Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 54



Bab 54

0Di sisi lain, keluarga Zhuge sangat membingungkan. Banyak orang yang membandingkan keluarga Zhuge dengan para Mu dan Helian. Tetapi Chu Qiao tahu bahwa keluarga Zhuge tidak sesederhana itu. Bersembunyi di bawah wajah Zhuge Muqing yang terlihat biasa, adalah perhitungannya yang mendalam, cerdik dan tak dimengerti orang lain. Keluarga Zhuge sudah bertahan kaya dan berkuasa selama 300 tahun. Jauh di bawah permukaan, keluarga ini tidak selembut dan tak berkuasa seperti yang terlihat, orang bisa tahu ini dengan melihat bagaimana Zhuge Yue dan Zhuge Huai dididik.     
0

Di dalam angkatan bersenjata, Meng Tian, Le Xing dan para jenderal lainnya, yang sebagian besar bergantung kepada keluarga berkuasa dan kekuatan kekaisaran, tidak mampu mengumpulkan kelompok yang kuat. Selain itu, para tuan tanah tinggal di tempat yang berbeda-beda. Mereka tidak cukup kuat untuk melawan kekaisaran Xia.     

20 tahun lalu, para tuan tanah di area Jiang Nan pernah berusaha bersatu melawan kekaisaran Xia. Namun, hasilnya adalah mereka semua dikalahkan dan ditundukkan. Raja Ling dari Lingxi, Raja Jing, dan Raja Yan Shicheng adalah orang-orang yang selamat dari pertempuran itu. Semua tuan tanah yang lain sudah musnah. Anggota keluarga mereka yang lain dibantai dan hanya tersisa 20 sampai 30% yang masih hidup.     

Pada tahun pembantaian keluarga bangsawan ini, walaupun Raja Yan Shicheng tidak terlibat dalam kejadian ini, tetapi dia membantu para keluarga lainnya untuk meminta pengampunan, maka dia pun ikut dihukum. Dia dikeluarkan dari kuil Zhao dan diharuskan mengganti marganya menjadi Yan. Lalu ia diasingkan ke Yan Bei dan dilarang untuk kembali ke ibu kota.     

Hari ini, masih adakah orang yang mengingat bahwa keluarga Yan adalah bagian dari keluarga bangsawan Xia dan tumbuh besar minum ASI yang sama dengan Kaisar Zhao Zhengde?     

Chu Qiao tersenyum. Menjadi kaisar tidak mudah. Dari sejak awal pembangunan dinasti Xia yang agung, dia telah kehilangan hak bangsawannya. Dibandingkan dengan raja-raja dari Hua Xia, yang menguasai kekuasaan militer dan politik, Zhao Zhengde tidak apa-apanya.     

Di saat ini, dia mendengar suara pintu terbuka. Chu Qiao melihat ke arah jendela dengan menajamkan telinganya.     

"Nona, apakah anda sedang tidur?" Suara Lu Liu terdengar dari luar pintu. Chu Qiao menjawab, dan pelayan itu masuk ke dalam kamar dengan hati-hati.     

"Nona Chu, malam ini dingin. Biar saya membantu anda menambah kayu bakar."     

Chu Qiao mengangguk dan berkata, "Apakah Yang Mulia sudah pulang?"     

"Ya," jawab si pelayan, "Saya mendengar Xiao Lizi bilang kalau sang pangeran pergi ke Paviliun Jin Xiao dan mengundang beberapa orang jenderal dari Pasukan Kavaleri Pemberani untuk makan malam. Dia juga mengirimkan penari-penari pemberian Ji Wenting, kepada mereka."     

Chu Qiao tertegun dan memandang ke perapian tanpa berkata apapun.     

"Nona Chu?" pelayan itu memanggilnya.     

Chu Qiao menengadah dan menjawab, "Ya?"     

"Kalau tidak ada hal lain lagi, boleh saya permisi?"     

"Chu Qiao mengangguk dan berkata, "Ya, kamu boleh pergi."     

"Beristirahatlah dengan baik," pelayan itu menjawab dan menutup pintu. Angin di luar tiba-tiba menjadi semakin kuat dan berisik saat bertiup melalui jendela-jendela. Suara dari halaman depan perlahan berkurang dan semuanya kembali hening.     

Dalam lima hari, Chu Qiao akan mulai melatih di Pasukan Kavaleri Pemberani. Sudah jelas mengapa Yan Xun mentraktir para jenderal itu makan malam. Mereka berdua sudah sepakat untuk jujur satu sama lain, tidak menyembunyikan apapun, dan selalu memercayai satu sama lain selamanya, sehingga mereka tidak pernah merasa bermusuhan satu sama lain. Namun, dengan bertambahnya usia, ada hal yang tidak bisa dibicarakan dengan terbuka. Contohnya, sulit bagi dia untuk memberi tahu Yan Xun mengenai hubungannya yang rumit dengan Zhuge Yue, ketidaksukaannya dengan kehidupan bangsawan, dan bahwa dia tidak suka wajah lain Yan Xun yang harus dia pasang untuk bergaul.     

Namun, tetap ada hal yang tidak akan berubah. Ikatan mendalam antara mereka dan persahabatan mereka membuat mereka diam-diam selalu mengusahakan yang terbaik untuk satu sama lain. Tanpa perlu diucapkan lagi, ketika menghadapi dunia luar yang ajaib, mereka akan selalu menjadi rekan sehidup semati.     

Sama seperti malam di tengah badai salju bertahun-tahun yang lalu, dia sedang mencari obat setelah dia dipukuli dan terluka. Tubuhnya dipenuhi luka saat dia berjalan perlahan di tengah salju lebat dan memeluk obat-obatan berharga di tangannya. Dia sedang dalam perjalanan pulang ketika dia melihat Yan Xun muda, yang sedang sakit parah, mencarinya di tengah hutan bambu. Yan Xun perlahan-lahan memanggil nama Chu Qiao.     

Hari itu, Yan Xun sedang sakit parah tetapi dia tetap menggendong gadis yang terluka itu. Dia sangat pucat dan bibirnya sudah berubah ungu, saat dia berjalan sendirian di malam yang gelap itu sambil menggendong gadis itu di punggungnya. Walaupun dia tertatih-tatih, tetapi ekspresinya sangat tegas. Dia berlutut di samping kasur gadis itu dan menggenggam tangannya. Dia berbisik kepada gadis itu, yang terlihat seperti akan pingsan kapan saja, bahwa dalam hidup ini, dia tidak akan membiarkannya diganggu lagi, dan memintanya untuk tetap kuat. Saat itu, mereka tidak berani berbicara keras di malam hari. Tetapi kalimat itu tertanam di ingatannya dan dia sangat berterima kasih kepadanya.     

Esok harinya, Wei Jing datang membawa anak buahnya. Yan Xun muda yang tidak berkuasa, jari kelingkingnya dipotong. Kalau bukan karena Zhao Song yang datang tepat waktu, mungkin dia sudah kehilangan seluruh tangan. Malam itu, adalah pertama kalinya dan terakhir kalinya Chu Qiao menangis sejak dia masuk ke Istana Sheng Jin.     

Saat dia sedang kekurangan gizi, dia tidak meneteskan air mata. Saat dia diganggu, dia tidak meneteskan air mata. Saat dia dicambuk dan dihukum, yang dia lakukan hanyalah membelalakkan mata dan menghafal wajah-wajah musuhnya tanpa menunjukkan sedikitpun rasa takut. Tetapi di hari itu, ketika jari Yan Xun dipotong, dan dia menolak untuk menunjukkan lukanya kepada Chu Qiao, Chu Qiao tidak bisa menahannya lagi dan menangis.     

Dia sanggup menahan lapar, sakit, dan hinaan orang lain. Dia sanggup menahan penderitaan seperti itu, karena dia tahu, saat dia tumbuh besar, dia selalu bisa melarikan diri dari situasinya saat ini. Dia bisa membalas dendam selama dia sabar dan mempunyai waktu. Tetapi dia tidak terima orang di sekitarnya terluka. Sekarang jari Yan Xun sudah putus, siapa yang bisa menyembuhkannya?     

Malam itu dia menangis sangat lama. Yan Xun bingung harus bagaimana dan akhirnya memeluk dia dengan canggung dan menepuk-nepuk punggungnya. Dia mengangkat tangan kanannya dan berkata, hanya sebagian kecil yang terpotong, dan itu tidak akan mengganggunya berlatih pedang. Dia masih tetap bisa makan, menulis, dan dia baik-baik saja.     

Ini pertama kalinya Chu Qiao menangis separah ini. Dia meneteskan lebih banyak air mata dibandingkan waktu kejadian di kediaman keluarga Zhuge. Lama setelah itu, baru dia menyadari bahwa karena dia selalu sendirian, walaupun ada anak-anak lain di sekitarnya, dia tidak ada rasa memiliki. Namun, di hari Yan Xun kehilangan jarinya, dia akhirnya merasa ada seseorang yang peduli padanya. Itulah mengapa dia bisa bebas dan meluapkan emosinya sebagai suatu bentuk kelemahan.     

Mereka berdua sendirian di dunia ini, mereka tidak memiliki orang lain lagi selain satu sama lain.     

Cahaya dari api menyinari wajah Chu Qiao saat malam semakin larut. Chu Qiao mengangkat kepalanya dan melihat bayangan pohon yang bergoyang. Dia perlahan beringsut mundur ke sofa dan melewati makan malamnya. Dia masih menunggu seseorang mengetuk pintunya.     

"AhChu." Akhirnya, sebuah suara lembut terdengar dari luar, "Apakah kamu sedang tidur?"     

Bibir Chu Qiao terangkat sedikit dan membentuk sebuah senyuman. Tidak ada suara yang terdengar dari luar setelah itu. Setelah beberapa saat, dia melompat turun dari sofa dan berlari ke arah pintu dengan telanjang kaki.     

Pintu berderit terbuka tetapi tidak ada orang di luar. Sebuah kota makan berukir terletak di tanah di depan pintunya, dengan sebuah catatan ditempel di atasnya. Dia mengangkatnya dan melihat sebuah tulisan tangan yang akrab:     

Aku tahu kamu tidur larut, jadi kalau kamu lapar, makanlah bebek ini. Aku sudah membersihkan lemaknya jadi kamu jangan takut gemuk.     

Chu Qiao menengadah dan melihat sebuah payung bambu hitam memayungi kepalanya. Seseorang, yang memakai mantel rubah putih, berdiri di tengah lorong.Dia mengingat terakhir kali mereka berdiri di danau Chi Sui, Yan Xun memperingatkan Chu Qiao, "Kalau aku membantumu lagi, margaku bukan Yan." Mungkin, hanya di hadapan Chu Qiao, baru Yan Xun sesekali bisa menunjukkan sisinya yang seperti itu.     

Sebenarnya Yan Xun tidak berubah karena keberadaan Chu Qiao. Sejak awal Chu Qiao selalu memiliki tempat yang spesial di hatinya. Tak seorangpun bisa menggantikan dia.     

Chu Qiao memegang kotak makanan itu sambil menatap kosong ke kejauhan. Salju melayang di langit dan menghilang di sekitar.     

Dua hari kemudian, adalah hari upacara rambut Tuan Putri Kedelapan Zhao Chun Er. Tuan Putri Kedelapan dan Zhao Che dilahirkan oleh ibu yang sama, dan dia adalah putri yang paling dihormati di antara seluruh keluarga kekaisaran. Karena itu, upacara untuknya tentu paling mewah.     

Karena pertikaian di hari perburuan, kesabaran Yan Xun mulai habis. Dia memberi tahu AhJing untuk mengirimkan hadiah sekadarnya dan selesai dengan masalah itu. Saat Chu Qiao memeriksa daftar hadiah, Yan Xun sedang meminum teh di dalam ruangannya. Ada beberapa kalimat ucapan di atas daftar hadiah dan di bawahnya adalah daftarnya: dua pasang giok Ruyi, empat singa emas, dan delapan gulung brokat. Semuanya tidak terlalu mahal dan tidak terlalu jelek, jadi mereka sangat cocok.     

Chu Qiao menggelengkan kepalanya dan bertanya-tanya dalam hatinya, bagaimana perasaan Zhao Chun Er saat menerima hadiah ini. Selama sekian tahun, cinta Putri Chun terhadap Pangeran Yan Xun sudah tersebar di dalam ibu kota. Ratu Muhe Nayun berusaha untuk menghalangi hal ini. Namun, Zhao Chun Er sangat keras kepala. Selain Yan Xun, dia tidak mau mendengarkan siapapun. Kaisar Xia tidak peduli mengenai ini, maka dia menjadi semakin bebas.     

"AhChu, kalau kita ada kesempatan untuk pergi ke Kekaisaran Tang, kita harus melihat Taman Lichee dan mencicipi arak Zhu Shun."     

Chu Qiao mendongak. Sinar matahari sangat bagus di hari itu dan salju sudah berhenti. Dia dipanggil ke rumah kaca pagi ini oleh Yan Xun. Mereka berdua belum berbicara sepatah katapun sepanjang hari. Chu Qiao sedang membaca sementara Yan Xun meminum tehnya. Tiba-tiba, saat dia mendengar Yan Xun mengucapkan kalimat tadi, dia menjawab, "Baik, kalau ada kesempatan, kita harus pergi bersama."     

Melihat wajah bahagianya, Yan Xun ikut tersenyum dan berkata, "AhChu sudah tumbuh menjadi wanita muda yang cantik."     

Chu Qiao tertawa dan menjawab, "Apa yang kamu makan hari ini? Mengapa kata-katamu manis sekali? Atau apakah kamu terlalu terbiasa berbicara seperti itu di luar sana sampai-sampai tidak bisa menghentikan kebiasaan ini?"     

Yan Xun menggeleng kepalanya dan berkata, "Kamu masih tidak mengerti. Aku hanya bergaul bersama wanita lain di luar untuk membuat pertunjukkan untuk membuat orang lain bingung. AhChu, kamu tetap wanita tercantik di dunia dan tidak seorangpun bisa dibandingkan denganmu." Kata-katanya mengalir dengan alami. Chu Qiao mendengarnya dan terdiam sebentar. Pipinya merona merah dan senyum tipis muncul di wajahnya.     

Walaupun mereka dekat, namun mereka belum pernah menyatakan perasaan mereka. Setelah sekian tahun, mereka seperti teman seperjuangan dan keluarga, tetapi tidak ada pembicaraan romantis sama sekali. Setelah mendengar ucapan Yan Xun, Chu Qiao, yang sudah menjalani dua kehidupan, mau tidak mau merasa sedikit gugup.     

"AhChu," Yan Xun mendadak menjadi serius, melihat dia dengan tulus dan berkata "Kita berdua sudah saling mengenal selama delapan tahun. Selama ini, kita berbagi suka dan duka. Sekarang masa sulit telah berlalu, dan setelah kita menyelesaikan urusan di sini dan pulang ke Yan Bei, kita akan…     

Sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba suara AhJing terdengar dari luar, "Pangeran, anda dipanggil oleh Yang Mulia."     

Semua emosi mendadak sirna. Chu Qiao berdiri dengan cepat dan bukunya terbanting ke tanah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.