dengan hati-hati. Saat dia sedang beranjak pergi, Yan Xun, menambahkan, "Setelah kamu selesai, pergi dan terima hukumanmu sesuai peraturan militer. Tampaknya kamu perlu diberi pengingat tentang siapa diriku sekarang."     

"Baik, Tuan. Saya akan mengingat apa yang anda katakan."     

Tenda itu kembali sunyi. Yan Xun bersandar di alas itu, mantelnya hampir menelan dirinya. Perlahan, dia mengerutkan alisnya dan memaki dengan frustrasi, "Dasar orang-orang selatan barbar …."     

Keesokan harinya, tidak ada berita kalau perkemahan ini akan berangkat. Zhuge Yue pergi keluar untuk memeriksa sekeliling. Selain pelayan dari keluarga Liu, para pelayan dari keluarga lain telah menghilang. Dia panik, tetapi mengingat keadaan Chu Qiao, dia tidak bisa membawa gadis itu pergi dari tempat ini.     

Dia pergi ke samping kereta kuda untuk mengambil beberapa ransum kering. Dalam perjalanan balik, dia melihat gadis bernama Xing Xing itu sedang bersembunyi di samping sebuah tenda kecil, kepalanya yang kecil muncul keluar. Gadis itu tampak seperti sedang menilai Zhuge Yue. Lalu gadis itu melihat ke segala penjuru, sepertinya dia sedang mencari Chu Qiao yang ramah.     

Melihat Zhuge Yue sudah menyadari dirinya, gadis kecil itu menyipitkan matanya dengan girang dan berlari ke arah pria itu.     

Zhuge Yue mengabaikan anak itu dan berjalan kembali ke arah tenda. Setelah berjalan dua langkah, dia mendengar langkah kaki yang terburu-buru di belakangnya. Dia berbalik badan, dan melihat anak itu melangkah dengan hati-hati di belakangnya.     

Apa yang anak ini inginkan? Masih mau daging lagi? Zhuge Yue merengut dan berkata, "Kalau kamu mengikuti aku lagi, akan aku patahkan kakimu!"     

"Waaaaa!" Anak itu menangis keras, membuat Zhuge Yue terkejut. Anak gadis itu berlari ke arah sebaliknya sambil terus menangis. Semua orang menatap Zhuge Yue dengan rasa hina di mata mereka, seakan-akan berkata: Lihat pria itu. Mengancam anak kecil seperti itu.     

Zhuge Yue merasa frustrasi. Dia hanya berniat menakuti anak itu.     

Saat Zhuge Yue kembali ke tenda, Chu Qiao masih tidur. Gadis itu sekarang sering tertidur tiba-tiba bahkan saat sedang berbicara. Zhuge Yue agak khawatir, namun saat melihat gadis itu sudah bisa berjalan saat sedang tidak tidur, dia merasa lega. Setidaknya, setelah cobaan yang mereka hadapi, sekarang gadis itu sudah mulai memercayai dirinya. Saat ini, jika Zhuge Yue duduk di samping Chu Qiao, gadis itu tidak lagi menodongkan pisau padanya.     

Langit perlahan mulai gelap. Zhuge Yue menghela napas, dia merasa tertekan. Zaman sudah berubah. Sekarang, dia bahkan tidak bisa meninggalkan tempat bobrok ini.     

"Umm …." terdengar suara malas. Chu Qiao membuka matanya perlahan. Melihat Zhuge Yue duduk di sampingnya, Chu Qiao menjadi canggung. Dia merapikan rambutnya. Dengan suara sengau, gadis itu berkata, "Jam berapa sekarang? Oh, aku sudah tidur lama sekali."     

Zhuge Yue tetap diam, dan memberikan sebotol air kepada gadis itu.     

Chu Qiao menerima botol itu dan meminum seteguk air. Melihat Zhuge Yue masih menatap dirinya, gadis itu tersedak. "Uhuk, uhuk …."     

"Ceroboh sekali." Zhuge Yue memutar bola matanya sambil menepuk punggung gadis itu.     

Setelah terbatuk-batuk cukup lama, Chu Qiao menjadi segar. Sambil menatap mata Zhuge Yue dengan galak, Chu Qiao merebut botol air itu darinya, lalu minum dua tegukan besar dan berkata dengan lantang, "Aku lapar."     

Zhuge Yue tadi sudah keluar untuk mengambil makanan. Namun, melihat sikap gadis itu, dia jadi tidak ingin memberikan makanan itu kepadanya, sambil menyeringai dia membalas, "Memangnya aku budakmu?"     

"Budak?" Chu Qiao melihat pria itu dari sudut matanya. "Kamu? Memangnya kamu bisa apa? Aku berani bertaruh harga kamu tidak akan sampai satu tael emas."     

Zhuge Yue mendengus. "Memangnya kamu berharga?"     

"Lebih daripada kamu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.