Legenda Chu Qiao: Tuan Putri Agen Divisi 11

Bab 84



Bab 84

0Pasukan ini yang telah ditinggalkan oleh Yan Xun di Kota Zhen Huang langsung menjadi sasaran semua orang. Semua keluarga besar ingin melenyapkan mereka untuk menjadi pahlawan yang telah mengalahkan para pengkhianat. Dalam beberapa hari terakhir, Chu Qiao dan pasukan itu sudah menghadapi sergapan yang tak terhitung jumlahnya.     
0

"Nona," He Xiao berlari kecil mendekat sambil tetap berlindung dengan hati-hati, lalu berbisik kepada Chu Qiao, "para pengintai sudah mendekat, tolong beri perintah untuk menyerang!"     

Chu Qiao, tetap menunduk dan menjawab dengan tenang, "Mari kita tunggu sebentar lagi."     

"Tetapi Nona, mereka hanya tinggal 60 meter dari kita!"     

"Tunggu saja sebentar lagi."     

"Kalau kita terus menunggu, sergapan kita akan menjadi tidak berarti!"     

"Waktunya belum tiba."     

He Xiao baru mau berusaha meyakinkan Chu Qiao lagi, namun di saat itu, sebuah bendera berwarna merah dan putih diangkat dari parit di kejauhan. Saat melihat itu, Chu Qiao berteriak, "Serang!"     

Saat itu juga, pekikan perang membahana di sekeliling. Ribuan pedang yang dihunuskan muncul dari semak-semak dan menyerbu ke arah musuh. Para pengintai itu, yang formasinya sudah berantakan karena terburu-buru, langsung tenggelam dalam kekacauan.     

Tak diragukan lagi terjadi pembantaian di sana. Dengan perhitungan yang akurat, Chu Qiao meraih kesempatan terbaik dengan menggunakan persiapan yang sempurna untuk mengepung lawan sepenuhnya dan menghancurkan mereka. Dalam satu jam, pertempuran sudah selesai. Karena tidak ada waktu untuk mengejar semua prajurit musuh yang melarikan diri, Chu Qiao mengirimkan sisa prajuritnya untuk mengejar kelompok terbesar yang sedang melarikan diri! Setelah empat hari bersembunyi dan lari, pasukan Garnisun Utusan Barat Daya yang menakutkan ini akhirnya bisa melepas kekangan mereka dan bertempur dengan bebas di dataran di atas Gunung Qiu Ping!     

Langit mulai gerimis. Setelah menyeka wajahnya yang pucat dan lembut, Chu Qiao menyarungkan pedangnya dengan lancar. Dengan suara tegas, dia memerintahkan, "Para pejuang, kita akan mundur sekarang."     

Kerumunan itu langsung ricuh. Kemenangan besar ini telah mengisi hati mereka dengan kebanggaan dan rasa haus darah, dan keinginan untuk membalas dendam telah terukir di dalam jiwa mereka karena perjalanan 4 hari ini. Sering kali, kesempatan dalam perang itu hanya sekejap, dan mundur di saat mereka sedang di atas angin tentunya sebuah kesalahan yang tidak akan dilakukan bahkan oleh anak baru. Sedikit ketidaksenangan terlihat di mata semua orang, namun karena rasa hormat dan terima kasih pada gadis muda yang telah menyelamatkan nyawa mereka, mereka tidak mengucapkannya. Namun demikian, melihat pandangan mereka, sudah jelas apa yang sedang mereka pikirkan.     

"Pasukan, aku tahu apa yang kalian pikirkan." Gadis muda itu berdeham sebentar, lalu melanjutkan dengan suara yang lantang, "Di masa rusuh di dalam kekaisaran seperti sekarang ini, semua pihak sedang mengasah senjata mereka. Ini memang masa yang bagus bagi para pemberani untuk membuka lembaran baru dalam sejarah. Kita sedang di atas angin dan sangat bersemangat, dan seharusnya jangan melewatkan kesempatan bagus untuk menyerang. Tetapi! Apakah situasi benar-benar sederhana seperti yang kita bayangkan? Tidak! Tidak sesederhana itu! Kekaisaran masih memiliki banyak cadangan prajurit dari setiap bangsawan, setiap keluarga besar, dan setiap suku. Semua pasukan ini memiliki banyak prajurit yang setia dan tangguh. Mereka mungkin tidak sempat datang untuk mempertahankan kekaisaran dari pemberontakan kita, namun itu tidak berarti mereka tidak akan mengejar kita saat kita mengalahkan pasukan dari keluarga kekaisaran Zhao! Begitu kita mengalahkan pasukan Zhao, mereka akan menghunuskan tombak mereka yang sudah diarahkan ke kita. Di saat itu, busur kita sudah patah, panah kita sudah habis, pedang kita sudah tumpul, dan kuda kita sudah kelelahan. Tanpa makanan dan obat-obatan, seberapa lama kita bisa bertahan? Begitu kita menunjukkan tanda-tanda kelelahan, musuh kita akan menerkam kesempatan itu bagaikan anjing gila. Tidak peduli sekuat apapun, seekor singa yang kelelahan akan tetap menjadi mangsa kawanan serigala. Kita sudah cukup, kita sudah lelah, dan sudah waktunya kita pulang."     

Saat mendengar kata "pulang", beberapa orang mulai terisak tiba-tiba. Beberapa berbicara, berharap Chu Qiao bisa menyangkal kenyataan mereka yang suram, "Tetapi, Yang Mulia telah meninggalkan kita."     

"Betul, Nona, kita sudah tidak memiliki tempat untuk pulang."     

"Kita adalah pemberontak bagi kekaisaran, dan sudah ditinggalkan oleh Yan Bei. Ke mana kita bisa pergi?"     

"Jangan percaya kabar burung itu!" Chu Qiao membentak. Suara yang lantang keluar dari sosoknya yang terlihat lemah. "Itu hanya taktik untuk menuai perselisihan di antara prajurit Yan Bei! Yang Mulia tidak meninggalkan kalian! Raja dari Yan Bei tidak akan pernah meninggalkan rakyatnya!"     

"Tetapi Yang Mulia meninggalkan kita, terkepung dan tak berdaya. Kami semua melihat itu dengan mata kepala kami sendiri."     

"Tidak! Yang Mulia tidak meninggalkan kalian! Dia mengutusku untuk menyelamatkan kalian!"     

"Jadi bala bantuan kami hanya satu orang?"     

Chu Qiao mengangkat alisnya, dan tanpa memberi kesempatan untuk berdebat, ia menjawab, "Ya, betul. Tetapi saya berhasil! Yang Mulia yakin bahwa saya bisa melakukannya, maka dia memercayakan tugas ini padaku. Dan aku telah menyelesaikan tugas ini!"     

Seluruh padang itu menjadi sunyi. Walaupun keadaan ini sulit diterima, tetapi memang itu kenyataannya. Gadis lemah ini berhasil menyelamatkan lebih dari 4000 prajurit Garnisun Utusan Barat Daya sendirian. Bersama para prajurit ini, dia menghancurkan semua sergapan dan cegatan lawan, dan menerobos keluar dari kepungan.     

"Para pejuang, jangan ragu lagi! Sekarang, kita akan mengubur rekan-rekan kita yang telah gugur dalam pertempuran tadi. Kita akan meninggalkan jasad mereka, tetapi kita akan membawa impian mereka. Kalian bertarung demi negara, berdarah demi negara, dan tewas demi negara. Sejarah akan mengingat kesetiaan dan keberanian kalian. Sekarang, ikuti aku, kita akan pulang!" Setelah itu, Chu Qiao tiba-tiba menundukkan kepalanya. Rambut hitamnya yang berkilau menjuntai turun di kedua sisi bagaikan dua air terjun saat dia membungkuk seperti busur.     

Para prajurit terdiam. Satu per satu, para prajurit berlutut dengan satu kaki, dan berteriak serempak, "Kami akan mengikuti anda!"     

Hari itu, angin membawa bau darah sampai jauh, dan teriakan para prajurit menggema di dalam angin. Para prajurit ini tidak tahu bahwa pasukan yang baru mereka bantai bukan berniat untuk mencari dan menghancurkan pasukan Garnisun Utusan Barat Daya. Sebenarnya, itu adalah kelompok terdepan dari pasukan gabungan 11 bangsawan dan suku di barat laut, yang dipimpin oleh Zhao Yang, dengan tujuan satu-satunya yaitu untuk mengepung Yan Bei. Semua persiapan telah dilakukan, dan mereka membawa pasokan makanan yang sangat besar, serta mewajibkan para pria yang bertubuh sehat untuk membantu dengan keperluan logistik, dan mereka juga sudah memeriksa keadaan geografis Yan Bei. Setelah menemukan pengintai terbaik di wilayah itu, mereka sudah siap menyerang begitu pasukan utama tiba. Mengandalkan kenyataan bahwa Yan Xun masih belum mengukuhkan kekuasaannya di Yan Bei, perang ini diperkirakan memiliki kesempatan 70% untuk menang.     

Namun semua persiapan ini sia-sia berkat kemunculan Chu Qiao. Saat mendengar berita ini, pangeran muda itu terdiam cukup lama. Dia teringat kembali akan sosok yang berdiri tegar dan tak tergoyahkan di atas menara pengawas di malam itu.     

"Yang Mulia, sudah tidak ada harapan untuk menyerang Yan Bei. Apakah sebaiknya kita menghancurkan pasukan penyergap ini?"     

Zhao Yang menundukkan kepalanya, dan terus merenung. Akhirnya, dia berdiri dan memerintahkan, "Ikan besar sudah meloloskan diri, untuk apa kita mengurusi ikan-ikan kecil? Kembali ke Kota Yun!"     

Sementara itu, di Lereng Bie Ya di Xi Ma Liang, sebuah perkemahan bisa terlihat. Di depan tenda utama, ada sebuah bendera perang Elang Besi berwarna hitam pekat. Nyonya Yu membuka tirai dan berjalan masuk. Sebelum dia sempat membuka mulutnya, dia mendengar suara jengkel dari seorang pria, "Bukankah aku sudah bilang jangan masuk lagi?"     

Nyonya Yu tertegun dan berhenti. Dengan lembut, dia menjawab, "Tuan, ini saya."     

Yan Xun berbalik badan dan saat melihat bahwa ternyata itu Nyonya Yu, dia bergegas mendekat, dan menjawab, "Ternyata Nyonya Yu, maafkan Yan Xun karena jawaban tergesa-gesa tadi."     

"Tidak apa-apa, Tuan." Nyonya Yu tersenyum. "AhJing baru kemari?"     

Yan Xun mengangguk dan tidak berkata apa-apa, namun wajahnya terlihat jelas sedang jengkel.     

"Yang Mulia, sudah lebih dari sepuluh hari, kita harus bergerak." Nyonya Yu melanjutkan, "Yan Bei sekarang dalam keadaan kacau. Setelah mendengar kalau Tuan akan kembali, berbagai golongan di dalam Yan Bei menjadi rusuh. Kita sudah membuang-buang waktu yang berharga."     

Yan Xun menghela napas tak berdaya. "Aku mengerti itu."     

"Tentu saja Tuan akan mengerti. Anda juga cukup pandai untuk mengerti apa yang akan terjadi kalau kita terus menunda, bahkan untuk beberapa hari saja. Namun Anda tidak bertindak dengan logis. Tuan, Anda tidak seperti orang yang kukira. Kurasa, kalau Chu Qiao berada di sini, dia tidak akan setuju anda mengabaikan hal yang lebih besar. Bahkan tanpa Anda tunggu di sini, dengan kemampuannya, dia pasti bisa pulang ke Yan Bei dengan aman dan selamat."     

Yan Xun perlahan mengangkat kepalanya dan bergumam, "Aku mengerti apa yang ingin anda sampaikan, tetapi aku hanya agak khawatir. Saat dia tiba dan melihat kalau aku tidak menunggunya, dia akan kecewa."     

"Apa?" Nyonya Yu sangat terkejut. Pria ini dengan keras kepala memimpin seluruh pasukan ke dalam risiko ini, bukan karena dia mengkhawatirkan keselamatan Chu Qiao, namun hanya karena dia khawatir Chu Qiao akan kecewa?     

"Aku sangat menggelikan, bukan?" Yan Xun menertawakan dirinya sendiri dan menggeleng. "Seorang manusia, pasti ada kalanya melakukan kesalahan konyol. Aku berbohong padanya, dan meninggalkan para prajurit dari Garnisun Utusan Barat Daya. Dia mungkin tidak mengatakan apapun, tapi mungkin dia sebenarnya marah. Aku harus memberi penjelasan padanya secepat mungkin."     

Nyonya Yu mengangkat alisnya, "Tetapi …."     

"Aku mengerti." Yan Xun memotong kalimatnya, "Besok, kalau dia masih belum tiba, kita berangkat."     

Nyonya Yu menghela napas, dan mengangguk, "Kalau begitu, saya permisi dahulu."     

Yan Xun berjalan maju dan berkata, "Biar saya antar Anda keluar."     

Saat mereka baru meninggalkan tenda, sebuah pedang tajam menusuk ke arah Yan Xun dari samping, bersama dengan teriakan yang menggelegar. Yan Xun bereaksi bagaikan binatang dalam bahaya, dan dengan indranya yang tajam, dia langsung beraksi. Tangannya mencabut belati di pinggangnya, dan menangkis serangan pedang itu. Dengan memutar tubuhnya, dia menghindar tipis dari serangan yang mematikan itu!     

"Lindungi Yang Mulia!" Nyonya Yu berteriak dengan tenang. Saat itu, para pengawal sudah berlari mendekat, dan setelah pergumulan singkat, pembunuh itu telah tertangkap.     

Yan Xun berdiri di antara kerumunan, dan mengernyit ke arah pria yang tertangkap itu. Sambil mengerutkan alisnya, Yan Xun berkata, "Aku sudah bilang, jangan sampai ada ketiga kali!"     

Penyerang itu berusia sekitar 20 tahun, dan berwajah tampan. Wajahnya yang dahulu selalu berseri-seri kini digantikan dengan ekspresi haus darah yang dingin. Pembunuh itu menatap Yan Xun, dan dengan tegas berkata, "Sebagai pengkhianat, semua orang akan mencoba untuk membunuhmu!"     

"Bodoh dan keras kepala!" Yan Xun mendengus. "Zhao Song, kali ini benar-benar kesempatan terakhirmu. Melihat hubungan kita, aku akan melepaskanmu untuk terakhir kalinya. Jika kita bertemu lagi di lain waktu aku akan bertarung denganmu sekuat tenaga!"     

Zhao Song menyeringai. "Yan Xun, aku pikir kamu benar-benar berdarah dingin melihat bagaimana kamu membunuh begitu banyak orang di ibu kota. Mengapa kamu hanya mengasihani aku? Melepaskanku hari ini adalah sesuatu yang pasti kamu sesalkan di masa depan!"     

Yan Xun berbalik dan mengabaikannya. "Lepaskan dia."     

"Di mana Chun Er?"     

"Chun Er tidak di sini!"     

Zhao Song marah. "Kamu bohong!"     

Menahan amarahnya, Yan Xun balas berteriak, "Tidak ada gunanya aku membawa Tuan Putri Xia yang sudah kehilangan kedudukannya!"     

Zhao Song merengut, dan akhirnya memercayai Yan Xun. Dia menengadah dan berkata kepada Yan Xun, "Yan Xun, biar aku ulangi, mulai hari ini, hubungan kita selama delapan tahun sudah berakhir, dan kita adalah orang asing. Jika kita bertemu di masa depan, aku akan berusaha membunuhmu. Dan kamu tidak perlu mengalah. Kamu sudah melepaskanku tiga kali, jadi untuk membalas budimu, jika aku berhasil membunuhmu di masa depan, aku akan bunuh diri untuk membayar kembali nyawa yang kamu berikan ini. Aku akan memastikan pembalasan dendam untuk rakyat dari ibu kota kekaisaran akan terlaksana!"     

Yan Xun tidak menjawab. Di tengah angin Xi Ma Liang, jubahnya berkibar bagai seekor burung besar bersiap untuk terbang. Menghadap ke angin, wajahnya tenang, namun matanya sedalam samudra, tak membiarkan siapapun membaca pikirannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.