Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 74



Bab 74

0Setelah sesaat, tandu itu berhenti di depan gerbang Paviliun Fang Gui. Pembunuhan tanpa henti sedang dilakukan di dalam kegelapan di luar sana, namun istana kekaisaran tetap tidak terpengaruh, terpisah dari luar. Nada riang dan suara tawa terdengar dari istana.     
0

"Nona, kita sudah tiba," kata si pelayan, menundukkan kepalanya.     

Chu Qiao keluar dari tandu itu. Dia sedang memakai jubah biru muda. Dia berdiri tegak, matanya terpaku tegas ke depannya, tanpa rasa takut sedkit pun. Dia mengangkat kakinya dan melangkah menuju istana.     

"Nona," sebuah suara rendah terdengar dari belakangnya. Keempat pembawa tandu berlutut di tanah bersamaan. Langkah gadis muda itu terhenti saat mendengar suara serak itu. Pria itu, dengan nada terpaksa, berkata perlahan, "Jalan di depan tidak terduga dan sulit. Nona, tolong berhenti demi Da Tong dan Yang Mulia."     

Chu Qiao agak merinding. Sebuah emosi tak diketahui muncul di pikirannya. Antisipasi dan penantian selama bertahun-tahun telah mengobarkan tekadnya. Di tengah semua badai yang telah dia hadapi, dia telah menjadi jauh lebih tabah. Matanya bisa melihat dengan lebih jernih, punggungnya menjadi lebih tegak, dan bahunya kini lebih kasar. Dia yakin bahwa dia memiliki kemampuan untuk melanjutkan perjalanan. Di saat ini, tujuan dari semua ini bukan lagi karena cita-cita ataupun karena Da Tong. Ini semata-mata untuk memenuhi janji yang dia buat sejak awal.     

"Mari pulang bersama ke Yan Bei?"     

"Mari pulang bersama ke Yan Bei!"     

Sekelebat angin meniup jahitan di bajunya. Gadis muda itu mengangkat kepalanya dan mengambil langkah yang perlahan dan mantap menuju Paviliun Fang Gui.     

Aroma harum tercium dari kejauhan. Lengan baju para penari berkibar mengikuti angin. Ratusan pejabat berkumpul di sini. Mereka berkelompok dan saling mengobrol. Pesta ini belum dimulai secara resmi. Sang Kaisar, tokoh utama malam ini, masih beristirahat di istana belakang setelah kunjungan sepanjang hari. Tanpa kehadirannya, suasana di dalam paviliun tampak lebih santai.     

Karena dibatasi oleh jabatan Chu Qiao, dia tidak diperbolehkan untuk memasuki paviliun utama; dia hanya diizinkan untuk duduk di paviliun kedua di samping istana, yang dipisahkan dari paviliun utama dengan sebaris pilar tebal. Di dalam paviliun utama, suara samar dari obrolan dan pergerakan kepala orang-orang membuat isinya terlihat lebih meriah. Para keluarga kekaisaran dari Kekaisaran Xia memakai pakaian berwarna semarak, memancarkan aura yang sesuai dengan status mereka.     

"Nona," sebuah suara lembut berbicara di sampingnya. Chu Qiao berbalik badan dan melihat seorang gadis muda berkulit putih duduk di kursi di sampingnya. Dia memakai gaun merah muda dan terlihat anggun. Gadis itu berkata lembut, "Bolehkah saya tahu anda dari keluarga mana? Saya dari keluarga Heluo, ayah saya adalah Heluo Zhangqing. Siapa nama anda?"     

Gadis berpakaian merah muda itu terlihat pendiam dan manis. Chu Qiao mengangguk sopan, lalu menjawab, "Saya Chu Qiao, pengawal pribadi Pangeran Yan."     

"Oh, ternyata Nona Chu." Senyuman di wajah gadis muda dari keluarga Heluo itu langsung sirna saat mendengar kata-kata Chu Qiao. Walaupun dia menjawab Chu Qiao dengan sopan, sikapnya terlihat jelas menjadi dingin dibandingkan sesaat lalu. Saat dia menoleh untuk berbicara dengan gadis kaya dan bangsawan di samping, dia sengaja membalik badan dari Chu Qiao, takut orang lain akan menganggap mereka saling kenal.     

Setelah sejenak, dia memberitahukan identitas Chu Qiao kepada orang-orang. Banyak orang yang menatap ke arah Chu Qiao, dengan rasa jijik, menghina dan berbagai emosi negatif lainnya. Chu Qiao duduk di samping dengan santai, tersenyum. Dia sudah cukup lama melihat ketidakpedulian dan sisi dingin yang ditunjukkan orang-orang kepada sesamanya.     

Dia membuat secangkir teh untuk dirinya sendiri dan meminumnya sampai habis sambil mengangkat cangkirnya. Para wanita bangsawan di samping, melihat dia mengangkat cangkir arak, mengira dia sedang meminum arak di tempat umum, membuat mereka semakin memandang rendah Chu Qiao. Suara-suara gosip mulai beredar, mengatakan kalau dia tidak tahu adat, babi rendahan yang tidak dididik dengan baik. Suara mereka saat berbicara diatur dengan sangat ahli. Ucapan mereka terdengar jelas, tetapi sulit untuk menentukan siapa yang mengucapkannya.     

Chu Qiao tetap tidak peduli. Setelah cukup lama, suara-suara di sekelilingnya tiba-tiba memudar. Sebuah bayangan muncul dalam pantulan di air dalam cangkirnya. Chu Qiao mendongak perlahan, melihat Zhuge Yue berdiri di depan kursi-kursi. Dia memakai jubah ungu tua, dengan sulaman berpola bulan sabit berwarna gelap. Rambutnya yang hitam diikat dengan pita berwarna sama, dikencangkan di belakang punggungnya.     

Paviliun kedua dan paviliun utama dipisahkan oleh sebuah kolam dangkal. Angin membawa aroma anggrek ke jubah pria itu, menyebarkan aroma harum ke sekeliling. Semua gadis bangsawan di blok kedua terkesima. Bagi mereka, mereka hanyalah orang kecil di dalam ibu kota. Namun, orang-orang dari ketujuh keluarga besar adalah legenda hidup, sebanding dengan anggota keluarga kekaisaran. Banyak di antara para gadis itu yang seumur hidup tidak pernah berinteraksi dengan mereka. Dan juga, biaya untuk mengikuti pesta ini setara dengan empat tael[1] emas murni. Walaupun paviliun kedua dan paviliun utama hanya dipisahkan oleh sebuah kolam, jarak itu terasa tidak mungkin ditempuh. Selain itu, orang ini adalah cucu kandung tertua dari keluarga Zhuge. Bagaimana mungkin para gadis ini tidak terpincut olehnya?     

Mata Zhuge Yue melihat ke kerumunan, dan akhirnya menyadari Chu Qiao. Dia mulai berjalan ke arahnya. Chu Qiao mengangkat alisnya, bertanya-tanya apakah pria ini akan membuat masalah baginya. Namun, dia berjalan ke kursi di sampingnya.     

Wajah gadis muda dari keluarga Heluo itu merona dengan bahagia. Dia berdiri dengan kikuk, dan tidak sengaja menyenggol teko teh di meja, menumpahkan air ke bajunya. Gadis itu panik, dan memberi jalan untuk Zhuge Yue, sambil berusaha menutupi tindakannya.Wajahnya menjadi sangat merah dan dia tidak tahu harus menaruh tangannya di mana.     

Zhuge Yue duduk di kursi, bahkan tidak melihat gadis itu.     

"Tuan Muda Zhuge, silakan … silakan minum teh." Gadis muda dari keluarga Heluo itu berdiri di samping, terkejut. Dia tidak bisa menutupi tampang terkejut di wajahnya. Di bawah tatapan iri orang di sekitar, dia menyiapkan secangkir teh dan memberikannya kepada Zhuge Yue.     

Pria itu tetap diam. Dia mengambil cangkir teh itu dan meminumnya dalam sekali teguk, tanpa mengangkat kepalanya.     

Suara pembicaraan langsung muncul dari semua arah. Tuan muda keempat dari keluarga Zhuge telah menerima teh dari gadis muda ini. Ini merupakan kehormatan besar bagi gadis itu.     

Nona Heluo terus tersenyum, tetapi tingkahnya kikuk. Dia memegangi ujung gaunnya dan perlahan duduk di samping Zhuge Yue. Wajahnya merona namun ada sedikit kesombongan. Dia mendekat ke Zhuge Yue, berbicara dengan lemah lembut, "Tuan Zhuge, apakah anda baru kembali ke ibu kota?" Melihat pria itu tidak menjawab pertanyaannya, dia berinisiatif dan menambahkan, "Di saat perburuan terakhir, kita saling memperhatikan dari kejauhan. Saya tidak menyangka Tuan Keempat masih mengingat saya."     

Zhuge Yue tetap diam. Dia memegang cangkir teh di tangannya, sambil mengerutkan alis. Tak seorang pun yang mampu mengerti pikirannya.     

Paviliun kedua tidak sama seperti paviliun utama. Jarak antar kursi sangat sempit. Walaupun gadis bangsawan lainnya sedang mengobrol, mereka tidak berkonsentrasi. Sangat jelas kalau mereka sedang berusaha menguping pembicaraan Zhuge Yue.     

Ekspresi di wajah Nona Heluo berubah menjadi malu. Dia menggigit bibir bawahnya perlahan. Dengan suara yang dibuat semakin lembut lagi, dia berkata perlahan, "Tuan Zhuge, saya adalah Heluo Fei. Ayah saya adalah Heluo Zhangqing, dari Kementerian Upacara."     

"Apakah anda keberatan berbagi tempat dengan orang lain?" Zhuge Yue tiba-tiba menoleh dan berkata. Nona Heluo terdiam untuk sesaat. Zhuge Yue mengulang, "Saya bertanya, apakah anda keberatan berbagi tempat dengan orang lain?"     

Heluo Fei tersadar dari lamunannya dan menjawab, sambil melambai, "Saya tidak keberatan. Tentu saja Fei Er tidak keberatan."     

"Oh, baguslah." Zhuge Yue mengangguk, mengangkat kepalanya dan melihat ke samping. Dia menunjuk ke wanita lain yang sedang melihat ke arahnya dan mengisyaratkan, "Kamu, kemari." Wajah wanita itu menjadi merah dan dia berjalan menuju Zhuge Yue dengan senyuman di wajahnya, lalu bertanya, "Tuan, apakah saya yang anda maksud?"     

"Iya." Zhuge Yue mengangguk dan melanjutkan, "Apakah anda keberatan berbagi tempat dengan orang lain?"     

Heluo Fei terus menatap, terkesima dan tidak menyadari apa yang sedang terjadi. Sedangkan wanita itu samar-samar bisa menerka niat Zhuge Yue dan melihat ke arah Heluo Fei dengan senyuman aneh. Dia berkata, "Karena Tuan Zhuge sudah berkata, saya tidak keberatan."     

Zhuge Yue menjawab, "Kalau begitu, saya akan merepotkan anda untuk mengajaknya pergi."     

Heluo Fei terkejut, dan membalas, "Tuan Zhuge, anda …."     

"Sudah, sudah!" Wanita itu tersenyum dan menggandeng lengan Heluo Fei. "Apa kamu benar-benar mengira daging empuk turun dari langit begitu saja? Ayo pergi."     

Heluo Fei memerah karena malu dan menggertakkan giginya. Saat dia diseret pergi oleh wanita itu, air mata menggenang di matanya. Dia sudah hampir menangis. Gadis-gadis lain, yang sebelumnya sedang berbincang dengan Heluo Fei dengan riang, menutupi mulut mereka dan menertawakan kemalangannya.     

Paviliun Fang Gui adalah yang terbesar di dalam istana Kekaisaran Xia. Bangunan ini digabungkan dengan 36 paviliun lain yang lebih kecil di atas air, dihiasi dengan ratusan ukiran di temboknya. Keahlian yang terampil dalam merancang seluruh bangunan ini bisa terlihat. Paviliun tengah yang megah dibangun untuk menyembah Dewa Arak, Fang Gui. Bangunan ini dikelilingi oleh empat paviliun besar di sisinya, dihubungkan dengan jalur air. Aroma bunga di sepanjang jalur air bisa tercium. Bersama dengan suara sizhu, tempat itu terlihat bersih dan tenang.     

Di saat ini, paviliun utama mulai ramai dengan tibanya sebagian besar pejabat dan cendekiawan. Suasana di dalam paviliun lainnya juga ramai. Hanya di paviliun kedua, orang-orang berebutan untuk melihat Zhuge Yue. Dia tetap acuh tak acuh, melanjutkan meminum tehnya, tampaknya tidak sadar kalau dia sudah menjadi pusat perhatian orang-orang.     

Saat itu juga, seseorang dari paviliun utama melaporkan, "Putra Mahkota Kekaisaran Tang, Yang Mulia Ketujuh dan Yang Mulia Ketiga Belas telah tiba!"     

Suasana di paviliun utama sangat ramai. Semua orang di sana berusaha melihat sosok para anggota keluarga kekaisaran. Pangeran Tang yang sulit diatur dan tidak terkendali, sejak tiba di Zhen Huang, dia tidak menunjukkan sikap yang baik. Dia benar-benar mencontohkan arti ucapan anak yang tidak berguna. Mungkin karena pentingnya acara hari ini, Li Ce memakai jubah merah, yang dihiasi pola berbentuk anggrek. Walaupun dia tetap bergaya seperti biasa, tetapi pakaiannya menambahkan sedikit rasa serius pada kelakuannya. Rambutnya rapi, dia terus tersenyum, dan dia sangat ceria, seakan-akan dia yang mau menikah. Sebaliknya, Zhao Che dan Zhao Song, yang berdiri di sampingnya, tampak muram.     

Ibu kandung Zhao Che baru saja meninggal. Dia tidak berpakaian mewah, hanya pakaian coklat biasa. Dia sedikit cemberut, berdiri di samping Li Ce dan tampak tidak sabar. Sangat jelas kalau dia tidak di sini karena keinginannya sendiri.     

Li Ce tertawa dan mengangkat tangannya sambil berkata, "Maaf saya terlambat, harap semuanya memaklumi."     

Para pemusik dan penari memulai penampilan mereka. Irama lagu mulai terdengar di seluruh bangunan itu. Li Ce dan yang lainnya mengikuti pengarah jalan dan berjalan menuju tempat duduk yang disiapkan untuk mereka. Li Ce duduk di dekat Zhao Che. Saat dia duduk, dia mendekat ke Zhao Che, melihat ke sekeliling dan bertanya, "Di mana QiaoQiao? Apakah anda melihatnya?"     

Zhao Che mengerutkan alisnya dan menjawab, "Siapa QiaoQiao?"     

"Anak buahmu itu." Li Ce memberi isyarat dengan ramai, lalu melanjutkan, "Yang memukuli saya dengan beberapa pukulan keras."     

Zhao Che merengut lagi, melihat pangeran dari Kekaisaran Tang ini dengan bingung. Dia curiga Li Ce memang menikmati disiksa, dilihat dari kenyataan bahwa dia tampak tidak nyaman kalau tidak dipukuli orang. Dia menggeleng dan menjawab, "Saya tidak melihatnya. Ini adalah pesta kekaisaran. Dengan posisinya, dia tidak pantas untuk hadir di pesta ini."     

"Apakah dia tidak menghadiri pernikahan tuannya?" Li Ce menghela napas dan menggeleng-geleng. "QiaoQiao yang malang. Yan Xun akan segera menikah. Dia pasti sedang bersembunyi di suatu tempat, menangis."     

"Zhao Song, apakah kamu melihat QiaoQiao? Gadis muda di sisi Yan Xun, orang yang memukuli saya."     

Zhao Song, marah karena sang Kaisar memerintahkannya untuk menemani Li Ce, tampak semakin marah saat mendengar nama Chu Qiao. Dia dengan keras kepala menoleh dan menghadap ke Li Ce, menjawab dengan nada yang dingin, "Saya tidak tahu."     

[1] Satuan berat yang sekaligus menjadi satuan mata uang logam, sekitar 50 gram     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.