Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 95



Bab 95

Di dalam ruangan yang sempit dan gelap, teriakan gadis muda itu yang mengejutkan, membangunkan Liang Shao Qing. Pemuda itu merangkak ke sisi Chu Qiao, bertanya gugup dengan perhatian, "Apakah anda sudah bangun? Apakah anda baik-baik saja?"     

Chu Qiao merengut, membuka matanya dengan segenap tenaga. Dia terbengong kurang dari sedetik, dan ia tersadar lalu membentak, "Kutu buku bodoh. Kamu menekan bahuku."     

"Ah!" Liang Shao Qing terkejut. Dia melompat mundur dengan berlebihan. Dia sudah membuat luka Chu Qiao terbuka lagi, dan kini luka itu berdarah lagi.     

"Maafkan saya! Apakah anda tidak apa-apa? Apakah anda akan meninggal?"     

Chu Qiao menatapnya dengan tidak sabar, dan mengernyit. Dia berusaha menahan rasa sakit yang berasal dari rusuk kirinya. Chu Qiao telah melalui pasang surutnya kehidupan namun dia terjatuh di rintangan yang tidak dia sangka. Sangat jelas kalau dia frustrasi. Untungnya, luka di rusuk kiri dan bahunya tidak terlalu dalam dan tidak mengancam jiwanya. Tetapi, jika dia tetap di tempat kotor untuk para budak ini tanpa menerima pengobatan, dia akan berada dalam masalah besar. Chu Qiao melihat ke sekeliling penjara yang sempit itu, di mana orang bahkan tidak bisa berdiri dengan benar. Secercah cahaya bersinar masuk dari atas. Chu Qiao tahu mereka berdua dikunci di penjara bawah tanah, karena dianggap orang yang berbahaya.     

Di saat ini, terdengar suara kunci terbuka. Dua pria berpakaian cokelat turun dari tangga yang sempit. mereka membawa cambuk yang tebalnya selebar jempol. Dengan suara serak, mereka berkata, "Makhluk tak berguna! Berdiri!"     

Liang Shao Qing ketakutan setengah mati, tangan dan kakinya gemetar. Pelajar ini, yang hidup dalam kemewahan selama ini, telah memutuskan untuk meninggalkan kampung halamannya dan pergi ke Tang Jing demi kegemarannya. Namun, dia justru terjebak dalam keadaan ini. Di masa lalu, dia tidak akan mengerti kejahatan di dunia ini yang tak terbayangkan. Walau demikian, kutu buku yang penakut ini berdiri di depan Chu Qiao dengan menantang, dan berkata, "Apa, apa yang mau kalian lakukan? Kalau saya keluar, saya akan melaporkan kalian pada pejabat karena sudah memperbudak kami dengan paksa, sudah menyerang bangsawan, tidak menghormati status, bersikap kasar, dan juga …."     

Dengan bunyi berdesing, cambuk mendarat di lengan Liang Shao Qing. Si pelajar cukup bernyali. Walau mengerang, dia mempertahankan sikap menantangnya, tidak bergerak sedikit pun.     

"Makhluk tak berguna! Kamu masih berlagak penting di sini? Kalau kamu terus omong kosong, akan kusumpal mulutmu dengan kotoran, dan lihat apa kamu masih mau bicara! Ber*ngsek!" Pria itu terus mengoceh, namun kekesalannya tidak memudar. Dia mengayunkan cambuknya lagi, tetapi sebelum mengenai Liang Shao Qing, Chu Qiao bergerak lincah dan mencegat gerakan cambuk itu dengan menangkap ujungnya. Pria itu marah, berusaha mengentaknya dua kali, tapi gagal. Karena mengamuk, dia berusaha menarik cambuk itu dari tangan Chu Qiao. Namun, Chu Qiao melepaskan cambuk itu. Pria itu terjatuh ke belakang, membenturkan kepalanya ke tembok bata dengan keras.     

"Semua orang ada pasang surutnya. Sebaiknya menyiapkan jalan mundur saat anda bersikap." Wajah Chu Qiao pucat, namun nada suaranya tetap dingin. Pria itu, yang terjatuh dengan menyedihkan, berdiri dan berlari ke arah Chu Qiao sambil berteriak. Dia baru berjalan dua langkah namun terhenti. Walaupun Chu Qiao masih muda, dia memancarkan ketenangan yang melampaui usianya. Ini sangat berbeda dengan si pelajar, yang mengancam akan melaporkan masalah ini ke pihak berwenang dengan berisik.     

"Kutu buku, bantu aku berdiri."     

Liang Shao Qing terperangah. "Berdiri? Ke mana?"     

Chu Qiao memelototinya, ia frustrasi. Ditambah lagi dia sedang terluka, dia malas menjelaskan lagi. Chu Qiao berusaha berdiri dengan berpegangan ke tembok. Liang Shao Qing, melihat ini, segera membantunya berdiri dengan memegangi tangannya.     

"Adik kecil ini tahu harus bagaimana. Kakak kelima, biarkan mereka berganti pakaian. Kita sudah mau buka." Pakaian untuk budak hanya sepotong kain dengan lubang di tengah, yang berfungsi sebagai kerah. Tali diikatkan di samping, membentuk sebuah baju. Bagian depan dan belakangnya ada tulisan kata 'Budak' yang besar.     

Kota Xian Yang ramai sekali di pagi hari. Pedagang dari berbagai daerah berlalu-lalang di jalanan. Berbagai aksen dari utara dan selatan bisa terdengar. Orang-orang menjajakan berbagai macam benda sepanjang jalan, dari makanan sampai bahan mentah. Pasar ini sangat padat, menambah hiruk pikuk di dalam kota.     

"Masuk!" Dengan dorongan keras, mereka berdua dipaksa masuk ke dalam kerangkeng, yang berisi 70 sampai 80 orang budak. Para budak itu ada yang pria dan wanita, dari berbagai usia. Yang tua dengan rambut beruban terlihat berusia sekitar 40 sampai 50 tahun; yang masih muda bahkan belum berusia tujuh atau delapan tahun. Mereka duduk dengan gugup di sudut bagaikan kelinci yang ketakutan, sambil mengamati sekeliling mereka.     

Ctar! Sebuah cambuk mengenai punggung Chu Qiao, meninggalkan rasa terbakar, dan membuka sebuah luka yang berdarah. Liang Shao Qing melempar dirinya ke atas Chu Qiao, melindunginya dari cambukan lain. Suara cambuk terus menggema di telinganya. Budak-budak lain berteriak ketakutan, berkumpul di tengah kerangkeng dan gemetaran.     

"Jaga sikap kalian! Nanti ada pelanggan besar. Kalau kalian berani berulah, nanti aku hajar kalian!" Pria itu mengacungkan tinjunya dan mendengus, lalu berbalik badan dan pergi dengan sombong.     

Kerumunan mulai menyebar. Budak-budak yang terkena cambuk mengerang perlahan dan dengan lemah.     

"Hei." Chu Qiao merasa sekujur tubuhnya panas. Dia kehilangan banyak darah dan merasa pusing. Dia mendorong perlahan bahu si pelajar, lalu berkata dengan serak, "Kamu baik-baik saja?"     

Liang Shao Qing mendongak. Dia masih menutupi tubuh Chu Qiao. Tersadar, dia langsung berdiri agar tidak menindihnya, sambil berseru, "Saya tidak apa-apa."     

"Bantu aku, aku mau bersandar di sana."     

Liang Shao Qing menurut, membantunya bersandar di salah satu sudut kerangkeng. Chu Qiao mengernyit, berusaha menahan rasa sakit dari lukanya. Dengan suara rendah, dia berkata, "Akan ada orang yang datang dan membeli budak nanti. Kita harus terjual agar kita bisa keluar dari sini secepatnya."     

Liang Shao Qing terperangah. "Apakah kita akan menjadi budak?"     

"Melihat situasi kita, tidak ada cara untuk kabur." Wajah Chu Qiao sangat merah, terlihat seperti sedang demam. Suaranya tidak bertenaga. Dia menutup matanya perlahan, lalu menyandarkan kepalanya di bahu pelajar itu dan berbisik, "Aku perlu mencari tempat untuk memulihkan diri."     

Tubuh Liang Shao Qing menjadi kaku. Gadis muda itu bernapas perlahan di lehernya. Pria itu tersipu, wajahnya menjadi lebih merah daripada Chu Qiao. Dia menjawab tergesa-gesa, "Iya, iya. Betul, itu masuk akal."     

Chu Qiao tidak menjawab. Pemuda itu melihat ke bawah, dan menyadari kalau gadis itu telah tertidur. Napas gadis itu panas, menunjukkan kalau ia sedang demam. Liang Shao Qing terkejut. Dia meletakkan tangannya di dahi gadis itu, dan ternyata panas sekali. Lalu ia menurunkan tubuh gadis itu dan membiarkan Chu Qiao tidur dengan menggunakan kaki pemuda itu sebagai bantal. Liang Shao Qing sudah tidak ada jawaban untuk melarikan diri dari cobaan kali ini.     

Jalanan di Kota Xian Yang sangat padat. Pada saat itu, sekelompok prajurit melintas di jalan itu. Pemimpin mereka menunggangi seekor kuda putih. Dia sangat tampan, memikat namun menakutkan. Alisnya sangat tegas, hidungnya lebih mancung dari orang lain. Bibirnya merah menyala, dan pandangan di matanya sangat dalam. Dia ditemani oleh pasukan besar pengawal-pengawal yang kekar, perlahan melintas di jalanan yang panjang itu.     

"Tuan," Zhu Cheng mendekati pria itu di atas kudanya dan berbisik. "Jalur air ada di depan. Zhu Ting telah mengatur terlebih dahulu. Utusan dari Kekaisaran Tang akan menyambut kita di sana. Asalkan kita mencapai tempat itu, kita bisa melewati perbatasan melalui jalur air."     

Zhuge Yue mengangguk sedikit. Warga sekitar menatap wajah tampannya dengan kagum, memberi jalan pada rombongannya. Sesekali dia mendapat pandangan menggoda dari gadis-gadis remaja yang berani. Matahari telah terbit dan kabut telah menghilang. Zhuge Yue memakai jubah biru tua, tampil sangat tampan. Saat dia melewati bagian lain dari pasar, tuan muda bangsawan itu tiba-tiba merengut dan menghentikan kudanya. Rombongannya ikut berhenti, dan menoleh bingung ke arah yang sedang dilihat oleh Zhuge Yue. Mereka melihat beberapa kios yang menjual kosmetik dan lentera. Sekelompok gadis sedang berkumpul di sana, memilih benda yang mereka inginkan. Saat mereka melihat seorang tuan muda bangsawan mendekat, mereka menatapnya dengan terkejut dan senang, masing-masing berharap dirinya yang sedang dipandangi oleh tuan muda itu.     

Zhuge Yue menatap cukup lama, pandangannya sulit ditebak. Tiba-tiba, pria itu memutar kudanya dan pergi, mengabaikan desahan kecewa para gadis itu. Rombongannya mengikuti dari belakang, masih kebingungan.     

Saat itu, seorang penjual menarik lengan baju salah satu gadis, yang baru mau pergi dengan kecewa. Penjual itu bertanya, "Nona! Apakah anda masih mau lentera kelinci ini?"     

"Tidak, tidak!" gadis itu menjawab dengan tidak sabar, lalu pergi bersama teman-teman wanitanya.     

Suara genderang terdengar di sepanjang jalan, menandakan dibukanya pasar budak. Pasar itu menjadi semakin ramai. Usaha Bos Mu sedang ramai hari ini. Dia berhasil mencapai kesepakatan besar yang sudah disetujui sebelumnya. Ditambah lagi, ada banyak pembeli kecil lainnya. Dia tersenyum lebar saat melihat kantong uangnya, memperlihatkan deretan gigi yang kuning.     

"Nona! Nona!" Liang Shao Qing mengecilkan suaranya, sambil membawa semangkuk air yang dia dapatkan dengan susah payah. Dia mendekat ke sisi Chu Qiao, lalu berbisik, "Bangunlah. Minum sedikit air!"     

Kerumunan itu sangat berantakan. Banyak warga yang berkumpul di depan tempat Bos Mu, menonton para budak yang sedang dipajang. Beberapa kekar, dan yang lainnya tampan. Berbagai pembeli mengelilingi kerangkeng, membahas berbagai hal tentang budak itu seakan-akan mereka sedang membeli binatang dari peternakan. Mereka melihat penampilan budak-budak itu dan bagaimana keadaan gigi mereka. Bagi para pria yang membeli budak perempuan, mereka meminta untuk memeriksa tubuh para budaknya langsung. Bos Mu menyediakan layanan yang lengkap. Di sisi kanannya, ada sebuah ruangan kecil yang disiapkan agar para pembelinya bisa melakukan pemeriksaan.     

Saat Zhuge Yue melintasi tempat ini, seorang pria tua sekitar umur 60 tahun baru saja membeli sepuluh orang budak wanita berusia 11 atau 12, memicu banyak omongan dari kerumunan yang sedang menonton. Usaha Bos Mu sedang ramai. Di depan tokonya sangat padat, dan menghalangi jalan rombongan keluarga Zhuge.     

"Tuan, biar saya memeriksa ke depan." Yue Qi sudah tumbuh menjadi pria kekar. Dia tampil tenang. Bisa terlihat, dia telah menjadi seorang pendekar pedang yang ahli.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.