Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 72



Bab 72

0Pedang-pedang tajam itu melayang di udara dengan suara memotong yang tajam. Berusaha menangkis, pemimpin pengawal mengangkat pedangnya, namun selain percikan yang terjadi saat dua logam saling beradu, itu tidak berguna. Pembunuh itu memotong tenggorokannya dengan mudah. Tanpa suara apapun, pria itu terjatuh, lemas.     
0

Petugas upacara belum turun dari kereta kuda saat mereka mendengar suara panah melayang di udara. Dalam sekejap, panah-panah itu mengenai para petugas itu dan mereka tumbang, tubuh mereka terlihat seperti landak.     

Jeritan yang mengerikan terdengar, membuat siapapun yang mendengarnya merinding. Panah-panah lainnya mengikuti bertubi-tubi, dan antara tubuh mereka dengan panah mematikan itu, hanya dibatasi oleh lapisan tipis kereta kuda, para petugas upacara yang tak berdosa itu dibunuh dengan kejam.     

Para pengawal mencabut pedang mereka dan berusaha melawan sebisa mungkin. Tetapi sergapan ini terkoordinasi dengan begitu baik. Sebelum mereka bisa membentuk pertahanan yang efektif, serangan itu sudah menembus baris pertahanan mereka. Dengan suara teriakan, dan diselingi jeritan kesakitan, kedua pihak bertarung sampai mati. Tanpa ada kesempatan untuk menanyakan lawannya dari pihak mana, orang-orang itu hanya bisa mengangkat pedang mereka dan menghantam satu sama lain. Tetapi karena kalah jumlah dengan telak, beberapa pengawal itu sudah dikalahkan hanya dalam beberapa saat, tenggelam ke dalam bayangan.     

Di tengah semua ini, suara sorakan terdengar di kejauhan. Seakan mengingatkan semua orang akan acara bahagia itu, kembang api menghiasi langit malam. Namun justru sorakan inilah yang menenggelamkan teriakan haus darah tadi. Tidak ada yang tahu, tidak ada yang melihat dan tidak ada yang menyangka bahwa saat perayaan seindah ini, ada orang-orang yang begitu berani bertarung secara terang-terangan.     

Para pengawal meraung marah, tidak mau menyerah dengan perlawanan terakhir mereka. Musuh terus berdatangan bagai banjir dari semua sudut. Wajah musuh mereka dipenuhi kemarahan dan mata mereka merah, menghabiskan sisa-sisa harapan di hati para pengawal itu.     

"Bertahanlah! Bala bantuan akan segera tiba!" Namun sayangnya, mereka tidak tahu bahwa para pembunuh ini dikirim oleh negara tercinta mereka sendiri. Bahwa mereka adalah pasukan yang memang dikorbankan demi kekaisaran.     

Kereta kuda Yan Xun penuh dengan lubang. Tidak ada yang menyangka dia masih hidup. Dari dua ratus orang pengawal, tidak ada yang selamat. Baik yang melawan maupun menyerah, semua tetap dibantai.     

Tepat di saat ini, sebuah kembang api yang sangat besar ditembakkan di ibu kota. Warnanya sangat cerah dan menerangi kota itu. Sorakan yang menggemuruh sangat bertolak belakang dengan pertumpahan darah yang sunyi di tempat pertarungan.     

Ba Lei berjalan mendekat dan mendorong anak buahnya yang berwajah pucat ke samping. Seorang pemuda yang memakai jubah Cina mewah, bersandar di dalam kereta kuda, tubuhnya dipenuhi panah. Saat dia melihat Ba Lei, dia berusaha meludahkan darah di dalam mulutnya, namun terbatuk-batuk.     

Wajah Ba Lei dipenuhi amarah. Dengan dingin, ia bertanya, "Di mana Yan Xun?"     

Pemuda itu tersenyum mengejek. Tanpa basa-basi, Ba Lei mencabut pedangnya dan dengan ayunan cepat, memenggal pemuda itu.     

Wajah anak buahnya sangat ketakutan. Sambil gemetar, dia berbicara terbata-bata, "Jen-jenderal …."     

Ba Lei berbalik dan berkata dengan dingin, "Dengan sergapan delapan ratus orang dan tambahan tiga ratus lagi yang mengepung wilayah ini, semua dipersenjatai dengan senjata terbaik dan persiapan yang cukup, kamu masih membiarkan dia lolos? Untuk apa lagi aku perlu kamu?"     

"Jenderal, kita bisa pergi ke lingkar luar di mana Wei menunggu. Mungkin dia sudah tertangkap."     

"Baiklah." Ba Lei mengangguk. Bertahan dengan secercah harapan, dia menaiki kudanya. Namun suara kaki kuda yang menggemuruh terdengar. Seluruh tempat itu terasa bergetar. Ba Lei mengangkat kepalanya dengan takut, dan melihat barisan obor yang memadati ujung jalan, mendekat dengan cepat. Dengan kuda perang yang berlari kencang dan nafsu membunuh yang tajam, sebuah pasukan kavaleri telah tiba.     

"Itu pasukan Yan Bei dari Garnisun Utusan Barat Daya!" Ba Lei menjadi kalang kabut, dia berbalik cepat dan lari. "Mundur!" Saat ini, sudah terlambat untuk lari. Dengan kaki manusia, tidak mungkin bisa mengalahkan keempat kaki kuda. Itu bukan lagi pertempuran, melainkan pembantaian.     

"Aku adalah Jenderal Ba Lei dari keluarga Batuha! Kami memiliki perintah dari Kaisar!" Suara panik terdengar. Saat Ba Lei melihat bagaimana anak buahnya tumbang oleh gelombang pasukan berkuda, dia berusaha menggunakan identitasnya sebagai cara terakhir untuk menghentikan lawannya. Namun siapa yang akan memercayainya? Para pejuang yang digerakkan oleh Pangeran Yan Bei ini sepenuhnya bernafsu membunuh. Sejak jatuhnya keluarga Yan, Garnisun Utusan Barat Daya ini, menjadi satu tingkat lebih rendah dari pasukan lainnya dan sering direndahkan oleh pasukan lainnya seperti Pasukan Kavaleri Pemberani dan Pasukan Hijau. Ini adalah kesempatan bagus untuk mencapai sesuatu, siapa yang mau berhenti dan memikirkan kata-kata seorang pembunuh? Berani melakukan pembunuhan besar-besaran ini di dalam Kota Zhen Huang, orang-orang ini pasti sudah gila.     

Sambil meraung, para prajurit melanjutkan pembantaian. Gelombang hitam prajurit menyapu jalanan, setelah itu membuka jalan untuk seorang pria yang berpakaian merah sepenuhnya. Tatapannya bagai elang dan walaupun ia tersenyum, masih terasa auranya yang menekan.     

"Pangeran! Tanpa mengecewakan, semua musuh telah dimusnahkan, tidak seorang pun yang melarikan diri!" Wakil Komandan dari Garnisun, He Xiao mendekat di atas kudanya.     

Yan Xun mengangguk dan tersenyum. "Komandan He, prestasi anda sangat hebat. Menyelamatkan nyawa saya, saya tidak akan melupakan pertolongan besar ini."     

He Xiao menggelengkan kepalanya. "Yang Mulia, anda melebih-lebihkan. Melindungi keamanan ibu kota memang tugas saya. Ditambah lagi, Yang Mulia juga berasal dari Yan Bei, tidak mungkin kami hanya menonton."     

Yan Xun tertawa. "Aku pasti akan memberi laporan lengkap kepada sang Kaisar. Aku yakin sebentar lagi, kata wakil di jabatan wakil komandanmu akan dihilangkan!"     

He Xiao menyengir dan berkata, "Kalau begitu, saya mengucapkan terima kasih terlebih dahulu."     

Di saat ini, seorang komandan junior mendekat dan berbisik pada He Xiao, "Tuan! Ada yang tidak beres!"     

Terkejut, He Xiao berbalik dan bertanya, "Ada apa?"     

Komandan junior itu, dengan alis berkerut, berkata pelan, "Tuan, tolong ikut saya."     

He Xiao segera mengakhiri perbincangan dengan Yan Xun dan pergi dengan anak buahnya. Melewati mayat-mayat, dia merasa semakin merinding, dan pada saat dia melihat mayat Ba Lei, dia hampir pingsan dan terjatuh dari kudanya.     

Saat Ba Lei memasuki kota, dia membuat kegaduhan, dan karena itu, hanya sedikit yang tidak mengenalinya. Sebagai komandan yang bertugas mengatur keramaian, bagaimana mungkin dia tidak mengenali Ba Lei? Saat melihat pria sombong itu kini hanya jasad tak bernyawa, dipenuhi panah di dadanya, He Xiao merasa seperti muntah darah.     

Memaksa dirinya untuk tetap sadar, wakil komandan muda itu masih tidak percaya. Mungkin ini hanya pembunuhan yang dilakukan oleh keluarga Batuha demi melenyapkan Pangeran Yan dari kekaisaran. Bagaimanapun, ada banyak pertikaian antara Batu Tua dan Yan Shicheng, yang sudah diketahui di seluruh negara. Namun ketika dia mengenali sejumlah besar prajurit dari Pasukan Kavaleri Pemberani, dia langsung menyadari kalau yang terjadi adalah pembunuhan yang diatur oleh kekaisaran. Dengan dia membawa pasukannya untuk merusak rencana ini dan menyelamatkan Pangeran Yan Bei, apa yang akan terjadi padanya? Di saat itu, He Xiao hanya memiliki satu pikiran. Tangkap Yan Xun untuk memperbaiki kesalahannya!     

"Yang ingin saya mati tak lain adalah Kaisar Xia sendiri."     

Saat itu, semua orang terkejut!     

Yan Xun duduk di atas kudanya dan dengan santai menatap para prajurit sebelum akhirnya mengunci tatapannya di He Xiao. Acuh tak acuh, dia melanjutkan, "Komandan He, karena membawamu ke dalam kekacauan ini, aku sungguh minta maaf. Tetapi kalau kamu dan anggota Garnisun Utusan Barat Daya lainnya bukan dari Yan Bei, menangkap saya sekarang mungkin bisa mengubah nasib anda." Ucapannya membawa semua orang kembali ke kenyataan. Menatap wajah Yan Xun, yang tidak menampilkan petunjuk apapun, semua orang akhirnya menyadari sesuatu.     

Garnisun Utusan Barat Daya sudah terjebak. Kalau ini pasukan lain, pembunuhan ini bisa dianggap mempertahankan ketertiban umum. Tetapi karena pasukan ini sudah menarik perhatian dari kekaisaran dan berulang kali dicurigai menolong pengkhianat dari Yan Bei, Garnisun Utusan Barat Daya tidak akan bisa kabur dari tuduhan pengkhianatan. Kekaisaran tidak akan mengampuni mereka, Dewan Tetua Agung tidak akan mengampuni mereka, dan terlebih lagi Istana Sheng Jin. Bahkan berusaha untuk mundur akan berakhir dengan kematian. Mata komandan itu merah dan sebuah suara berteriak di dalam pikirannya. Yan Xun tahu semua ini! Dia sengaja membuat jebakan! Namun He Xiao tidak berkata apa-apa. Setelah sejenak, niat membunuh sudah hilang dari matanya, sebagai gantinya, keputusasaan mulai timbul.     

Di antara puluhan ribu prajurit di jalan itu, semua orang yang berpikiran jernih pasti menyadari apa yang baru terjadi dan apa yang akan terjadi kepada mereka. Walaupun kedamaian telah kembali ke area itu, mereka hampir merasakan seakan tanah bergoyang. Semua orang melihat ke He Xiao, atau Yan Xun, atau ke langit, mencari jawaban untuk keluar dari masalah ini dengan selamat.     

He Xiao melompat turun dari kudanya dan mengangkat tangannya. Menghadap para prajurit di belakangnya, dia berteriak, "Saudaraku! Ada beberapa kata yang sudah saya telan selama delapan tahun! Hari ini, akhirnya akan saya katakan! Di masa lalu, siapa yang menghentikan pemberontakan Raja Cang Lan dan menerobos pengepungan di Istana Sheng Jin untuk menyelamatkan sang Kaisar? Siapa yang menempuh ribuan kilometer di Jalur Bai Ma untuk menyelamatkan para Tetua Agung dan pejabat kekaisaran? Siapa yang mempertahankan Dataran Tinggi Yan Bei, melindungi keluarga kita dari orang barbar di utara? Semuanya dilakukan oleh Raja dari Yan Bei! Tuan Yan Shicheng! Tetapi apa yang didapatkan oleh kesetiaan ini? Pembantaian seluruh keluarganya! Selama delapan tahun, pasukan Yan Bei kita dihina oleh para baj*ngan dari Pasukan Kavaleri Pemberani dan Pasukan Hijau. Selama ini, kita menahannya. Namun sekarang, kekaisaran, tanpa alasan jelas, ingin menghabisi satu-satunya keturunan Tuan lama kit! Dan dengan cara yang begitu hina! Sebagai prajurit dari Yan Bei, apakah kita akan membiarkannya?"     

"Tidak!" Sorakan menggemuruh tiba-tiba keluar. Banyak prajurit mengangkat senjata mereka dan saat itu legenda Yan Shicheng yang tak terkalahkan, kembali terkenang di antara para prajurit, membuat darah mereka mendidih. Penindasan yang mereka alami bertahun-tahun meledak di dalam diri mereka bagaikan lava meletus keluar dari gunung berapi.     

"Saudaraku! Kita adalah prajurit dari Yan Bei! Malam ini, kita membunuh orang-orang ini, dan sekarang kita dalam perahu yang sama dengan sang Pangeran. Kalau Pangeran kita sudah tiada, kita pun tidak akan lebih baik. Beri tahu aku, apakah kita bisa duduk diam dan tidak melakukan apapun?"     

"Tidak!"     

"Kita tidak boleh mati!"     

"Sang Kaisar membayar kesetiaan dengan kekejaman! Dia tidak pantas memimpin kami!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.