Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 86



Bab 86

0Penasihat militer Da Tong yang bijaksana itu menghela napas perlahan. "Angin di dalam kenangan tuan muda memang manis, namun Yan Bei sekarang sudah bukan lagi seperti di dalam kenangan anda."     
0

"Memang, banyak orang-orang dekat yang sudah tiada." Mata Yan Xun menatap jauh ke dalam gelapnya malam. Dia membiarkan rambutnya bebas tertiup oleh angin malam.     

"Aku masih mengingat dengan jelas, aku hanya berusia sembilan tahun saat aku meninggalkan Yan Bei. Di saat itu, ibu kota kekaisaran memerintahkan para keluarga bangsawan untuk mengirimkan satu orang putra ke ibu kota sebagai bukti kesetiaan mereka. Namun, keluarga kekaisaran tidak menerima tanggapan apapun. Tuan Jing justru menantang perintah itu secara terang-terangan. Satu hari, sang kaisar mengirimkan surat pada ayahku. Setelah membaca surat itu, ayah terdiam untuk waktu yang sangat lama. Akhirnya, dia bertanya padaku dan saudara-saudaraku, 'Siapa yang mau pergi ke ibu kota kekaisaran? Cukup satu tahun saja. Setelah kembali nanti, orang itu akan menjadi pewaris tetap Yan Bei.' Tidak ada yang mau pergi, dan kami semua tidak peduli tentang mengambil alih kepemimpinan Yan Bei. Saat itu, kakak tertua sudah cukup dewasa, jadi dia bertanya pada ayah, 'Ayah, bukankah anda bersaudara dengan sang Kaisar? Mengapa sang Kaisar harus berjaga-jaga darimu?' Ayah tenggelam dalam kesunyian lagi, sebelum akhirnya menatap mata kami, dan berkata dengan serius, 'Justru karena kami adalah saudara. Kalau aku tidak membantunya dan menuruti perintahnya, siapa yang akan melakukannya?' Dan pada hari itu, aku memutuskan untuk pergi ke ibu kota kekaisaran. Dia adalah ayahku. Kalau aku tidak membantunya, siapa yang akan melakukannya?"     

Yan Xun tersenyum getir, namun tatapannya penuh kelembutan dan sedikit kerinduan. Melihat ekspresi ini saja, seseorang mungkin yakin bahwa ekspresi ini dari orang yang sudah tua.     

"Perjalanan ke ibu kota kekaisaran penuh ketidakpastian, dan karena ingin membantu ayah kami, kakak tertua dan ketiga juga mengajukan diri. Namun, karena mereka sudah memiliki tanggung jawab administratif, akhirnya ayah memutuskan untuk mengirimku. Di hari perpisahan, mereka terus mengikuti di belakang kereta kudaku, sepanjang jalan sampai Pegunungan Zhui Ma, Provinsi Liuhe, Xi Ma Liang, dan akhirnya, sampai ke Lereng Bie Ya ini. Ayah, kakak pertama, kakak perempuan kedua, dan kakak ketiga semua berdiri di sini, bersama dengan pasukan besar pejuang Yan Bei. Bendera Singa Emas milik ayah berkibar dengan bangga di angkasa. Menatap ke belakang dari kejauhan, aku masih bisa melihat kakak perempuan kedua diam-diam menyeka wajahnya, sementara kakak ketiga berteriak menyuruhku untuk menjaga diri. Kakak tertua memberi tahu aku kalau di ibu kota lebih dingin daripada Yan Bei, jadi dia membuatkan penghangat tangan untukku. Aku memakainya selama lima tahun, sampai akhirnya dipecahkan oleh pejabat dari ibu kota kekaisaran di hari di mana berita mimpi buruk itu datang." Yan Xun menyeringai. Dia melanjutkan dengan suara tanpa emosi, "Lereng ini benar-benar menandakan hari di mana takdir kami berpisah selamanya." Lalu, Yan Xun berbalik badan, dan dengan tawa kecil, dia berkata, "Tuan, Anda dikirim kemari karena takut aku akan menghukum para prajurit dari Garnisun Utusan Barat Daya, betul?"     

Wu Daoya terkejut karena topik mendadak berubah, lalu ia tersenyum sambil menggeleng, "Tidak, itu hanya imajinasi tuan saja."     

"Haha, Anda sangat tidak jujur." Yan Xun tertawa. "Anda pasti sebenarnya berpikir demikian, Namun setelah tiba, Anda mendengar dari saya bahwa yang memimpin para prajurit itu adalah AhChu. Dengan demikian, tidak ada lagi yang perlu Anda khawatirkan, jadi Anda memutuskan untuk tidak membahasnya sama sekali, betul?"     

Sebelum Wu Daoya bisa menjawab, Yan Xun langsung berkata, "Memang saya ingin membunuh mereka semua. Pada saat itu, aku meninggalkan mereka di ibu kota, dan sambil berharap mereka akan menunda pasukan pengejar dengan mengalihkan perhatian mereka, aku juga berharap mereka akan dilenyapkan dari muka bumi juga. Namun AhChu menyelamatkan mereka. Hmph, anggap saja mereka beruntung."     

Wu Daoya, saat mendengar itu, langsung tersenyum tulus. Dia berkomentar, "Tuan muda sangat pemaaf dan dewasa. Merupakan keberuntungan bagi Yan Bei untuk memiliki Anda sebagai pemimpin."     

"Hentikan pujian itu, aku tahu Anda tidak benar-benar merasa seperti itu. Anda sangat mengerti kebencianku kepada Garnisun Utusan Barat Daya sangat mendalam, dan aku berkompromi hanya karena tidak berdaya. Kalau aku membantai pasukan yang dibawa pulang AhChu dengan susah payah, dia akan membunuhku."     

Memikirkan gadis yang mungil namun keras kepala itu, Wu Daoya tak bisa menahan senyumnya. Dia menambahkan, "Melihat kepribadiannya, itu sangat mungkin."     

"Namun demikian, kalau seperti itu, orang-orang Yan Bei yang telah gugur tidak akan bisa beristirahat dengan tenang di dalam kubur," Yan Xun berkata.     

Nadanya sangat santai, seakan-akan dia hanya sedang membahas cuaca bagus di malam itu. Namun saat mendengar ini, ekspresi Wu Daoya membeku. Kalimat yang terlihat santai ini secara tersirat penuh dengan kebencian dan nafsu membunuh. Wu Daoya segera mendesak, "Tuan Muda, walaupun di masa itu Garnisun Utusan Barat Daya dicurigai telah membelot, tapi sekarang para veteran di masa itu sudah tidak berada dalam pasukan, dan …."     

"Bergabung dengan pasukan itu sendiri sudah mengkhianati Yan Bei!" Raja muda itu menekankan tanpa ampun, "Pada masa itu, Garnisun Utusan Barat Daya membelot tepat sebelum perang dimulai, mengakibatkan kekalahan telak bagi ayah. Walaupun sebagian besar orang yang bertanggung jawab sudah dibunuh oleh Serikat Da Tong, namun kenyataan bahwa masih ada orang yang mendaftar ke dalam pasukan busuk itu sudah mempermalukan Yan Bei dan merupakan pengkhianatan kepada keluarga Yan!"     

Angin berembus semakin kencang dan bendera elang hitam berdansa di langit malam berpadu dengan sinar bulan yang pucat. Wajah Yan Xun masih tetap dingin. Dia berkata dengan muram, "Pengkhianatan adalah kejahatan terburuk, dan tidak akan pernah bisa dimaafkan! Mungkin sebagian pilihan mereka itu terpaksa karena administrasi dari Kekaisaran Xia yang keji, tapi aku harus memperjelas kepada para warga Yan Bei! Apapun alasanmu, pengkhianatan akan berakhir dengan kematian. Kalau hari ini aku mengampuni Garnisun Utusan Barat Daya, besok, akan ada yang kedua, ketiga, dan seribu satu pasukan yang sama! Kalau sampai itu terjadi, Yan Bei akan mengalami nasib yang sama dengan sebelumnya! Sekarang, walaupun mereka berhasil lolos dari jebakan yang aku siapkan untuk mereka, mereka tetap harus membayar untuk kesalahan mereka! Saat mereka kembali, kirim mereka ke perbatasan Barat Laut, dan tempatkan mereka di barisan depan."     

Wu Daoya sudah merengut saat Yan Xun selesai berbicara. Barisan depan di perbatasan barat laut? Itu sama saja hukuman mati yang terselubung. Karena sedikit penduduk, ditambah lagi Yan Bei terus menerus diserang oleh pasukan Quan Rong, banyak di antara orang-orang yang telah melakukan kejahatan besar, ditempatkan di barisan depan untuk bertempur dengan orang-orang Quan Rong. Tanpa perbekalan, tanpa bala bantuan, dan terkadang bahkan tanpa senjata, kematian sepertinya satu-satunya jalan keluar bagi mereka.     

"XiaoQiao tidak akan setuju dengan itu."     

"Dia tidak akan pernah tahu," penguasa Yan Bei itu berkata. "Walaupun AhChu selalu tampil kuat, dia adalah orang yang berhati lembut. Bahkan saat bertempur dengan lawan, dia tidak akan membunuh secara berlebihan. Aku tidak ingin dia tahu mengenai urusan berdarah ini. Aku yakin orang-orang yang tahu mengenai ini juga tidak mau mengganggunya juga."     

Kalimat itu jelas ditujukan untuk Wu Daoya agar tidak bicara terlalu banyak saat berbincang dengan Chu Qiao. Wu Daoya menghela napas dan menyerah berusaha meyakinkannya. Tiba-tiba, terdengar suara langkah dari kejauhan. AhJing berjalan naik, lalu setelah membungkuk, memberi tahu Yan Xun, "Yang Mulia, waktu untuk minum obat."     

Yan Xun mengambil mangkuk itu, dan dengan sekali teguk, menelan semua obat itu sekaligus. Segaris obat hitam mengalir keluar dari ujung bibirnya. Dengan sapu tangan, Yan Xun menyekanya, sebelum melanjutkan ucapannya dengan muram, "Tuan Wu, jangan selalu berpikir tentang bagaimana memuaskan semua orang. Kalau mempertimbangkan reputasi, bahkan sepuluh Kekaisaran Xia tidak bisa dibandingkan dengan reputasi Serikat Da Tong di hati masyarakat. Namun walaupun sudah berada di Benua Meng Barat selama beberapa ratus tahun, Da Tong tetap hanya sebuah organisasi, dan bukan negara pemerintahan. Pada akhirnya, alasan mengapa Kekaisaran Xia bisa mempertahankan kekuasaan mereka di tanah ini bukan karena keinginan rakyat, melainkan karena pedang yang mereka genggam."     

"Saya mengerti."     

Yan Xun menyeringai. "Saya ragu apakah anda benar mengerti?"     

Wu Daoya tidak ingin melanjutkan, maka dia mengubah topik, "Tuan, malam semakin larut. Jika Chu Qiao masih belum tiba, kita akan …."     

"Aku akan menuju ke Provinsi Liuhe untuk merawat lukaku. Anda sudah mengulangnya seratus kali." Dengan jengkel, Yan Xun cemberut. Dia berbalik dan menatap ke jalur yang kosong di hadapannya. "Dia pasti akan datang!"     

Seperti yang diperkirakan Yan Xun, Garnisun Utusan Barat Daya sudah berjarak 150 kilometer dari Xi Ma Liang. Para pejuang itu mencambuk kuda-kuda mereka saat mereka bergegas sepanjang malam!     

Sekitar tengah malam, saat malam semakin gelap, pasukan itu beristirahat di kaki Gunung Bai Shi. Masih tetap waspada, Chu Qiao mengirimkan 30 pengintai untuk memeriksa Xi Ma Liang mencari jejak pasukan Yan Bei ataupun musuh. Lebih dari 4000 prajurit itu duduk di atas tanah, menyalakan api unggun, dan mengunyah ransum kering sambil menunggu kepulangan mereka.     

Beberapa hari terakhir sering hujan, dan rerumputan sangat lembap. He Xiao membawakan karpet kecil dan dengan kikuk menyerahkannya pada Chu Qiao. "Nona, silakan duduk di atas ini, tanahnya basah dan dingin."     

"Terima kasih," Chu Qiao menjawab, dan tersenyum padanya. "Jenderal He, apakah anda sudah makan?"     

He Xiao duduk, dan dengan sedikit pilu, ia menjawab, "Bagaimana saya bisa nafsu untuk makan?"     

Gadis muda itu mengangkat alisnya, dan bertanya, "Apa yang terjadi? Apakah ada yang anda pikirkan?"     

He Xiao berpikir sejenak, sebelum akhirnya mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan kekhawatirannya, "Nona, apakah Yang Mulia benar-benar akan memaafkan kami? Apakah Yan Bei benar-benar akan mengizinkan Garnisun Utusan Barat Daya untuk terus hidup?"     

"Jenderal He, apakah anda tidak percaya pada saya?"     

He Xiao menggeleng dengan canggung. "Seluruh pasukan kami berutang nyawa pada anda, Nona. Tanpa anda, saya yakin kami semua pasti sudah mati. Bagaimana mungkin saya meragukan anda?"     

"Kalau begitu, percayalah pada saya. Saya sudah berjanji bahwa saya akan memastikan keselamatan semua prajurit Garnisun Utusan Barat Daya, maka saya akan melakukannya. Saya yakin Yan Xun tidak akan mengejar kesalahan di masa lalu, dan akan mengampuni kesalahan-kesalahan yang sudah lalu." Gadis muda itu menjawab dengan serius, dan melanjutkan lagi, "Yan Bei sedang dalam masa bahaya besar. Hanya dengan menyatukan hati kita menjadi satu baru kita bisa melewatinya."     

"Nona …."     

"Jenderal He, semua orang memiliki pemikiran gila dan keras kepala, dan dengan itu, seseorang terkadang bisa melakukan hal-hal gila. Selama bertahun-tahun sejak Garnisun Utusan Barat Daya mengkhianati Yan Bei, kalian dipaksa untuk menjadi bagian dari pasukan mereka dan bertarung di bawah bendera yang sama. Itu adalah hal yang memalukan bagi anda. Di waktu itu, semua kesalahpahaman berasal dari kenyataan bahwa anda tidak cukup kuat untuk mendapatkan rasa hormat orang lain. Namun sekarang keadaan sudah berubah. Anda berhasil menerobos kepungan di Kota Zhen Huang, dan sekarang bisa menjelajah di seluruh benua Barat Laut dengan bebas dan hanya sedikit yang mampu mengadang anda. Kalian telah menyumbangkan darah, keringat, dan nyawa untuk kemerdekaan Yan Bei. Jenderal He, sebagai manusia, anda harus menghormati diri anda sendiri terlebih dahulu sebelum orang lain akan menghormati anda. Tidak peduli apa yang dipikirkan para pejabat di Yan Bei, atau para jenderal di Da Tong, atau bahkan Yan Xun sendiri, anda harus mulai memercayai harapan masa depan anda! Anda adalah pemimpin pasukan ini. Hanya jika anda berdiri terlebih dahulu, baru semua prajuritmu bisa mengikuti!"     

Wajah He Xiao sudah merah karena malu. Begitu Chu Qiao selesai berbicara, dia berlutut dan memanggil dengan lantang, "Nona, kami semua sudah sepakat! Hanya jika anda menjadi pemimpin kami, baru kami berani pulang ke Yan Bei tanpa cemas!"     

Tertegun, Chu Qiao segera berdiri. "Apa yang sedang anda lakukan? Cepat berdiri!"     

"Nona, tolong jadilah pimpinan kamI!" Saat itu, banyak suara yang mengikuti. Saat ia mendongak, Chu Qiao melihat bahwa para pejuang di sekitar semua berdiri. Orang-orang ini yang tetap tenang bahkan saat menghadapi lawan terkuat tiba-tiba menjadi tegang saat mereka akhirnya siap untuk pulang. Dengan wajah muram, pakaian bernoda darah, sambil memegang pedang mereka, semua orang menatap gadis mungil itu. Tatapan mereka menunjukkan kepercayaan dan harapan yang berlimpah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.