Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 96



Bab 96

0Zhuge Yue mengangguk, dan Yue Qi membawa beberapa pelayan untuk membuka jalan di depan. Mata Zhuge Yue menyapu seluruh pasar, dia bisa mendengar isak tangis gadis-gadis budak. Dia menoleh, dan melihat anak-anak ini yang baru berusia delapan hingga dua belas tahun, dan memakai baju compang-camping yang hampir tidak menutupi tubuh mereka. Pria tua itu kelihatannya berumur lebih dari enam puluh tahun, dan memakai pakaian mewah berwarna merah menyala dengan sulaman keemasan. Saat itu, pria tua itu sedang tersenyum mesum, dan menyentuh wajah gadis-gadis itu dengan genit.     
0

Alis Zhuge Yue mengerut, dan matanya penuh ketidaksenangan dan rasa jijik. Dia melambaikan tangan, dan mengisyaratkan agar Zhu Cheng mendekat. Zhuge Yue memberi perintah, "Pergilah dan beli anak-anak itu."     

"Tuan?" Zhu Cheng bingung. "Mengapa kita membeli budak? Akan menyulitkan selama perjalanan."     

"Kalau aku suruh kamu beli sesuatu, kamu lakukan saja. Kenapa banyak tanya?"     

Karena kena tegur, Zhu Cheng gemetar ketakutan, dan segera pergi. Di saat ini, Zhuge Yue mendengar suara membentak yang keras. Dia menoleh untuk mengamati, dan melihat seorang budak pria yang rapi dan anggun sedang ditendang ke samping. Pria itu merangkak berdiri, terlihat panik, seakan-akan sedang berusaha keras mengatakan sesuatu. Pria itu terlalu jauh dari Zhuge Yue, jadi tidak terdengar apa yang dia katakan.     

Zhuge Yue juga tidak peduli, namun tidak sengaja, dia melihat di sudut kerangkeng, ada seorang remaja kecil yang tergeletak di sudut. Bahu dan pakaiannya tertutup oleh budak-budak lainnya, dan yang terlihat hanya tangan yang putih dan bagian bawah tubuhnya.     

Tiba-tiba, dia bagaikan tersambar geledek! Alis Zhuge Yue menempel, dan tatapan tajamnya memeriksa kerangkeng itu. Walaupun hanya sebuah tangan, dia merasa sangat mengenali tangan itu. Rasanya seperti darahnya mendidih, dan jantungnya berdetak cepat seiring darahnya yang mendidih. Tanpa berpikir panjang, dengan sebuah dorongan impulsif, dia melompat turun dari kudanya, dan menyeruak di antara kerumunan dengan paksa.     

Kerumunan itu ramai dan berantakan, dan ketika dia mendorong orang-orang, banyak yang memaki. Tidak memedulikan mereka, Zhuge Yue terus merengut, dan setelah berusaha keras, akhirnya tiba di depan kerumunan. Berpegang pada jeruji kerangkeng itu, dia mencari pemilik tangan tadi.     

Kerangkeng itu bau, dan dipenuhi tubuh yang meringkuk dan mata yang ketakutan. Banyak yang melihatnya dengan waspada, dan saat menyadari tatapannya yang tajam, mereka segera menghindari tatapannya.     

Tidak di sini, tidak di sini, masih juga tidak di sini! Dia mulai marah. Belum puas, Zhuge Yue melihat lagi dan lagi, namun tidak bisa menemukan apapun. Apakah dia salah lihat? Merasa jengkel, dia berdiri di depan kerangkeng dan semakin merengut dibanding sebelumnya.     

"Tuan!" Yue Qi mendatanginya, dan bingung dengan sikapnya, lalu berkata dengan hati-hati, "Kita sudah bisa berangkat sekarang."     

"Tuan! Tuan!" Zhu Cheng berlari mendekat dengan sekitar selusin gadis muda mengikuti di belakangnya. Gadis-gadis muda ini tiba-tiba dijual lagi, dan semua bernapas lega saat tahu mereka tidak perlu melayani orang yang terkenal mesum itu. Dengan ketakutan, mereka melirik ke arah tuan baru mereka, dan dengan cepat menyadari kalau mereka sedang beruntung. Para budak di dalam kerangkeng melihat mereka dengan iri, dan sangat berharap kalau tuan muda yang kaya ini akan berbaik hati dan membeli mereka juga.     

"Tuan?" Zhu Cheng memanggil dengan hati-hati. Tuan muda itu sejak tadi menatap kerangkeng itu dengan serius. Apakah dia melihat budak lain yang menarik?     

"Ayo pergi." Zhuge Yue berbalik badan, dan membawa para pelayannya pergi dari tempat itu. Saat dia berbalik badan, muncul sebuah teriakan yang memilukan. Namun, teriakan itu tertutup oleh sorak-sorai para penonton saat mereka melihat serombongan budak wanita naik ke atas panggung! Karena itu, Zhuge Yue tidak menyadari teriakan tadi, dan membawa anak buahnya pergi dari tempat Bos Mu dan menuju ke Transportasi Air Yamen.     

Gadis yang tertidur itu berteriak kesakitan, lalu pingsan ke dada Liang Shao Qing. Dokter tua itu melambaikan mata panah di hadapan Bos Mu dan berkata, "Lihat, potongan sepanjang ini menancap di bahunya. Kalau ini dibiarkan di dalam bahunya untuk satu hari lagi saja, bahkan para dewa tidak akan sanggup menyelamatkannya!"     

Di dalam tenda di belakang kerangkeng, Bos Mu membentak dengan tidak sabar, "Asalkan anak ini hidup, akan baik-baik saja. Nanti, akan ada banyak orang kaya yang datang. Gabungkan dia dengan yang lain dan jual dia. Setelah dia meninggalkan kita, aku tidak peduli apakah dia hidup atau mati." Setelah mengatakan itu, dia berbalik badan dan meninggalkan tenda itu.     

Liang Shao Qing menghela napas lega, dan berterima kasih pada si dokter. "Dokter, saya sangat menghargai bantuan anda."     

Dokter ini kelihatannya orang yang baik hati. Dia menghela napas. "Orang ini hanya butuh istirahat untuk memulihkan dirinya. Sebaliknya, demi mendapatkan pengobatan untuknya, anda sampai dipukuli. Saya bisa melihat anda adalah seorang pelajar, bagaimana anda bisa melewati itu? Sungguh sial!"     

"Dokter, jangan khawatir, saya baik-baik saja."     

"Kemarilah, saya akan memeriksamu juga."     

Kerumunan itu sangat gaduh, dan langit sedang cerah, tanpa awan. Di tengah bulan keenam, iklim di wilayah tenggara menjadi sangat hangat. Berbagai jenis burung terbang di angkasa di atas kerumunan itu, melengkapi pemandangan penuh kemakmuran ini.     

Zhuge Yue duduk di atas kudanya dan merenung, tanpa mengatakan apapun.     

"Tuan? Tuan?" Zhu Cheng berteriak padanya beberapa kali sebelum akhirnya Zhuge Yue menyadarinya. Tuan muda itu tersadar dan bertanya, "Ada apa?"     

Zhu Cheng menghela napas, dan menjawab, "Apakah sebaiknya saya membeli beberapa ekor kuda dan kereta kuda? Tidak mungkin anak-anak ini bisa mengikuti kita sepanjang jalan dengan berjalan kaki, bukan?"     

Zhuge Yue berbalik, dan melihat para budak muda itu berkeringat dan terengah-engah karena mengejar kudanya dengan kaki mereka yang pendek. Kumpulan budak itu menatapnya dengan penuh harapan, walaupun mereka masih terlihat sedikit ketakutan.     

"Baiklah," Zhuge Yue menyetujuinya, "Sekalian beli beberapa baju ganti untuk mereka juga."     

"Baik, saya pergi beli dulu." Zhu Cheng pergi, dan rombongan itu melanjutkan perjalanan. Beberapa pelayan bergosip diam-diam. "Tuan sangat baik terhadap para budak."     

"Kamu tidak tahu? Tuan sejak dahulu memang selalu baik kepada budak."     

"Diam!" Yue Qi berbalik dan menegur para penggosip itu.     

Rombongan mereka berjalan perlahan, dan setelah satu jam, telah menjauh dari pasar. Jalanan mulai sepi, dan Transportasi Air Yamen sudah terlihat di depan.     

"Tuan!" Suara banyak kuda berlari terdengar dari belakang, saat Zhu Cheng dan beberapa pelayan membawa kuda-kuda dan 2 buah kereta kuda mendekat. "Tuan, sudah selesai."     

Zhuge Yue mengangguk, dan melihat kuda-kuda itu sekilas. Tiba-tiba dia mengerutkan alisnya, dan matanya menyipit, bagaikan macan tutul yang menemukan mangsanya. Dia menggerakkan kudanya maju dan mendekati seekor kuda yang hitam pekat. Kuda itu berbeda dari kuda lainnya, dia langsung waspada ketika didekati. Walaupun terikat tali kekang, dia masih mundur beberapa langkah, dan melihat Zhuge Yue dengan curiga. Karena gelisah, kuda itu menggaruk-garuk tanah dengan kukunya. Badannya penuh luka. Terlihat jelas, kuda ini baru dipukuli sebelum dibeli.     

"Liu Xing?" Suaranya yang dalam menggema. Kuda itu langsung mengangkat telinganya, dan menatapnya dengan terkejut. Wajah Zhuge Yue berubah, dan dia lanjut berbicara, "Liu Xing, benarkah itu kamu?"     

Kuda itu meringkik, dan mendekat dengan senang. Ia menggosokkan kepalanya ke tangan Zhuge Yue seakan-akan bertemu seorang teman lama.     

"Di mana kamu membeli kuda ini?"     

"Itu dari pasar kuda di depan."     

"Bawa aku ke sana."     

"Tuan, kita sudah terlambat. Mungkin sebaiknya kita tidak …." Zhu Cheng menjawab.     

"Bawa aku ke sana!" Zhuge Yue membentak, dan wajahnya sangat serius. Zhu Cheng terkejut, dan jatuh bersujud. Segera, dia menjawab, "Saya mengerti."     

Mereka bergegas ke pasar kuda, penjual kuda itu mengira ada masalah dengan kudanya, dan segera keluar untuk mencari tahu.     

"Kuda ini, dari mana kamu mendapatkannya?"     

Wajah penjual kuda itu langsung berubah, dan dia tersenyum lebar. "Tuan, anda pasti sedang bercanda. Ini kuda saya sendiri yang saya besarkan dari kecil."     

Wajah Zhuge Yue berubah menjadi gelap. Dia bertanya dengan muram, "Aku tanya sekali lagi, dari mana kamu mendapatkannya?"     

"Saya-saya tidak berbohong!"     

"Kamu mau jawab atau tidak?" Yue Qi mencabut pedangnya, dan menghunusnya ke leher si penjual kuda.     

"Maafkan saya dan beri saya kesempatan lagi!" si penjual kuda langsung berlutut dan memohon. "Kuda ini terlihat tak bertuan di Pegunungan Tang Ma saat saya sedang bepergian! Saya tidak menyangka kalau dia kuda milik anda! Kalau saya tahu ini milik anda, walaupun saya punya sepuluh kali lipat nyali saya, saya tidak akan berani menyentuhnya!"     

"Hiyah!" Zhuge Yue memutar kudanya dan memacu sepanjang jalan sebelumnya. Zhu Cheng kembali terkejut. Saat dia sudah menyusul, dia bertanya, "Tuan? Ke mana kita menuju?"     

Wajah Zhuge Yue kembali merengut, dan wajahnya sama sekali tidak menunjukkan ekspresi apapun. Namun di matanya, bisa terlihat semangat yang sulit ditutupi. Dia menjawab perlahan, namun tegas, "Ke pasar budak."     

Jalanan sedang ramai, dan saat kuda mereka melesat lewat, para pejalan kaki terjungkal dan jatuh. Zhuge Yue terus memaksa kudanya untuk berlari lebih kencang lagi, dan jubah biru tuanya berkibar-kibar di angin, bagaikan elang raksasa yang mengembangkan sayapnya.     

Mundur sejenak, tadi ketika Zhuge Yue baru saja meninggalkan pasar budak, sebuah kelompok lain tiba tak lama kemudian. Kepala pelayan turun dari kereta kuda dan Bos Mu melayani dan mengikutinya.     

Perlahan, Bos Mu berkata, "Akhirnya anda tiba. Para budaknya sudah dipersiapkan untuk anda, tinggal anda pilih saja."     

Kepala pelayan itu berusia lebih dari 60 tahun, dia memakai jubah yang rapi dan bersih. Rambutnya disisir sangat rapi, dan dia terlihat sangat cakap. Berjalan di depan para budak, dia mengamati mereka untuk sejenak, lalu mulai menunjuk mereka. "Yang ini, yang ini, yang ini, dan yang ini …."     

Bos Mu mengikutinya, dan mengeluarkan buku catatan untuk mencatat semuanya. Tidak lama kemudian, pria itu telah memilih 25 orang budak. Dia berbalik dan berkata, "Baiklah, itu saja."     

"Apa?" Bos Mu tertegun. "Hanya segini? Silakan anda lihat-lihat lagi? Masih ada banyak budak yang kuat. Atau mungkin anda mau melihat ke belakang juga?"     

"Saya sudah bilang, itu saja, bukan?" Pria tua itu mengulang keputusannya dengan tegas.     

Bos mu terkejut, dan segera mengangguk setuju. "Iya, betul. Saya sudah bicara terlalu banyak."     

Saat pria tua itu akan pergi, sebuah suara nyaring terdengar. "Tuan yang bijaksana ini, saya minta waktunya sebentar!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.