Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 76



Bab 76

0"Lepaskan aku!" tuan putri yang kecil itu menjerit. Dia mendorong para pelayan itu ke samping, bersujud di lantai dan merangkak maju. Air mata mulai mengalir turun di wajahnya. Dia menyeka air mata di wajahnya dengan tangannya, lalu menatap dengan berani kepada ayahnya, yang dia takuti sejak kecil. Suaranya bergetar, tetapi dia berusaha keras untuk mempertahankan postur tegak, lalu berkata dengan perlahan, "Ayah, tolong tarik perintah anda."     
0

"Chun Er!" Zhao Che mengerutkan alisnya dan memarahinya, "Apa yang kamu lakukan? Hentikan!"     

Wajah semua orang menjadi aneh. Di dalam Paviliun Fang Gui yang luas, hanya suara angin yang terdengar.     

"Kakak Ketujuh," tuan putri kecil itu, dengan mata merahnya, menoleh dan melihat kepada Zhao Che. "Tolong bantu Chun Er. Chun Er tidak ingin menikah. Tolong bantu saya memohon kepada Ayah."     

"Pangeran Ketujuh, bawa adikmu pergi."     

Zhao Che cemberut, tetap di tempat. Pada akhirnya, dia setuju, menganggukkan kepalanya. Dia menarik Zhao Chun Er, lalu menjawab dengan dalam, "Baik, Yang Mulia."     

"Ayah!" Zhao Chun Er berteriak. Dia mendongak, air mata mengalir di wajahnya. "Tolong kabulkan permintaan saya! Saya lebih baik menikahi seseorang dari gurun di barat, perbatasan utara atau dari perbatasan. Saya mohon kepadamu, tolong tarik perintah anda!"     

"Chun Er, hentikan omong kosongmu, ayo ikuti Kakak Ketujuh!"     

"Ayah!" Zhao Chun Er mendorong Zhao Che ke samping, bersujud di lantai dengan keras kepala dan memberi hormat dengan penuh tenaga. Suara kepalanya menghantam lantai terdengar di seluruh paviliun. "Ayah, kumohon padamu, tolong tarik perintahmu. Tolong, tolong tarik perintahmu …."     

Kaisar Xia tidak melihat kepada Zhao Chun Er, dan justru melihat tegas kepada Zhao Che. Dia memanggil, "Pangeran Ketujuh!"     

Zhao Che merengut. Dia menundukkan kepalanya dan mengangkat Zhao Chun Er dari lantai, lalu berjalan menuju pintu keluar paviliun. Zhao Chun Er, yang sebelumnya menahan air matanya, menangis lepas. Dia terus memohon, "Ayah! Tolong tarik perintahmu. Ayah, Chun Er tidak ingin menikah. Ayah, kumohon padamu, tolong …."     

Darah segar meresap keluar dari dahi Zhao Chun Er, menetes ke atas karpet putih yang digelar di lantai paviliun. Itu pemandangan yang mengejutkan. Seluruh paviliun menjadi hening. Semua orang hanya melirik Kaisar Xia dari sudut mata mereka, tidak berani menengadah langsung.     

"Chun Er adalah anak yang berbakti. Yang Mulia jangan marah. Bagaimanapun, dia seorang gadis, dia tidak tahan harus meninggalkan rumah." Saat Selir Mulia Xuan mengatakan ini, seluruh paviliun menjawab setuju. Suasana menjadi ramai lagi. Cendekiawan Cui, dari Biro Buku, menambahkan, "Tuan Putri sangat perhatian dan berbakti. Ini hal yang langka. Menangis pada saat menikah adalah cerminan kebajikan sang Tuan Putri, sama seperti ucapan zaman dahulu."     

"Yang Mulia sangat baik, dia mengasihi anak-anaknya. Saat anak-anak akan meninggalkan rumah, mereka tidak bisa lagi mendengarkan kata-kata bijak sang Kaisar. Wajar saja, kalau mereka merasa sedih."     

"Itu betul, pasti seperti itu."     

Saat suasana paviliun utama mulai menjadi ramai, tidak ada orang yang memperhatikan paviliun kedua. Chu Qiao berdiri dengan hati-hati, bersiap untuk pergi. Saat dia berdiri, sebuah tangan menarik lengan bajunya. Zhuge Yue sedang menunduk, meminum araknya. Saat Chu Qiao melihat ke dia, Zhuge Yue mendongak, noda arak merah masih tersisa di bibirnya, menonjolkan tampang jahatnya. Pria itu mengerutkan bibirnya dengan lembut, lalu berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Kamu mau pergi ke mana?"     

Chu Qiao, setengah berjongkok, mendekatkan wajahnya ke mata Zhuge Yue, lalu tersenyum mengejek. "Apakah saya akrab dengan Tuan Keempat? Apakah anda melanggar batasan anda?"     

Zhuge Yue merapatkan tubuhnya, hidungnya hampir menyentuh wajah Chu Qiao. "Pesta belum berakhir. Meninggalkan tempatmu di tengah-tengah itu sangat kasar."     

"Lalu kenapa?" Chu Qiao menjawab dengan mengejek, dengan nada dingin. "Ini adalah istana kaisar dari Kekaisaran Xia, bukan Lapangan Bukit Hijau. Tuan Keempat, apakah anda harus ikut campur dalam segala hal?" Saat dia menyelesaikan kalimatnya, gadis muda itu mencengkeram pergelangan tangan Zhuge Yue. Dengan gerakan yang cepat, dia membuat Zhuge Yue mengendurkan pegangannya di lengan baju Chu Qiao dan menekan telapak tangan Zhuge Yue ke tanah.     

Mata Zhuge Yue yang hitam pekat berkilau di belakang. Dia tersenyum datar dan berkata, "Kebetulan, aku suka ikut campur urusan orang lain." Tangan Zhuge Yue, bagaikan ikan loach[1], meloloskan diri dari cengkeraman Chu Qiao dengan gerakan yang cepat. Lalu dia meraih lengan baju Chu Qiao lagi.     

"Betulkah? Hanya dalam beberapa tahun, Tuan sudah berubah. Saya selalu mengira anda adalah orang berdarah dingin dan kejam, tidak terpengaruh oleh apapun." Chu Qiao menggunakan dua jari untuk meraba lengan Zhuge Yue, dan menekan titik akupunkturnya untuk menghentikan pergerakan lengannya.     

"Kamu membuatku jadi malu. Dalam urusan menjadi orang yang berdarah dingin dan kejam, aku masih kalah darimu."     

Mereka berdua bertukar pukulan di bawah kursi, ditutupi oleh taplak yang panjang. Tidak ada orang yang akan menyadari itu. Saat paviliun utama sedang begitu ramai, tak seorang pun yang akan memperhatikan paviliun di samping.     

"Haha, apa yang sedang kalian berdua bicarakan? Kalian berdua tampak begitu bahagia. Biarkan aku mendengarnya juga." Li Ce melompat ke belakang mereka berdua, tersenyum lebar.     

Chu Qiao menatap Li Ce dengan dingin. Lalu ia berbalik badan dan melihat ke Zhuge Yue dan tertawa. "Saya akan pergi ke kamar kecil sekarang. Tuan Keempat, apakah anda berniat mengikuti saya ke sana?"     

Zhuge Yue tertegun. Dia tidak menyangka kalau seorang gadis, di hadapan pria, bisa menggunakan alasan seperti itu. Tuan dari keluarga Zhuge yang biasanya selalu menyendiri itu merona merah karena malu, meningkatkan karismanya.     

Chu Qiao berdiri dengan puas. Dia mengulurkan tangannya dan menepuk wajah Zhuge Yue dengan lembut, berkata sambil tersenyum mencemooh, "Jangan ikuti saya. Ingat posisi anda. Anda adalah bagian dari tujuh keluarga bangsawan. Sangat tidak pantas kalau anda mengikuti seorang warga biasa."     

Suara tepukan yang renyah terdengar di saat itu. Wajah Zhuge Yue menjadi semakin merah, hampir meledak karena amarah. Saat dia bersiap untuk berbicara, Chu Qiao sudah berjalan keluar dari paviliun kedua, berbaur dengan kegelapan di luar. Dia menyadari ada banyak tatapan aneh yang mengarah padanya. Para gadis kaya dari berbagai keluarga sedang melihat ke arahnya dengan terkejut. Tentu saja, kejadian yang baru terjadi itu tidak luput dari pandangan mereka. Tuan Muda Keempat dari keluarga Zhuge, yang berstatus tinggi, dipermainkan oleh warga biasa yang rendah!     

"Sungguh pemandangan yang langka!" Pangeran Tang duduk di sampingnya, menatap Zhuge Yue dengan iri.     

Zhuge Yue tiba-tiba menyadari bahwa pria ini sangat menjengkelkan. Dia berbalik badan dengan jijik, menatap ke arah para penari di paviliun utama.     

Saat Chu Qiao berjalan keluar dari paviliun, angin mulai menerpanya. Dia merengut dan menoleh ke belakang, menyadari Li Ce mengangkat jubahnya dan diam-diam mengikutinya dari belakang. Li Ce, sadar kalau dia sudah ketahuan, dengan malu menggosok-gosok telapak tangannya dan berkata, "Di luar gelap, biarkan aku menemanimu."     

Chu Qiao cemberut, dengan ekspresi serius di wajahnya. Li Ce mundur dua langkah, dan memasang pose bertahan. Dia menambahkan, "Aku akan menunggumu di luar."     

"Di mana kamu mau menunggu?" Gadis muda itu mendekatinya, sambil tersenyum manis, namun kata-katanya membawa nafsu membunuh yang jelas.     

Bulu kuduk Li Ce merinding. Dia buru-buru melambaikan tangan dan menjawab, "Aku akan berdiri di sini dan menunggumu."     

Wajah Chu Qiao terlihat lebih santai. Sambil melangkah, dia mengulurkan tangannya dan membelai kepala Li Ce sambil tersenyum manis. "Anak pintar."     

Li Ce menyadari kalau Chu Qiao jauh lebih menyeramkan saat tersenyum, dibandingkan saat dia bersikap dingin. Chu Qiao adalah anak buah kepercayaan Yan Xun. Di hari pernikahan Yan Xun, Chu Qiao harus hadir untuk menenangkan orang-orang, dan juga untuk melindunginya dari orang-orang yang berniat jahat.     

Dia bergerak cepat di sepanjang jalan kecil, sesuai dengan rencana. Dia berpikir pada dirinya, kalau bukan karena Zhao Chun Er, dia akan harus berusaha lebih keras untuk keluar dari pesta itu.     

Waktunya tepat. Gadis muda itu menaruh jari di mulutnya, dan bersiul dengan suara yang mirip pekikan burung hantu malam di kegelapan. Sosok-sosok yang bersembunyi di dalam Kota Zhen Huang, saat menerima sinyal itu langsung beraksi, segera mencapai posisi masing-masing di dalam kegelapan, yang berfungsi menutupi mereka. Gadis itu, dengan ekspresi dingin di wajahnya, tersenyum jahat. "Zhen Huang, selamat datang di neraka."     

Gadis itu lincah bagaikan harimau kumbang. Dia berlari melintasi lorong gelap. Angin meniup telinganya, bagaikan binatang yang bersembunyi di dalam kegelapan. Dia mendekati sasarannya, yang sedang beristirahat di dalam ruangan untuk para pembawa pesan, yang terletak di sisi barat laut gerbang Xi An. Sasarannya sedang bersiul, berbaring di kasurnya dan mengangkat kakinya, tampak santai.     

Chu Qiao tidak ragu dan memasuki bangunan itu. Saat pembawa pesan itu sadar apa yang sedang terjadi, Chu Qiao dengan cepat menjulurkan tangan kirinya untuk menutup mulut pria itu. Dia mengangkat tangan kanannya, melirik ke pria itu, dan mengirimnya ke alam baka dengan tusukan yang cepat dan anggun ke tenggorokannya. Itu hanya sebuah tusukan! Tidak ada gerakan-gerakan indah.     

Melakukan pembunuhan sering kali memang semudah itu.     

Di saat ini, darah mengalir keluar dari luka di tenggorokan pembawa pesan itu. Chu Qiao melepaskannya. Pria itu mengeluarkan suara tersedak saat luka di lehernya membuka lebar. Perlahan, semakin banyak darah yang keluar. Pupil matanya perlahan melebar dan dia pingsan dengan tanpa suara. Genangan darah terbentuk di lantai.     

Chu Qiao menutupi pria itu dengan selimut. Dia berbalik badan dan keluar, bergerak menuju tujuan selanjutnya.     

Ini adalah misi yang dia kerjakan bersama dengan Serikat Da Tong. Mereka akan melancarkan serangan dua sisi, dari luar dan dalam Zhen Huang. Dalam dua jam sejak isyarat dari Yan Xun, mereka akan melumpuhkan sistem relai dari ibu kota kekaisaran, memutuskan jalur komunikasi Zhen Huang.     

Dalam dua jam pertama, para pembunuh dari Serikat Da Tong telah memanen hasil yang cukup lumayan. Melihat api biru yang ditembakkan ke langit, dan "pekikan burung hantu malam" yang sahut menyahut, Chu Qiao menghela napas lega. Saat dia berjongkok di taman, dia menggunakan jarinya untuk menorehkan goresan terakhir. Sebuah huruf Cina, "Zheng"[2], terlihat jelas di tanah.     

Di malam itu, banyak orang tak bersalah yang kehilangan nyawa mereka. Pekerjaan mereka berbeda-beda; mereka belum pernah bertemu satu sama lain ataupun terlibat dalam hal apapun sebelumnya. Misi dari Serikat Da Tong adalah untuk menegakkan keadilan di seluruh daratan, untuk membentuk masyarakat yang bersatu, menghilangkan perbudakan dan mendorong kesetaraan. Maka, walaupun mereka memiliki pengaruh yang cukup luas, dan didukung oleh berbagai klan besar di sekeliling dunia, mereka tidak sembarangan melakukan pembunuhan.     

Chu Qiao berdiri. Saat dia berbalik badan, dia melihat bayangan panjang berdiri di kegelapan. Cahaya bulan memantul di tubuh pria itu, menampilkan siluet samar yang berwarna agak perak.     

"Cara yang bagus." Pria di dalam kegelapan itu berkata dengan suara yang rendah dan dingin.     

Rasa kaget Chu Qiao sirna. Dia melihat dengan dingin ke depan, tetap diam. Dia ingin melihat apakah ada orang lain di sana.     

"Tidak perlu memeriksa. Tidak ada orang lain." Pria itu maju dua langkah. Di bawah sinar bulan, jubah keunguan yang dipakainya tampak dilapisi tudung berwarna perak samar. Dia sangat tampan, namun terlihat seperti seorang wanita. Pandangan di matanya dingin. Pria itu melangkah maju perlahan, berkata dengan suara rendah, "Ke mana kamu pergi? Siapa lagi yang mau kamu bunuh?"     

[1] Sejenis ikan air tawar yang berbentuk seperti belut     

[2] Artinya "benar", "positif"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.