Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 98



Bab 98

0Suara Zhuge Yue dipenuhi nafsu membunuh, dan Bos Mu sangat terkejut oleh nadanya yang dingin. Pemuda itu melanjutkan, "Orang itu hanya akan memiliki satu tuan dalam hidupnya, dan tuan itu adalah aku. Kamu berani menjualnya pada orang lain? Memang, kamu pantas untuk mati."     
0

"Tuan, saya … saya …."     

"Yue Qi, aku tinggalkan urusan ini padamu. Aku tidak mau melihat dia menghalangi pandanganku saat aku datang ke kota ini lagi."     

Yue Qi maju, dan mematuhi dengan dingin, "Baik." Mengabaikan permohonan Bos Mu yang putus asa, Zhuge Yue menunggang kudanya dan pergi, menghilang di tengah lautan manusia.     

Bersama dengan derap langkah kaki kuda, jalanan yang ramai itu tiba-tiba terusik oleh jeritan yang menyeramkan. Di masa ini, nyawa warga biasa tidak berharga bagai rumput liar di pinggir jalan, dan terlebih lagi untuk orang-orang seperti Bos Mu yang sudah melakukan berbagai macam kejahatan sebagai pedagang budak. Tidak ada orang yang akan mengasihaninya, dan kota itu pun dengan cepat kembali ke kehidupan sehari-hari mereka.     

"Zhu Cheng, pergi ke Transportasi Air Yamen, dan kabari mereka kalau kita akan menempuh jalan darat."     

Zhu Cheng sudah mempersiapkan diri, namun ia tetap terkejut. Maka dia menganjurkan, "Tuan, tuan besar menyuruh kita untuk mencapai ibu kota Tang—Tang Jing— secepatnya. Pergi lewat darat akan membuang waktu, ditambah lagi para keluarga bangsawan akan tiba melalui jalur air. Kalau kita memilih untuk menonjol dengan mengambil jalan darat, saya takut nanti akan jadi gunjingan."     

Zhuge Yue tidak menjawab, dan hanya menatap wajah Zhu Cheng dengan dingin. Niat dia sudah sangat jelas.     

Zhu Cheng merasa merinding. Bagaimana mungkin dia tidak mengerti niat Zhuge Yue? Ini adalah acara perayaan untuk Kekaisaran Tang, dan jalur air ditutup kecuali untuk keluarga-keluarga bangsawan besar yang diundang secara khusus. Orang biasa hanya bisa masuk ke Tang Jing melalui jalan darat. Melihat kenyataan kalau keluarga yang membeli Chu Qiao harus membeli budak, mereka pasti bukan salah satu keluarga besar itu. Tuan muda memaksa untuk lewat jalan darat, maka niatnya sudah sangat jelas. Tetapi bahkan jika dia berhasil menemukan Chu Qiao, dengan hubungan mereka sekarang, apa gunanya? Pada akhirnya, Zhuge Yue sudah bukan remaja dari sembilan tahun yang lalu, dan Chu Qiao sudah bukan budak rendahan yang tidak memiliki apapun.     

Tuan Muda, bahkan jika anda menemukannya, apa yang bisa anda perbuat? Dia itu seekor harimau. Bahkan jika dia terluka dan terperangkap, dia bukan orang yang bisa dikendalikan. Zhu Cheng menggeleng dan mendesah. Berbalik arah, dia menuju ke Transportasi Air Yamen, meninggalkan Zhuge Yue di belakang. Matahari sore menyinari jubah biru tua Zhuge Yue, memantulkan cahaya berpijar, memberinya aura yang memesona.     

Di kejauhan, sebuah pohon elm yang tebal dan tinggi terlihat di antara tanaman yang sedang bermekaran. Usia pohon itu kira-kira 30 sampai 40 tahun, dan pohon itu dililit dengan kain merah dan potongan kertas warna-warni. Ini adalah karena kepercayaan takhayul warga sekitar. Mereka percaya bahwa di dalam pohon elm ada dewa, dan semakin tebal pohonnya, semakin kuat dewanya. Akibatnya, banyak orang yang menemui kesulitan dalam hidup mereka, mulai mendatangi pohon ini untuk berdoa memohon keselamatan dan kemakmuran.     

Angin mulai bertiup lagi, dan pakaian Zhuge Yue diacak-acak oleh angin. Mengeluarkan aksesori giok miliknya, dia melemparkannya pada pohon itu. Dengan suara benturan nyaring, aksesori berharga itu tergantung di atas ranting pohon. Bergoyang karena benturan tadi, giok itu berkilauan saat karena disinari oleh cahaya matahari.     

"Hiyah!" Zhuge Yue berbalik, dan dengan mencambuk kudanya, dia pergi bersama anak buahnya. Jangkrik berderik di tengah teriknya musim panas, saat udara hangat dari angin terus menggoyang ranting pohon tempat giok itu tergantung. Dari kejauhan, terlihat seperti bintang yang berkilauan. Siapa yang tahu doa apa yang dipanjatkan melalui giok itu?     

Saat terbangun, hari sudah senja. Permukaan sungai berkilau keemasan karena memantulkan matahari yang terbenam. Liang Shao Qing tersenyum lebar saat dia melihat Chu Qiao akhirnya bangun. Dia segera mengambil obat di samping, dan menyuapinya dengan hati-hati. Obat itu sangat pahit, dan ini bagaikan siksaan jika harus disuapi begitu perlahan, sendok demi sendok. Chu Qiao mengernyit, dan merebut mangkuk obat itu lalu menenggaknya sampai habis. Setelah itu, dia segera menelan seteguk teh kental untuk mengurangi rasa pahit di mulutnya.     

Karena sudah berganti dengan pakaian bersih dan pembalut lukanya sudah diganti, penyakitnya sudah hampir sembuh. Chu Qiao duduk dan mengamati sekelilingnya, lalu bertanya, "Di mana ini? Ke mana kita menuju?"     

"Kita sudah dibeli oleh seseorang." Liang Shao Qing berpura-pura misterius, namun dia terus menambahkan hal yang sudah diketahui oleh Chu Qiao. "Kita ada di atas kapal." Menatap pelajar itu, Chu Qiao merasakan sebuah dorongan untuk meninjunya. Namun karena bersikap baik, Chu Qiao menekan keinginannya untuk menghajar pelajar itu. Dengan tenang, dia bertanya, "Kutu buku, bisakah kamu memberitahuku hal yang aku belum tahu?"     

"Oh, baiklah." Liang Shao Qing mulai menyampaikan kembali informasinya yang terbatas. Tuan baru mereka adalah keluarga Zhan dari provinsi Shui Xiu, yang terletak di sepanjang perbatasan Xia dan Tang. Mereka sedang menuju ke Tang Jing. Tuan mereka baru berusia 27 tahun, dan dia adalah pria yang mereka lihat di pasar budak. Namanya adalah Zhan Zi Yu. Selain itu, di keluarga ini ada lima orang gadis muda yang merupakan saudarinya Zhan Zi Yu. Di antara mereka, 3 saudari tertua sudah menikah, dan suami mereka pun ikut dalam perjalanan ini. Secara keseluruhan ada tiga kapal besar, dan ada ratusan pelayan. Paman Qing tadi bisa disebut sebagai kepala dari semua pelayan itu.     

Mereka membawa begitu banyak orang dalam satu perjalanan. Dilihat dari ini saja, tampaknya mereka adalah keluarga yang besar. Namun bagaimanapun Chu Qiao berusaha mengingat, dia tidak bisa mengingat keluarga besar di dalam Kekaisaran Xia yang bermarga Zhan.     

Karena rombongan ini sedang menuju Tang Jing, Chu Qiao tidak lagi perlu melarikan diri buru-buru. Dengan demikian, dia bisa memulihkan diri dari lukanya, dan bersembunyi dari pencarian yang dilakukan Kekaisaran Xia. Dengan demikian sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.     

Dia mendongak dan bertanya, "Kamu bilang mereka menuju ke Tang Jing, tetapi apakah kamu tahu mengapa mereka menuju ke sana?"     

"Pangeran Tang itu akan menikah. Seluruh Kekaisaran Tang, Kekaisaran Xia, dan Kekaisaran Song akan mengirim orang ke Ibu Kota Tang untuk menghadiri upacara pernikahannya."     

"Pernikahan?" Chu Qiao terperangah. Dia bertanya dengan suara keras, "Siapa yang mau menikahinya?"     

Liang Shao Qing baru akan menjawab, namun kapal besar itu tiba-tiba bergetar, dan suara juru mudi yang berteriak menggema di udara. Perlahan, kapal besar itu mulai bergerak.     

"Akhirnya kita bergerak. Sejak tadi seorang bangsawan Xia menolak untuk naik ke kapal, dan Tuan Zhan tidak mau berangkat dahulu, dan menunggu sepanjang hari. Tampaknya orang itu masih ada urusan lain di sini, dan kapal kita berangkat tanpa dia," jawab Liang Shao Qing.     

"Kamu bilang Pangeran Tang akan menikah. Siapa yang dia nikahi? Seorang tuan putri dari Xia?"     

"Betul, Tuan Putri Kesembilan."     

Chu Qiao menunduk, dan terdiam cukup lama. Liang Shao Qing khawatir. dan memanggilnya, "Xiao Qiao? Xiao Qiao? Ada apa? Apa kamu merasa tidak enak?"     

"Tidak apa-apa," Chu Qiao menjawab, sambil perlahan rebah di atas kasur. "Aku lelah. Aku mau istirahat sebentar."     

"Baiklah, kalau begitu kamu istirahat saja, saya akan keluar untuk melihat-lihat." Pintu kabin terbuka, dan Liang Shao Qing berjalan keluar.     

Berbaring di kasur, Chu Qiao merengut, dan bergumam sendiri, "Pada akhirnya, Kekaisaran Xia tetap memilih untuk membentuk aliansi melalui pernikahan dengan Kekaisaran Tang. Yan Xun, apa yang harus kita lakukan?"     

Langit berwarna biru jernih. Berdiri di atas dek kapal, Liang Shao Qing menyadari kalau kapal ini sangat besar, lebarnya lebih dari sepuluh meter dan ada empat tiang kapal. Ada empat tingkat—dua di atas dek, dan dua lagi di bawah dek. Seharusnya, dengan status mereka sebagai budak, Chu Qiao dan Liang Shao Qing seharusnya tinggal di deck paling bawah. Namun karena Paman Qing melihat Chu Qiao terluka parah, dia menyisakan sebuah ruangan di lantai paling atas untuk mereka beristirahat.     

Di saat ini, dari haluan kapal, terdengar sebuah suara terompet yang keras dan jernih, diikuti oleh teriakan keras para awak kapal. Dengan lancar, mereka membuka layar. Saat layar tertiup angin, kapal raksasa itu mulai bergerak dengan cepat. Melihat pemandangan dari kedua sisi kapal mulai berlalu, dan burung-burung terbang melingkar di sekitar dermaga, Liang Shao Qing menghela napas lega dan tersenyum, seakan semua beban dari sebelumnya telah diangkat darinya. Akhirnya, dia menuju ke Tang Jing!     

Sementara itu, di dermaga, sekelompok orang dengan tenang mengamati kapal-kapal yang pergi. Zhu Cheng melangkah maju, dan melaporkan, "Tuan, semua sudah diatur. Kapal-kapal yang dikirimkan oleh Kekaisaran Tang telah berangkat, dan kita telah menyelesaikan prosedur untuk perjalanan darat. Kita bisa memasuki Kekaisaran Tang melalui Jalur Bai Zhi."     

"Baiklah." Zhuge Yue mengangguk sementara pandangannya masih terpaku di permukaan sungai. Dengan santai, dia menjawab, "Tidak perlu buru-buru, kita akan menunggu di Kota Xian Yang ini untuk beberapa hari lagi."     

Zhu Cheng menghela napas tanpa suara. Tuannya merasa orang setempat yang membeli gadis itu. Zhu Cheng mengangguk, dan menjawab, "Baik."     

Angin sungai terasa nyaman dan sejuk, dan berpadu serasi dengan tumbuhan yang menghiasi kedua tepi sungai. Zhuge Yue berdiri di tepi sungai, dan mengawasi kapal-kapal itu menghilang di kejauhan, sebelum akhirnya ia berbalik dan menunggang kembali ke arah Kota Xian Yang.     

Takdir telah mengatur begitu banyak kebetulan sepanjang jalan. Zhuge Yue tidak tahu kalau orang yang ingin dia cari dengan begitu putus asa, berada di kapal yang sebetulnya disiapkan untuk dia. Sesuai dengan perkiraan dia yang masuk akal, keluarga yang cukup berpengaruh sampai diundang ke pernikahan Pangeran Tang Li Ce, seharusnya mereka tidak semiskin itu sampai harus membeli budak. Namun, itulah yang terjadi. Inilah kejamnya nasib dan takdir. Saat dia pergi di atas kudanya, gadis muda itu mengangkat jendela di kabinnya, dan hanya melihat jejak debu di dermaga.     

Hari itu hari ke-9 bulan keenam. Berita pernikahan Pangeran Tang Li Ce sudah menyebar ke seluruh Benua Meng Barat selama tujuh hari terakhir. Semua pihak sedang mempertimbangkan apa saja keuntungan dan kerugian yang akan muncul dari pernikahan dan persekutuan ini.     

Selain Yan Bei yang sudah memutuskan semua hubungan dengan Kekaisaran Xia, semua pihak berkuasa di seluruh benua bergegas menuju ke Tang Jing. Semua keluarga bangsawan, aristokrat, dan suku mengirim orang-orang yang berpengaruh. Ini tidak hanya mewakili niat mereka untuk meningkatkan hubungan mereka dengan Kekaisaran Tang, tetapi juga sebuah kesempatan untuk mencari tahu apa sikap Kekaisaran Tang yang hebat ini terhadap keadaan Kekaisaran Xia yang kini hancur. Sebagai hasilnya, pesta yang sebelumnya dibubarkan dengan tidak menyenangkan di Kota Zhen Huang, sekali lagi diadakan di Ibu Kota Tang. Di dalam Kekaisaran Tang yang kuno dan misterius ini, orang-orang berkumpul, dan kota itu ramai dengan berbagai kegiatan.     

Kebetulan, di hari yang sama, Yan Bei akhirnya menerima kabar tentang berbagai pihak di dalam Kekaisaran Xia yang sedang berusaha menangkap Chu Qiao. Penguasa barunya, Pangeran Yan Xun mengamuk, dan memerintahkan serangan ke Kekaisaran Xia. Dengan bawahannya yang terampil Wei Jing, Xirui, Bian Cang, Lu Fang, Du Ci, dan yang lainnya, ditambah lagi dengan kepemimpinan dari penasihat Wu Daoya, mereka menyiapkan serangan ke suku Batuha di barat laut. Batu Tua sama sekali tidak bisa menahan serangan itu, dan dia kehilangan sepertiga wilayahnya hanya dalam tiga hari. Walau demikian, dua pertiga wilayah sisanya sudah di ujung tanduk juga karena kerusuhan dan huru-hara. Berbagai permintaan bala bantuan, yang membawa noda darah prajurit Batuha, dikirimkan ke Kota Zhen Huang dan Kota Yun.     

Di saat itu, seluruh Kekaisaran Xia dipenuhi rasa takut dan kegelisahan. Semua pihak takut mereka akan menjadi tumbal pertama untuk pasukan Yan Bei yang mengamuk. Singa dari Yan Bei—Yan Xun—lalu menyebarkan pesan, yang isinya mengatakan di wilayah mana pun Chu Qiao terluka, Yan Xun akan mengirim seluruh keluarga wilayah itu ke neraka. Keluarga-keluarga ini berdoa agar Chu Qiao jangan sampai terluka sama sekali. Kalau berita mengenai Chu Qiao terluka mencapai telinga Yan Xun, mereka akan menghadapi seluruh pasukan Yan Bei yang tanpa ampun!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.