Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 64



Bab 64

0"Bolehkah aku memanggilmu QiaoQiao? Kedengarannya cukup mesra."     
0

Ekspresi Chu Qiao menjadi dingin, kesabarannya mulai habis seiring waktu berlalu. Dia merengut dan berkata, "Kalau ini karena saya menyinggung Yang Mulia sebelumnya, lebih baik saya dihukum. Tolong laporkan hal ini kepada sang Kaisar."     

Li Ce tidak menghiraukan apa yang dikatakan Chu Qiao dan melanjutkan dengan riang, "Apakah kamu masih memiliki sanak saudara? Apakah orang tuamu masih ada?"     

"Yang Mulia, tolong beri tahu saya apa niat anda sebenarnya. Chu Qiao hanya seorang biasa, saya tidak pantas menerima perhatian dan kepedulian dari Yang Mulia."     

"Kapan ulang tahunmu? Berapa umurmu? Ulang tahun saya di bulan ketujuh dan tahun ini saya berumur 21 tahun."     

"Yang Mulia, apa yang anda inginkan? Bisakah kita berbicara dengan wajar?"     

"Dari mana asalmu? Kamu kecil dan sangat berbakat, dan kamu tidak terlihat seperti berasal dari utara. Justru, kamu terlihat seperti berasal dari selatan. Apakah ayahmu pernah memberitahumu?"     

"Yang Mulia!"     

"Kamu terlihat cantik bahkan ketika sedang marah. Seleraku memang sangat bagus!"     

…     

Setelah setengah jam, Chu Qiao berusaha berbicara dengan Li Ce. Dia menenangkan dirinya dan berkata dengan tulus, "Yang Mulia, apa yang anda lihat dalam diri saya?"     

Li Ce tersenyum lembut. "Aku suka segalanya darimu."     

Chu Qiao kehilangan kata-kata dan dia menggelengkan kepala. "Dengan kata lain, apa yang anda inginkan dari saya? Ada banyak cara untuk menghindari pernikahan dengan Tuan Putri dari Kekaisaran Xia jika anda tidak bersedia. Anda tidak perlu menggunakan saya sebagai tameng. Saya hanyalah orang biasa yang tidak terlalu berguna."     

"QiaoQiao," Li Ce merengut dan berkata dengan tampang kebingungan, "Aku jatuh cinta padamu pada pandangan pertama. Tolong jangan salah paham dengan niatku. Itu akan membuatku sangat sedih."     

Justru lucu kalau kamu sedih karena itu! Pikir Chu Qiao. Dia mendadak sadar betapa menyenangkannya berbincang-bincang dengan orang yang normal. Walaupun dengan musuhnya sekalipun, tidak akan membingungkan seperti ini. Dia benar-benar tidak bisa menebak apa tujuan Li Ce sebenarnya. Dia menghela napas perlahan dan berhenti berusaha menggali informasi lebih lanjut dari Li Ce. Dia duduk diam di pojok kereta kuda dan menutup matanya, bahkan tidak mau membukanya.     

"QiaoQiao." Li Ce menyeringai sambil mendekatinya perlahan-lahan, ada sedikit daya tarik dalam suaranya yang serak dan nadanya yang santai. Dia melanjutkan, "Tanganku dingin."     

Setelah hening sejenak, terdengar suara benturan keras. Pangeran Li Ce terpental keluar dari kereta bagaikan bola. Dia melayang di atas kepala para utusan dan pengawal, jatuh ke atas tanah dengan kepalanya terlebih dahulu.     

"Siapa itu?"     

"Ah! Yang Mulia!"     

"Ada pembunuh gelap! Lindungi Pangeran!"     

Teriakan kacau terdengar di udara, Zhao Qi mengangkat alisnya dan langsung menghunus pedang yang ada di pinggangnya. Karena menghilangnya Wei Jing, dia menjadi sangat tegang. Sekarang, dia menjadi lebih tegang lagi. Dia memerintahkan pengawalnya untuk mengepung kereta yang luar biasa besar itu.     

"Ini hanya salah paham, sebuah kesalahpahaman saja!" Li Ce mengerang sambil berdiri terhuyung-huyung, berlari terseok-seok ke arah kereta. Dia berhenti di depan kereta kuda dan berkata dengan malu-malu, "Ini salah saya. Saya tidak berhati-hati dan tidak duduk dengan benar. Tidak ada apa-apa."     

Semua orang merengut dan kehabisan kata-kata. Melihat ke arah kereta yang tidak bergerak, mereka tidak tahu harus berkata apa. Dia tidak duduk dengan benar? Kereta itu bergerak begitu perlahan, bagaimana bisa seseorang terpental keluar dari sana?     

"Tidak apa-apa. Semuanya, tidak perlu tegang." Li Ce menepuk-nepuk badannya dan memanjat masuk ke dalam kereta kuda. Dia tersenyum dan melambai agar mereka pergi.     

Zhao Qi sudah hampir menangis. Dia sangat lelah mengurus pangeran yang sulit ditebak ini. Dia juga masih belum mendapat jawaban dari pembawa pesan yang dia kirimkan. Mereka sudah hampir mencapai gerbang kota; apakah ini berarti Kaisar Tang selanjutnya akan menikah dengan budak rendah dari Yan Bei?     

Begitu tirai ditutup, Li Ce menggertakkan giginya sambil menggosok-gosok sikunya. Dia mengerang sambil melihat ke arah Chu Qiao, yang duduk diam di salah satu sudut. Dia berkata, "QiaoQiao, kamu terlalu kejam. Bagaimana boleh kamu memperlakukan calon suamimu seperti ini? Nanti akan ada hukumannya."     

Chu Qiao menyipitkan matanya dan melihat Li Ce dengan dingin. "Ada batasan antara pria dan wanita. Yang Mulia, tolong hargai diri anda sendiri."     

"QiaoQiao, tolong oleskan obat di lukaku." Li Ce memegang sebuah botol porselen putih dan berbicara dengan menyedihkan, sambil menunjukkan tangannya yang berdarah.     

Chu Qiao menggaruk alisnya dan tetap di tempat semula.     

"Aku melakukan ini demi kebaikanmu." Kata Li Ce, "Jika orang lain melihat luka ini, kamu akan berada dalam masalah lagi."     

Chu Qiao menghela napas dan mengambil botol itu. Dia menarik tangan Li Ce dengan kasar dan mulai memberinya obat.     

Li Ce tiba-tiba berteriak kesakitan. Saat Zhao Qi dan yang lainnya mendengar jeritan itu, alis mereka mengernyit dan wajah mereka kaku.     

Langit biru cerah dengan awan putih tersebar di sana sini. Udara terasa segar dan matahari sore terasa hangat dan nyaman. Burung-burung terbang dengan anggun di angkasa. Di kedua sisi jalan, orang-orang yang tidak sempat bersembunyi, sedang berlutut, memberi hormat saat iring-iringan berlalu. Namun, saat mereka mendengar erangan dari dalam kereta kuda, mereka menjadi penasaran dan mengintip.     

Padang rumput yang luas sangatlah hijau; sungguh mengagumkan. Li Ce sudah berganti pakaian menjadi jubah merah menyala yang disulam dengan bunga peoni besar. Walaupun terlihat kasar, saat dipakai olehnya, baju itu tampak anggun. Dia menunggang kuda putih yang tampan dengan mawar ungu yang diikatkan di lehernya, tampak seperti mempelai pria yang baru menikah. Dengan tali kekang di satu tangan dan pedangnya di tangan satunya, dia menoleh ke Zhao Qi, yang kelihatannya sudah mau menangis, dan berkata, "Anda boleh kembali. Tolong sampaikan terima kasih saya kepada Kaisar Xia atas keramahannya. Saya permisi dahulu. Kita akan berjumpa lagi di lain kesempatan bila takdir mengizinkan."     

Zhao Qi tidak berkata apa-apa dan sedikit tersedak. Dia tidak berani bergerak sedikitpun. Pangeran gila ini pernah mencoba memenggal kepalanya di salah satu malam sebelumnya. Kalau bukan karena pengawal yang sigap dan waspada, menangkis pedangnya di saat-saat terakhir, kepala Li Ce pasti sudah terlepas dari tubuhnya. Tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan kemarahan yang dialami Zhao Qi. Dia melihat dengan sedih saat sosok Li Ce perlahan menjauh darinya. Dia merasa langit sungguh tidak adil.     

Chu Qiao merasakan hal yang sama dengan Zhao Qi—sungguh tidak adil. Terhadap pangeran yang tidak bisa ditebak dan tidak masuk akal ini, Chu Qiao merasa satu-satunya cara yang tepat untuk menghadapi Li Ce adalah dengan mematahkan lehernya, agar dia bisa tutup mulut.     

"QiaoQiao, apakah kamu senang? Kita sudah meninggalkan kota." Li Ce tersenyum padanya, pandangannya penuh pesona. "Ayo pergi. Untuk kedepannya, kamu akan bisa menikmati kekayaan tak terbatas, dan memakai semua sutra Ling Luo semau kamu. Apapun yang bisa diberikan Yan Xun, aku akan memberikannya juga. Benda-benda yang tidak bisa dia berikan, aku bisa berikan. Kamu tidak perlu lagi membungkuk kepada siapapun, bukankah itu bagus?"     

"Kamu harus tahu bahwa kamu tidak akan bisa melarikan diri."     

Li Ce tersenyum dan berkata, "Bagaimana kamu tahu kalau aku tidak bisa melarikan diri?"     

Chu Qiao tidak ingin menjawab. Dia hanya tertawa dingin dan berkata, "Kalau kamu mau pergi begitu saja, kamu tidak akan melakukan perjalanan ini." Pandangan dia tiba-tiba menjadi tajam saat dia menatap dingin ke wajah Li Ce yang tampan. "Apa rencanamu?"     

Li Ce bergeser mendekat padanya, hidungnya hampir menyentuh wajah Chu Qiao. "Rencanaku adalah membawamu pulang, memancing kemarahan Pangeran Zhao Ketujuh dan Ketiga Belas, dan juga Yan Xun."     

Tiba-tiba, Chu Qiao merasa semua tenaganya terkuras. Saat dia melihat Li Ce, dia merasa berbicara dengannya hanya membuang tenaga. Dia menggeleng dan berkata, "Li Ce, kalau semua ini bohong dan kamu memiliki rencana lain, kamu sungguh mengerikan."     

Li Ce tersenyum riang dan berkata, "Memang saya juga berniat untuk membuat masalah di dalam Zhen Huang. Tetapi niat awal saya memang benar. Bagaimanapun, aku akan tetap tidak teratur dan tidak konvensional ke mana pun saya pergi."     

Chu Qiao menghela napas tak berdaya. Saat ini, hatinya merasa tidak enak. Dalam sekejap mata, gadis itu melompat di dalam kereta, melemparkan dirinya ke atas Li Ce, mendorongnya sampai jatuh!     

"QiaoQiao! Mengapa pelukan kamu kasar sekali? Kamu…"     

"Diam! Lepaskan ikatanku!"     

"Tidak, nanti kamu lari."     

Gadis itu meraung. Saat ini, hujan panah menghantam mereka. Di kejauhan, ada sejumlah besar musuh yang sudah siap dengan busur mereka, menunggu di dasar sebuah lereng. Suara tembakan panah memenuhi udara. Lebih dari sepuluh pengawal sudah jatuh dari tunggangan mereka; kuda-kuda itu meringkik kesakitan. Chu Qiao menarik Li Ce ke samping, menghindar tipis dari tubuh besar kuda putih. Tak terhitung panah yang ditembakkan ke mayat kuda itu. Semua mata panah berkilau kebiruan, mereka sudah dicelupkan ke dalam racun.     

"Permainan apa yang sedang kamu lakukan?" Chu Qiao membentak Li Ce, yang masih kebingungan, tidak mengerti apa yang sedang terjadi.     

"Untuk apa aku menyuruh orangku untuk menyergapku sendiri?" dia bertanya.     

"Sial!"     

Di saat yang sama, pekikan perang menggelegar dari semua penjuru! Di padang rumput yang tinggi, berdatangan musuh yang tak terhitung jumlahnya. Mereka semua membawa pedang di tangan dan memakai baju rakyat biasa. Mereka meraung sambil menyerbu ke dalam pertempuran.     

"Lindungi sang Pangeran!" Komandan pasukan pengawal Li Ce memberi perintah sambil bergegas maju dengan beberapa anak buahnya. Chu Qiao dengan lincah melepaskan diri dari ikatan tali, menggunakan pedang untuk menangkis beberapa panah. Li Ce bersembunyi di belakangnya dengan tampang tak berdaya. Chu Qiao berteriak mengamuk, "Apa kamu tidak bisa ilmu bela diri?"     

Li Ce menggangguk cepat dan merengek, "QiaoQiao, kamu harus melindungiku."     

"Dasar bodoh!" Gadis itu marah dan menendang lutut Li Ce. Dia mengerang dan jatuh ke tanah, dan kebetulan menghindari sebuah panah.     

"Jangan panik! Yang di depan, hadang lawan! Barisan tengah, lindungi mereka dengan tembakan panah! Yang di belakang, kumpulkan kuda-kuda, kabur keluar dari kepungan ini begitu ada kesempatan!" Chu Qiao mengambil sebuah busur sambil berlari, menembakkan panah ke arah lawan. Panah yang dia tembakkan seakan tahu ke mana mereka harus menuju, dan tepat mengenai semua sasaran.     

Terdengar pekikan perang di mana-mana dan langit dipenuhi panah. Jeritan yang memekakkan telinga memecah langit. Musuh menyerbu mereka terus menerus, seakan-akan tidak ada habisnya. Ada lebih dari seribu orang. Sedangkan pengawal Li Ce, yang tersisa tidak sampai seratus orang, semuanya terluka dan tidak lagi siap bertempur. Chu Qiao menarik Li Ce dan mereka berjalan terhuyung-huyung. Ketika dia melihat hutan lebat di kejauhan, dia tersenyum lega dan berteriak, "Mundur ke dalam hutan!"     

Sebuah pedang tajam melayang ke arah mereka. Li Ce berteriak panik. Chu Qiao bergegas menolongnya dan menendang lawannya dengan keras. Langsung terdengar suara teriakan. Sebelum dia bisa berteriak lagi, Chu Qiao menebaskan pedangnya dan memenggal kepala orang itu! Darah terciprat ke Li Ce dalam sekejap. Dia terkejut. Mengambil saputangannya, Li Ce mulai mengusap pakaiannya dengan cepat.     

"Bodoh! Apa yang sedang kamu lakukan?" Chu Qiao menarik lengan Li Ce dan mereka berlari ke dalam hutan, pepohonan yang rimbun melindungi mereka dari tembakan panah yang bertubi-tubi. Hanya sedikit panah yang berhasil menembus hutan, dan itu pun kecepatannya sudah lebih lambat dari sebelumnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.