Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 93



Bab 93

0Cara kedua adalah melalui air. Perang telah berhenti, dan begitu juga penjagaan di sepanjang rute air. Chu Qiao tahu bahwa ada banyak penyelundup yang menyelundupkan orang-orang tanpa dokumen melewati perbatasan dengan biaya yang tinggi, menggunakan perahu. Maka, dia harus mengambil risiko dan memasuki kota untuk mencari penyedia jasa seperti itu.     
0

Dia mengawasi pasar gelap selama dua hari, sebelum akhirnya sepakat untuk waktu keberangkatan. Dia akan menaiki perahu dari Kanal Qian Shui, berjarak 45 kilometer dari sana, pada pukul 11 malam, satu hari dari sekarang. Malah sudah tiba. Chu Qiao berjalan cepat di jalan yang panjang. Untuk menutupi jati dirinya, dia berpakaian seperti pria remaja, sekitar 16 atau 17 tahun. Bibirnya yang merah dan giginya yang putih membuatnya terlihat tampan. Kota Xian Yang terletak di dekat perbatasan Kekaisaran Xia. Kota ini sangat besar, dan para pedagang harus melintasinya ketika mereka berada di wilayah Xia. Keramaian di kota ini tidak kalah dari Kota Zhen Huang. Walaupun sudah larut malam, jalanan masih tetap ramai. Berbagai penjaga toko yang mengiklankan barang dagangan mereka semakin menambah keramaian.     

Chu Qiao akan menempuh perjalanan di air. Dia menjual kuda yang baru dia beli dengan harga murah dan membeli sedikit ransum kering. Saat dia bersiap untuk pergi, seorang pedagang budak dengan banyak pembeli menarik perhatiannya. Chu Qiao mengernyit dan menatap ke arah itu, melihat sebuah kerangkeng besi yang besar, berisi 80 atau 90 orang budak. Isinya campur pria dan wanita. Salah satu pria, berpakaian seperti pelajar, tampil mencolok. Ada banyak wanita paruh baya yang berebutan untuk membelinya sebagai budak, berusaha menawar dengan pedagang budak itu untuk harga yang bagus.     

"Hai!" Chu Qiao bersandar di kerangkeng itu, memiringkan tubuhnya. Dia memegang beberapa biji kuaci di tangannya dan memanggil pria di dalam kerangkeng. Chu Qiao melontarkan biji kuaci itu ke arah pria itu sambil tersenyum. Dia tampak seperti anak tak berguna dari keluarga bangsawan.     

Pria itu mendongak dan menatap matanya, sambil cemberut. Wajahnya dipenuhi rasa jijik. Tanpa menjawab, dia menunduk lagi.     

"Baru sebentar, kamu sudah melupakanku? Kamu sedang beruntung. Baru juga beberapa hari, dan kamu sudah ada pemilik baru lagi!"     

Liang Shao Qing terkejut. Dia mendongak dan memperhatikan Chu Qiao. Setelah mengenalinya, dia berseru dengan bahagia, "Ah! Ternyata anda? Mengapa anda berpakaian seperti ini?"     

"Kamu juga sudah tahu." Gadis muda itu tertawa. "Aku seorang bandit."     

"Oh, betul." Dia menjawab, lalu menggeleng, mengkoreksi dirinya sendiri. "Itu tidak benar. Mana mungkin anda seorang bandit? Ini pasti kesalahan dari pihak petugas, menuduh orang yang tidak bersalah."     

"Hehe," Chu Qiao tertawa dan mengejeknya, "Apa yang ingin kamu katakan? Kita pria terhormat. Kita berjalan tegap, dan memiliki prinsip, dan berdiri setinggi dua meter. Untuk apa kita berbasa-basi? Ada apa? Kamu mau memohon bantuanku?"     

"Nona, kumohon tolong saya dari tempat ini," Liang Shao Qing memohon. "Anda tidak bisa membiarkan saya dipermalukan seperti budak. Mereka tidak memercayai apapun yang kukatakan. Saya tidak terbiasa dengan tempat ini, sekarang hanya anda yang bisa menolong saya."     

"Menolong anda?" Gadis muda itu melempar biji kuacinya ke tanah, sambil membelalakkan matanya. "Bagaimana saya menolong anda?"     

"Anda beli saya?"     

"Bukankah itu tidak pantas"     

"Mengapa tidak pantas?"     

Chu Qiao menggeleng, sambil berkata, "Anda seorang pelajar. Anda akan segera dibeli oleh sekelompok rakyat biasa. Ini merupakan penghinaan bagi status anda. Anda adalah orang yang pernah menyelamatkan saya, bagaimana mungkin saya melakukan hal yang begitu menghina anda?"     

Liang Shao Qing terperangah, wajahnya memerah. Setelah sejenak, dengan terbata-bata dia berkata, "Kita sudah kehabisan waktu, dan ini keadaan darurat. Mari … mari singkirkan sejenak urusan prinsip."     

Chu Qiao tertawa mendengar kata-katanya. Saat dia baru mau menjawab, seorang wanita gemuk berusia sekitar lima puluh tahun, berpakaian mewah serta riasan tebal di wajahnya, dikawal oleh kerumunan, berjalan mendekat. Dia menarik kerah Liang Shao Qing, lalu berkata, "Yang ini."     

Pedagang budak itu terdiam, lalu tertawa. "Nyonya, di harga yang tadi kita bahas?"     

"Terserah kamu saja!"     

"Baiklah! Silakan tunggu sebentar!"     

Wajah Liang Shao Qing menjadi pucat. Dia menoleh ke Chu Qiao, memohon padanya.     

Wanita itu ditemani lebih dari sepuluh orang pelayan dan 20 budak baru, semuanya tampan dan kekar.     

Chu Qiao diam-diam tertawa kecil. Dia berjalan mendekati wanita itu dan tersenyum. Perlahan, dia berkata, "Nyonya, anda sudah cukup berusia. Membeli begitu banyak pria kekar, apakah anda masih sanggup?"     

Wanita itu tidak senang mendengar kata-kata ini. Dia menatap Chu Qiao dengan dingin, dan berkata, "Dari mana orang bodoh ini muncul? Minggir!"     

"Saya melakukan ini demi kebaikan anda! Mengapa anda tidak memberikan saya satu orang budak?"     

"Mimpi saja kamu!" wanita itu mengamuk. "Kalau kamu terus omong kosong, akan kupatahkan kakimu!"     

"Aduh, galak sekali!" Chu Qiao menghindar ke samping, lalu berteriak ke pedagang budak, "Bos! Berapa harga budak ini? Saya bayar dua kali lipat!"     

Saat si bos, yang sedang bersiap menarik Liang Shao Qing keluar dari kerangkeng, mendengar ini, dia berhenti. Lalu ia menatap Chu Qiao dan berseri-seri.     

"Dua kali lipat?" Wanita tadi berkata dengan dingin dan ketus, "Aku bayar empat kali lipat! Kamu mau menantangku?"     

Chu Qiao tertawa, sambil bersandar di kerangkeng. Dengan santai, dia menjawab, "Aku bayar sepuluh kali lipat."     

"Dua puluh kali lipat."     

Chu Qiao menggeleng, lalu berkata, "Aku bayar empat puluh kali lipat."     

"Aku bayar seratus kali lipat!"     

"Dua ratus kali lipat!"     

"Seribu kali lipat!"     

"Wow! Seribu kali lipat!" Chu Qiao tersenyum dan berkata, "Kalau begitu untuk kamu saja. Aku tidak bisa mengalahkan itu."     

Pedagang budak itu tersenyum lebar. Dia bergegas maju, dan berkata, "Nyonya Qian, kita sepakat di harga seribu kali lipat dari harga anda sebelumnya. Jadi dua ribu lembar daun emas."     

Wanita itu sebelumnya hanya menggertak. Sadar kalau budak ini tidak senilai dua ribu lembar daun emas, dia berbalik ke penjual itu dan berteriak, "Bagus ya! Bos Mu, kamu bersekongkol dengan orang lain untuk menipuku!"     

"Ini-bukan begitu! Kalaupun saya berani menipu orang lain, tapi tidak mungkin menipu anda!"     

"Hmph! Aku tidak jadi beli. Kita lihat saja nanti!" Wanita itu membentak, dan pergi dengan para pelayannya.     

Bos Mu masih berdiri di tempat semula, kebingungan. Dia menoleh ke kiri dan kanan, akhirnya melihat Chu Qiao yang berdiri di samping kerangkeng. Dia bergegas mendekat, lalu berkata sambil tersenyum, "Tuan Muda, nyonya tadi sudah pergi. Karena anda menyukai budak yang ini, saya akan menjualnya kepada anda sesuai harga yang anda sebut. Dua ratus kali lipat, jadi empat ratus lembar daun emas.     

"Bos, kamu pikir saya masih muda dan tidak pengalaman, jadi bisa kamu bohongi?" Chu Qiao tersenyum, lalu melanjutkan, "Saya melakukan itu untuk membuat nyonya tadi kesal. Sekarang dia sudah pergi, kamu masih mau saya bayar sebanyak itu? Kamu menjual budak, bukan pangeran muda."     

Bos Mu terperangah. Sambil tertawa malu-malu, dia berkata, "Anda sebut harga saja kalau begitu."     

"Dua lembar daun emas, sama seperti yang anda setujui dari awal."     

"Apa?" Bos Mu terkejut. Sambil merengut, dia berkata, "Saya seharusnya menjualnya kepada nyonya tadi. Untuk apa saya menyinggung perasaannya demi anda? Anda perlu menambah uangnya sedikit lagi."     

Chu Qiao menyengir dan bersiap untuk pergi. "Terserah anda saja. Kalau tidak mau jual ke saya, anda bisa pergi mencari langganan lama anda."     

"Hei! Tunggu, tunggu sebentar!" Bos Mu menghela napas dan berkata, "Baiklah."     

Liang Shao Qing menghela napas lega. Namun, sebelum dia bisa tersenyum, Chu Qiao melontarkan pernyataan yang mengejutkan. "Tetapi Bos, saya tidak bawa uang hari ini. Bagaimana kalau begini saja? Saya berutang dahulu pada anda, dan akan saya bayar nantinya."     

"Apa?" Semua orang di dekat sana terperangah. Bos Mu mengamuk. Dia berteriak, "Tuan Muda, berhentilah mempermainkan saya. Saya sudah tua. Saya sudah tinggal di kota ini selama 20 tahun lebih, dan saya tidak pernah bertemu pembeli seperti anda."     

"Hei! Hei!" Liang Shao Qing berbisik, "Apa yang sedang kamu lakukan? Cepat bayar!"     

"Aku sudah kehabisan uang." Chu Qiao berbalik dan berkata, "Kalau kamu tidak percaya, kamu boleh memeriksa bawaanku. Aku sudah menghabiskan semua uangnya. Siapa suruh kamu menolak uangku?"     

Liang Shao Qing menjadi pucat. Dengan nada mengibakan, dia berbisik, "Apa yang harus kita lakukan sekarang?"     

"Tidak ada pilihan lain. Aku hanya bisa begini."     

Liang Shao Qing baru hendak bertanya apa yang mau dia lakukan. Namun, gadis muda itu mengeluarkan belati tajamnya. Dengan cepat, dia menodongkannya ke leher Bos Mu, sambil tertawa, "Saya menawarkan untuk berutang pada anda, tapi anda tolak. Sekarang saya tidak punya pilihan lain selain merampok anda terang-terangan."     

Gigi Bos Mu gemertak. Dia tergagap berkata, "Betapa … betapa beraninya!"     

"Saya tidak tahu seberapa berani saya. Namun, Bos Mu, anda cukup berani. Sudah ditodong pisau, anda masih begitu pandai bicara."     

"Lepaskan bos kami!" Kerumunan yang menyaksikan kejadian ini semakin ramai. Chu Qiao tersenyum dan melihat sekitar, lalu berbisik di telinga Bos Mu, "Melihat status anda, apakah anda pantas mati demi dua lembar daun emas?"     

Belati itu mengiris leher Bos Mu, menimbulkan luka yang langsung berdarah. Si penjual budak, yang sudah berumur lebih dari 60 tahun, menjerit ketakutan.     

"Diam!" Chu Qiao menendang betis pria itu. Dia merengut, lalu berkata dengan nada dingin, "Lepaskan dia!"     

"Cepat! Lepaskan dia!" Itu hanya luka kecil, namun Bos Mu menangis dengan keras.     

Chu Qiao menyadari kawanan kuda di samping kerangkeng, yang juga milik Bos Mu. Dalam sekelebat, gadis muda itu melompat naik, menendang dada Bos Mu. Sambil menarik Liang Shao Qing, dia naik ke atas punggung kuda. dengan satu teriakan, dia berpacu menjauh!     

"Cepat! Kejar mereka!" Bos Mu berteriak histeris, namun mereka sudah tak terlihat lagi. Di malam yang panjang dan dingin itu, ketenangan sudah dipulihkan.     

Di dalam kuil bobrok di pinggiran kota, Liang Shao Qing duduk di atas jerami kering. Chu Qiao menawarinya ransum kering dari dalam tasnya dan tertawa. "Makanlah sedikit."     

Pelajar Liang tidak menerima tawarannya. Chu Qiao juga tidak memaksanya lagi, dan menawarkan beberapa uang kertas dan berkata, "Besok aku pergi. Kita akan menempuh jalan yang berbeda, jadi aku tidak akan bisa menyelamatkanmu lagi jika kamu mendapat masalah. Ambillah uang ini."     

Liang Shao Qing mengernyit dan bertanya, "Bukankah anda bilang sudah kehabisan uang?"     

"Siapa yang bilang begitu?"     

"Anda sendiri yang bilang waktu di pasar."     

Chu Qiao mengangkat alisnya dan menjawab, "Aku punya uang, tetapi tidak banyak. Aku cuma punya ini. Kalau aku berikan padanya, lalu bagaimana dengan kamu?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.